Alisa, harusnya kita tidak bertemu lagi. Sudah seharusnya kau senang dengan hidupmu sekarang. Sudah seharusnya pula aku menikmati apa saja yang telah kuperjuangkan sendiri. Namun, takdir berkata lain. Aku juga tidak mengerti apa mau Tuhan kembali mempertemukan aku denganmu. Tiba-tiba saja, seolah semua sudah menjadi jalan dari Tuhan. Kau datang ke kota tempat aku melarikan diri dua tahun lalu. Katamu,
ini hanya urusan pekerjaan. Setelah kau tamat, kau tidak betah bekerja di kotamu. Menurutmu, orang-orang di kotamu masih belum bisa terbuka dengan perubahan. Dan seperti dahulu, kau benci akan prinsip itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gregorius Tono Handoyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lanjutan Cerita dari Rea 1
Aku bisa melihat mata ibu yang sedang menyembunyikan segunung kesedihan.
Kalau sudah begini, aku tidak tahu harus berkata apa. Aku hanya ingin memeluk ibuku. Betapa ruginya lelaki yang meninggalkannya. Suatu hari nanti, ayah pasti akan menyesal. Namun aku ragu, kata ibu, ayahku adalah orang yang tidak akan pernah menyesali apa yang sudah ia pilih. Lelaki itu benar-benar berprinsip. Salah satu hal yang akhirnya membuat ibu tidak bisa mencintai lelaki lain. Ja terlalu cinta kepada ayah -kepada semua prinsip hidup lelaki itu. Hal yang tidak pernah ia temukan pada lelaki lain.
Salah satu hal yang membuatku mengagumi Rea, adalah betapa dia mencintai lelaki yang berarti bagi hidupnya. Hanya saja, bedanya dengan ibuku, Rea mengagumi ayahnya, sedangkan ibuku mengagumi suaminya.
Di satu sisi, Rea memang menjelma seperti ibuku. Lelaki -kekasihnya meninggalkan ia sebab alasan yang tidak jelas.
"Sudahlah, tidak usah dibahas lagi. Aku sudah melupakannya." Dan aku paham, tidak seharusnya lagi aku membahas mantan kekasihnya itu. Tak ada perempuan yang suka mantan kekasihnya dibahas. Pada saat yang sama dia sedang berusaha melupakan seseorang itu.
"Andai saja, semua lelaki seperti ayahku." Tiba-tiba mata sedih itu berubah seketika. Ia begitu mengagumi ayahnya. Hal yang bertolak belakang denganku. Hampir semua cerita yang dia sampaikan adalah hal yang tidak pernah kualami.
Aku tidak pernah merasakan dikecup kening sebelum tidur. Aku tidak pernah merasakan bagaimana dipeluk saat ketakutan. Juga tidak tahu rasanya disuapi saat demam. Tidak pernah sama sekali.
"Aku cemburu mendengar ceritamu," ucapku. Dan, aku benar-benar merasakan itu. Semua hal yang diceritakan Rea adalah hal-hal yang hanya menjadi angan-angan bagiku.
Dia memelukku. "Kau jangan seperti ayahmu. Jadilah ayah yang baik untuk anak-anakmu nanti." Aku hanya tersenyum mendengar ucapan Rea. Dia memang ajaib, setiap kali kesedihan datang selalu mampu ia tepiskan hanya dengan pelukan.
"Aku akan menjadi seseorang yang selalu me- nemanimu. Apa pun kondisinya." Pelukan itu semakin erat.
Entah sejak kapan, aku tidak tahu. Yang jelas semakin hari aku dan Rea sudah menjelma menjadi orang yang saling membutuhkan. Hingga suatu hari, ia memintaku dengan permintaan yang tidak pernah kuduga sebelumnya.
"Jadilah lelaki seperti ayahku. Yang tak lelah mencintai perempuannya."
Saat itu aku ingin sekali bertemu dengan lelaki hebat kebanggaannya itu. Aku ingin belajar bagaimana menjadi ayah yang baik. Bagaimana menjadi suami yang baik. Andai saja bisa, ingin kuajak ayahku belajar kepada ayah Rea. Ingin sekali aku katakan kepadanya, lelaki baik tidak akan meninggalkan orang-orang yang ia cintai. Ataukah ayahku sebenarnya tidak mencintai aku dan ibuku?
Rea selalu ajaib. Juga cintanya yang selalu bisa menghilangkan sedihku. Tak terasa setahun lebih kebersamaan kami. la bisa mengisi kekosonganku. Anak lelaki yang sepi sejak kecil. Ia menjadi teman berbagi banyak hal. Dan sungguh, aku selalu jatuh cinta kepadanya. Tentu, bagi Rea, aku juga lelaki yang bisa mengobati lukanya. Bekas sakit hati yang disebabkan mantan kekasihnya itu seolah sirna sudah.
Pernah waktu itu aku cemas. Mantan kekasihnya meminta kembali kepadanya. Aku hanya diam. Tidak ada yang bisa kupertahankan. Aku tidak pernah menyatakan perasaan kepada Rea. Kami hanya berjalan seperti sebuah kisah yang tidak pernah direncanakan. Namun, Rea adalah perempuan yang selalu bisa diandalkan.