Ketika hidupnya terguncang oleh krisis keuangan dan beban tanggung jawab yang semakin menekan, Arya Saputra, seorang mahasiswa semester akhir, memutuskan memasuki dunia virtual Etheria Realms dengan satu tujuan: menghasilkan uang.
Namun, dunia Etheria Realms bukan sekadar game biasa. Di dalamnya, Arya menghadapi medan pertempuran yang mematikan, sekutu misterius, dan konflik yang mengancam kehidupan virtualnya—serta reputasi dunia nyata yang ia pertaruhkan. Menjadi seorang Alchemist, Arya menemukan cara baru bertarung dengan kombinasi berbagai potion, senjata dan sekutu, yang memberinya keunggulan taktis di medan laga.
Di tengah pencarian harta dan perjuangan bertahan hidup, Arya menemukan bahwa Main Quest dari game ini telah membawanya ke sisi lain dari game ini, mengubah tujuan serta motivasi Arya tuk bermain game.
Saksikan perjuangan Arya, tempat persahabatan, pengkhianatan, dan rahasia kuno yang perlahan terungkap dalam dunia virtual penuh tantangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miruのだ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Black Latern
Ferran dan Shira akhirnya kembali ke kota setelah keduanya menyelesaikan urusan mereka itu, Ferran berencana untuk memelihara bibit Blue Heart jadi dia membawa dua buah pot untuk menanam tanaman tersebut, dan membawanya kembali ke kota.
Sedangkan Shira sendiri memerlukan material tempa berupa kristal berwarna keputihan yang tumbuh disekitar kaki gunung dan tersembunyi oleh semak, keduanya saat ini tengah asik berbincang seraya menuju toko Lauria.
Shira ternyata memiliki cukup banyak kemiripan dengan Ferran, sehingga keduanya bisa menjadi teman dalam waktu yang cukup singkat. Dan uniknya Shira juga memasang ekspresi yang sama, saat ia pertama kali melihat toko Lauria yang Ferran tunjukan padanya.
"Yo! Lauria... Sepertinya kau sudah baik-baik saja?..." Ferran memandang kelopak mata Lauria yang sudah tidak terdapat garis hitam disana.
"Beberapa herbal dapat memulihkan keadaanku!... Itu bukan masalah besar, dari pada itu... Benda apa yang ada ditanganmu itu?" Lauria melihat sebuah kotak kayu dikedua tangan Ferran.
"Sebelum itu biar ku perkenalkan... Dia Shira seorang Blacksmith... Kami baru berkenalan beberapa waktu yang lalu."
"Heeh... Seorang Beginner Blacksmith... Menarik... Kau bisa memanggilku Lauria, pemilik toko ini!"
Ferran meletakkan kotak kayu ditangannya ke atas meja dan membukanya, dia mengeluarkan dua buah pot berisi tanaman Blue Heart diatasnya.
"Hah... Inikan... Blue Heart!! Ferran dari mana kau mendapatkannya?" Lauria terlihat sedikit terkejut melihat isi kotak kayu tersebut.
"Aku mendapatkannya dari hutan utara, ya meski kami harus bertarung dengan Mini-Boss terlebih dahulu sih... Ahaha, dari pada itu... Aku berniat merawatnya dan menitipkannya disini, aku seorang petualang jadi aku juga kadang harus pergi ke suatu tempat dan tidak bisa mengurus mereka, ku harap kau bisa menggantikan ku mengurus mereka!..."
"Hah... Huhum.. tenang saja, akan ku pastikan mereka tumbuh sangat subur hingga dapat dipanen setiap hari!..." Lauria tersenyum lebar melihat keuntungan yang bisa dia dapat dari tanaman itu.
Ferran tersenyum tipis, "Kalau begitu mohon bantuannya!.."
"Ngomong-ngomong nona... Kudengar kau menyediakan tempat pembuatan potion bagi Ferran... Apa kau menyediakan bengkel untuk penempa?"
Lauria menaikan alisnya mendengar pertanyaan Shira, "Tidak!... Tapi kau bisa memakai bengkel tak terpakai tidak jauh dari toko ini!..."
Ferran memegang dagunya mendengar hal itu, sedangkan Shira menaikan alisnya penasaran, keduanya saling berpandangan dalam diam sebelum akhirnya mengikuti petunjuk Lauria menuju sebuah bengkel tempa terlantar, yang berada tidak jauh dari Toko Plum.
Dulu tempat tersebut merupakan milik teman Lauria, namun sejak temannya itu mendapatkan tempat yang lebih bagus dia segera menelantarkan tempat itu. Ferran dan Shira saling berpandangan ketika keduanya sampai di tempat tersebut, bangunannya cukup besar serta memiliki bagian ruangan untuk toko yang terpisah dari bengkel.
Bangunannya sendiri memiliki dua lantai, atau bisa dikatakan tiga lantai karena bangunan ini memiliki ruang bawah tanah tuk yang berfungsi sebagai bengkel kerja, lantai pertama sebagai toko serta lantai dua sebagai tempat beristirahat.
Pada dasarnya bangunan itu cukup bagus meski beberapa bagian dindingnya rusak karena sudah lama ditinggalkan, serta sebagian atapnya bocor bahkan berlubang, namun dengan keempat tangan Ferran dan Shira hal itu bukanlah masalah berarti.
Keduanya berhasil merenovasi rumah itu hanya dalam waktu satu hari, Ferran memandang bangunan dihadapannya dengan senyum tipis sedangkan Shira tersenyum lebar melihat bangunan tersebut.
Karena keduanya akan meninggali rumah itu maka Ferran dan Shira membuat sedikit modifikasi, lantai pertama pada dasarnya adalah toko. Meski begitu Shira tidak terlalu tertarik tuk menjual barang-barangnya disini, jadi mereka memakainya sebagai ruang tamu biasa serta sebuah dapur tentunya.
Lantai dua terdapat enam ruangan, mengingat hanya dua orang yang tinggal didalamnya maka Hanya dua kamar lah yang terpakai. Shira mengubah salah satu ruangan sebagai tempat membuat potion bagi Ferran, namun ruangan itu belum sepenuhnya jadi karena mereka juga memerlukan barrier pelindung, seperti yang ada pada ruangan yang pernah Ferran gunakan di toko Lauria.
Sedangkan ruangan bawah tanah sendiri tidak memiliki banyak perubahan, tempat tersebut masihlah sebuah bengkel yang akan menjadi tempat Shira menempa.
"Hah... Ini melelahkan..." Ferran mengusap keringat yang mengucur deras dari keningnya.
"Hahaha... Tapi hasilnya setara bukan?..."
"Hum... Kalau begitu, aku akan log out dulu di tempatku sudah malam dan aku juga belum makan..."
"Baiklah... Kalau begitu... Aku mulai menempa saja lah..."
------->>><<<-------
Dalam sebuah ruangan yang terkesan cukup mewah, dengan gaya abad pertengahan khasnya, serta seorang pemain berumur dua puluhan tahun dengan rambut hijau yang cukup mencolok.
Pemuda itu terlihat tengah sibuk membolak-balik kertas dimejanya sambil sesekali berdecak kesal, sampai akhirnya dia dapat mendengar seseorang mengetuk pintu ruangannya.
"... Masuk!"
Seorang pemain lainnya masuk, dia memakai zirah besi serta membawa sebuah pedang dua tangan di punggungnya.
"Bagaimana dengan misinya Ryaz?"
"... Maaf ketua... Kami gagal dalam misi ini!"
Pemain yang Ryaz panggil ketua itu memejamkan matanya sejenak, sebelum menghela nafas panjang, "Berapa yang mati?"
"Tidak ada... Kami gagal bukan karena hal itu!..." Ryaz menundukkan kepalanya, mengatakan hal itu dengan mulut sedikit bergetar.
"... Jelaskan!"
"Sepertinya ada beberapa pemain yang telah lebih dulu membunuh monster itu... Dari bekas pertarungan yang dianalisa para Scout, sepertinya hanya ada dua atau empat pemain... Kami juga menemukan bekas ledakan di tempat kejadian serta pecahan kaca yang kemungkinan dari botol potion seorang Alchemist..."
Pemain berambut hijau itu berpangku tangan dalam diam, dia akhirnya menghela nafas sekali lagi. "Usahakan cari dan rekrut pemain itu... Lakukan cara apapun termasuk kekerasan dan ancaman!"
Ryaz mengangguk pelan dan segera keluar dari ruangan itu, pemain berambut hijau itu meremas sebuah kertas sebelum menggebrak meja cukup keras, pada akhirnya dia menghela nafas berat dan menyandarkan punggungnya pada kursinya.
Kalriat, ketua Guild Black Latern, sebelumnya dia telah menerima misi dari Viscount penguasa kota ini untuk menghabisi Saber Fang Wolf yang berkeliaran di hutan Utara. Sekarang misi itu gagal karena ada pemain lain, yang telah mengalahkan makhluk itu terlebih dahulu sebelumnya Guildnya.
Belum lagi pemain itu diduga hanya berempat atau bahkan hanya berdua untuk mengalahkan serigala itu, sedangkan Kal sendiri mengirim lebih dari sepuluh pemain terkuat guildnya yang ada di kota ini tuk mengurus monster itu.
Identitas lain Kal merupakan anak dari CEO perusahaan Red Icon, sebelumnya ayahnya memang telah menanamkan aset mereka dalam Etheria Realms dalam bentuk Guild. Terdapat total tiga guild yang telah dibentuk oleh Ayah Kal, dan salah satunya adalah Guildnya yang karena beberapa alasan baru terbentuk setelah satu bulan Etheria Realms beroperasi.
Bukan hal mudah bagi Guild Kal untuk mengejar ketertinggalan selama satu bulan, mengingat waktu di dalam game ini berjalan dua kali lebih cepat dari dunia nyata.
Setelah berbagai hambatan Kal akhirnya cukup beruntung karena dapat menjalin hubungan baik dengan Viscount penguasa kota ini, sehingga Guild Kal bisa dengan bebas beroperasi di kota ini.
Kal bahkan memakai wewenangnya, itu untuk mengembangkan Guildnya di kota tersebut dengan berbagai cara. Monopoli area perburuan, monopoli Herba dan mineral menempa, serta cetak biru tempa, menaikan harga pasar, semuanya Kal lakukan demi Guildnya. Hasilnya Black Lantern berhasil mengokohkan fondasi mereka sebagai Guild bintang enam beberapa Minggu yang lalu.
Namun belakangan ini Kal mendapatkan laporan mengenai penurunan harga pasar yang cukup signifikan, terutama pada Herba dan Potion. Sebuah toko terdengar menjual potion berkualitas, dengan tingkat kemurnian diatas 50% mereka mematok harga cukup murah membuat potion mereka laku keras dan berhasil menurunkan harga pasar.
Disisi lain ada juga desas-desus tentang seorang pemain Blacksmith yang menjual barang-barang tanpa mengikuti peraturan pasar, dia tidak pernah terlihat namun selalu ada saat ada yang membutuhkannya. Tidak banyak ciri-ciri yang dapat disebutkan darinya karena dia selalu memakai jubah bertudung, mengingat jumlah pemain yang memakai jubah bertudung di kota, hanya menghabiskan waktu jika melakukan pemeriksaan satu per satu.
Belum lagi Kal juga mendapatkan informasi bahwa sebuah dungeon telah ditemukan di hutan timur kota, hal itu hanya membuat Kal tambah frustasi. Dia memang memonopoli hutan barat kerena Herba nya yang berharga, serta hutan selatan karena jumlah monsternya yang cukup padat.
Jujur saja jika saja dungeon itu muncul di tempat yang Kal kuasai, sudah pasti dungeon itu hanya menjadi milik Guildnya seorang. Kal menghela nafas berat, sebuah regu eksplorasi akan dibentuk tuk menjelajahinya yang terdiri dari belasan kelompok pemain independen, Guildnya diperbolehkan ikut namun dilarang mengambil harta dungeon.
Kal memijat kepalanya yang berdenyut, dia bahkan belum menaikan levelnya sejak terakhir kali dirinya terjebak di ruangan terkutuk ini. Kal akhirnya hanya menghela nafas panjang, dia memang pekerja keras, namun dia tidak menyangka harus berakhir seperti ini ketika harus mengurus sebuah Guild.
...------->>><<<-------...
"Dungeon?..."
Shira dan Ferran baru saja memasuki toko Plum, ketika gadis itu memberitahu keduanya mengenai dungeon di hutan timur kota, meski Rita lah yang mendapatkan informasi ini bermodalkan tokonya di jalan utama kota.
Dari yang Rita dengar telah terbentuk regu eksplorasi yang siap menjelajahinya kapan saja, kelompok pemain independen yang ingin menjelajahinya diperbolehkan ikut secara percuma, dan tentunya akan mendapatkan hadiah rampasan sesuai konstribusi mereka.
Sedang kabar menariknya adalah, karena dungeon ini berada di wilayah para pemain independen maka Guild Black Lantern diperbolehkan ikut, dengan syarat mereka tidak akan mendapatkan sedikitpun jarahan dari dungeon kecuali Exp.
"Heh... Menarik!.." Ferran memegangi dagunya.
"Kalau begitu... Kapan eksplorasinya?" Shira bertanya karena juga cukup tertarik dengan dungeon ini.
Rita menyesap tehnya, "... Huh... Akan dilakukan hari ini juga! Jam sembilan... Sebaiknya kalian bergegas bersiap!"
Ferran dan Shira saling berpandangan dengan senyum terlukis diwajah mereka, Ferran kemudian segera kembali memasuki ruangan pembuatan potion lagi, tuk membuat lebih banyak potion.
Sedangkan Shira juga kembali ke bengkelnya tuk, menyelesaikan senjata miliknya dan milik Ferran. Keduanya begitu bersemangat tuk menjelajahi Dungeon, yang tanpa mereka ketahui akan mengubah jalan yang mereka ambil.