Daren begitu tergila-gila dan rela melakukan apa saja demi wanita yang di cintainya, Tapi cintanya tak terbalas, Sarah yang di cintai Daren hanya mempunyai secuil perasaan padanya, Di malam itu semua terjadi sampai Sarah harus menanggung akibat dari cinta satu malam itu, di sisi lain keduanya mau tidak mau harus menikah dan hidup dalam satu atap. Bagaimana kelanjutan kisah Mereka. akankah Daren bisa kembali menumbuhkan rasa cinta di hatinya untuk Sarah? Dan apakah Sarah bisa mengejar cinta Daren?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon II, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pagi Yang Melemahkan
Sarah menunggu dengan bosan di lobby hotel, terus menatap ponselnya dengan beberapa nomor telepon di layar, Ada opsi menghubungi kedua sahabatnya tapi kemungkinan keduanya akan terkejut bagaimana bisa pengantin baru malah kabur. Untuk itu Sarah mengurungkan niatnya, Atau mengubungi sang ayah, mengatakan untuk meminta di jemput.
"Ayah pasti bertanya banyak hal, kenapa aku minta di jemput, kemana Daren? Apa kalian bertengkar? Kalian masih pengantin baru." Sarah memperagakan reaksi Pak Anjas, menggelengkan kepala membuang hal mengerikan itu.
"Menghubungi Kakak juga percuma, Kakak ga ada di sini." Sarah lunglai, bersandar penuh keputusasaan, waktu semakin siang, tapi dirinya masih senantiasa berdiam diri sana bahkan rasa kantuk mulai hinggap membuat Sarah tertidur.
Daren baru saja keluar kamar mandi, ia segera mengenakan pakaian sebelum meninggalkan hotel, terlebih tadi sang asisten mengatakan Sarah berada di lobby hotel.
Di depan cermin Daren menyeringai sembari mengoleskan Pomade ke seluruh rambut hitamnya. Tengah asik menata diri ponselnya berdering.
"Ada apa?" Tanya Daren pada si asisten.
"Nona Sarah sepertinya ketiduran Den."
Daren tertawa kecil. "Jaga dia jangan biarkan ada orang yang mengganggunya."
"Baik Den."
Panggilan terputus. Daren kembali memperbaiki penampilannya, cekikikan membayangkan Sarah tertidur di sana. "Seorang Sarah Narendra tertidur di lobby hotel."
Benar saja, Sarah terlelap di sofa seorang diri, Daren menggaruk alisnya berjalan menghampiri Sarah, berhubung di area tunggu tidak terlalu banyak orang jadi sedikit menyamarkan rasa malu Daren. Bagaimana pun Sarah dia adalah istrinya.
"Dia benar-benar memalukan." Gerutu Daren, menghela napas berat di depan Sarah yang masih terlelap.
Melihat sang asisten berada beberapa meter darinya, Daren memberi isyarat untuknya mendekat.
"Saya Den."
"Bawakan tas nya." Pinta Daren, menunjuk tas Sarah yang berada di dekatnya.
Laki-laki seumuran dengan Daren itu mengangguk, segera menyambar tas milik Sarah lalu menunggu di belakang Daren.
"Sarah? Sarah, bangun." Panggil Daren, membungkuk untuk menepuk pundak Sarah, menggoyangkan tubuh Sarah lumayan kencang. "Sar-
"Den Daren!" Dari belakang si asisten bersuara menyadarkan Daren untuk mengecilkan volume suaranya.
Daren menghela napas, memejamkan mata, melirik sekitar di mana dirinya berada.
Melihat tak ada tanda-tanda Sarah akan bangun, Dengan terpaksa Daren menarik tubuh Sarah. Menggendongnya begitu sadar..
Sang asisten tersenyum melihat Daren yang mana tengah membopong istrinya, Di sekitar mereka para mata tertuju pada Daren dan Sarah. Menatap takjub penuh ke irian.
"Lihat bagaimana Daren memperlakukan istrinya,"
"Mereka romantis ya."
"Definisi di cintai dengan sungguh-sungguh."
Daren acuh ketika suara bisik-bisik melewati pendengarannya. Tak ada yang salah justru semua orang akan menilai baik dirinya. hanya saja Sarah bukan wanita yang di inginkannya lagi. Terlalu melekat nama Kinan di hatinya. Tapi sekarang bagaimana pun Sarah adalah istrinya. Apalagi dirinya yang sudah membuat mereka berbisik.
Sarah yang asik terlelap dalam mimpi perlahan membuka mata, pasalnya tubuhnya yang tadi terlentang asal merasa melayang dan bergerak. Betapa terkejutnya Sarah ketika melihat wajah tampan Daren yang pertama di liatnya. Sadar dirinya di bopong Sarah sedikit memberontak meminta di turunkan.
"Turunan aku." Ucap Sarah, menggoyangkan tubuh meminta turun..
Daren menunduk, melirik Sarah sekilas. "Memalukan sekali." wajahnya yang ketus seolah mencaci.
Sarah mengendus kesal. "Aku memang memalukan, kamu mau apa?"
Ingin rasanya Daren menjatuhkan Sarah, tapi melihat banyaknya mata membuat Daren bertahan apalagi Mobil sudah nampak terlihat, Di sepanjang jalan Sarah terus meminta turun. Tapi Daren acuh ia malah memasang senyuman manis.
"Tolo-
"Kamu teriak, aku akan mencintaimu."
Sarah seolah menantang. "Lakukan kalau berani."
"Tolong-
Segera Daren menurunkan Sarah, Dengan cepat dan tak memperdulikan sekitar, Daren meraup wajah Sarah, lalu tanpa di duga Daren Mencium bibir Sarah.
Si asisten membulatkan mata, dengan cepat menunduk melipir ke arah mobil. Meninggalkan Sarah dan Daren.
Sarah tersentak tak percaya, matanya membulat sempurna, Dadanya berdebar kencang sampai-sampai Daren yang asing mengecup bibir Sarah bisa merasakannya..
Beberapa detik setelahnya, Daren menarik wajahnya. Menatap Sarah yang diam mematung.
"Masih berani menantang ku?"
Sarah tak memberi jawaban, dirinya begitu asik menatap ketampanan Daren yang disinari matahari.
"Masih berani kamu menantang ku?" Tanya Daren lagi.
Sarah menggeleng pelan. "Haruskah aku membuat masalah agar kamu perduli padaku?"
Daren mematung, dengan hati campur aduk melangkah meninggalkan Sarah menuju mobil.
.
Mohon maaf, up sedikit sedang tidak enak badan