Cerita ini mengisahkan tentang perjuangan pemuda berusia 15 tahun yang mempunyai bakat bermain pedang dan ilmu bela diri yang cukup tinggi dalam menyelamatkan desanya dari penindasan oknum tak bertanggung jawab. Setelah berhasil mendapatkan kebebasan untuk desanya, satu persatu fakta keluarganya terkuak. Dia juga menyadari bahwa Alavarez yang merupakan kepala keluarganya telah di sekap oleh oknum bernama Fikron untuk di jadikan tahanannya. Tidak ada yang tau dimana Fikron mengurung Alarez, bahkan Mijay dan Altan yang menyamar sebagai anak buah Fikron saja masih belum bisa menemukan keberadaan Alvarez. Zafer pemuda 15 tahun itu memutuskan untuk memulai misi penyelamatan Alvarez, dan bersiasat menghabisi rekan-rekan Fikron yang berada di Abu Dhabi dan Oman.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Tiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
C07 : MISI KEDUA
...𖣁 ࣪࣪ἨΛⱣⱣὙ ᖇ𝚬Λ𝐃𝐥ṆԌ 𖣁...
"Mungkin. Sebentar lagi, "
"Baiklah. Cepat pulang, "
"Iya kak, "
Panggilan pun di akhiri. Zafer meminta teman-temannya untuk melepaskan ikatan mereka.
"Kamu hanya terhipnotis atas kekayaan dan kasih sayang kakakmu. Kamu tidak tau selama ini kalian hidup menggunakan uang rakyat, "
"Jika kau mau. Besok jam istirahat datanglah ke lapangan. Kami berlima selalu di sana. Besok akan ku ceritakan semua perbuatan kakakmu. Siapa tau hati mu mau terketuk, " ucap Zafer yang lalu mengajak teman-temannya untuk pergi.
"Zafer. Tunggu, " tegur Emla.
"Sudah ku duga, " ucap Zafer pelan sambil menoleh ke arah Elma.
"Kau mau kemana?"
"Pulang. Kenapa?"
"Lalu kami? Jika kak Desmon melihat kami pulang jalan kaki. Tentu kalian akan mendapatkan masalah, "
"Oh iya. Bentar, " ucap Naashir yang kemudian berjalan ke bagasi mobil dan membukanya. Di situlah Naashir menyembunyikan supir pribadi Elma. Naashir melepaskan ikatan dan kain yang menutup mulutnya. "Jika kau berani buka mulut. Akan ku cincang tubuh mu, " ancam Naashir. Supir itu nampak ketakutan dan bergegas mengajak ketiga gadis itu pulang.
...· . . · 𐙚· . . ·𐙚 · . . · 𐙚· . . ·𐙚 · . . · 𐙚· . . ·𐙚 · . . ·...
Malam harinya, Emla nampak sedang termenung di kamarnya memikirkan apa yang di katakan oleh Zafer. Emla kemudian teringat dengan suatu ruangan yang sangat suka di pakai Desmon dan anak buahnya untuk berkumpul. Emla mengajak kedua temannya yaitu Rayla dan Eshma untuk mengecek ruangan tersebut. Rayla dan Eshma di titipkan oleh ayah mereka kepada Desmon untuk tinggal di rumah yang di sebut dengan istana tersebut.
"Emla. Kita mau apa di sini? Bukankah kak Desmon mengatakan untuk jangan mendekati ruangan ini?"
"Hanya ini yang bisa membenarkan perkataan Zafer tadi siang. Jika memang ada sesuatu di dalam itu artinya yang di katakan Zafer itu benar. Tapi jika tidak. Berarti Zafer sudah berbohong. Dan kita harus melaporkannya pada kakakku, " ucap Emla. Mereka berdua pun sepakat dengan ide Emla. Mereka lalu perlahan-lahan masuk melalui pintu belakang ruangan yang terletak di belakang istana mereka. Emla dan kedua temannya menyelinap masuk dan berhasil melihat semuanya walau hanya dari lubang kecil. Emla di buat terkejut saat melihat ada beberapa gadis di telanjangi di depan umum dan juga melecehkannya. Ia semakin terkejut melihat kakaknya hanya tertawa di sana melihat gadis itu di permalukan.
"Emla apa yang terjadi?" Tanya Rayla. Emla tidak bisa menjawab pertanyaan Rayla sama sekali. Dia hanya terdiam terkejut melihat apa yang saat ini sedang dia lihat. Rayla dan Eshma sedikit menggeser Emla untuk melihat apa yang terjadi. Mereka pun ikut terkejut dengan apa yang terjadi di dalam ruangan tersebut.
"Ekhem, " tegur seorang pria yang melihat keberadaan mereka.
"Ka-kak Jay, "
"Sedang apa kalian di sini?"
"Kak. Kami-"
"Pergi masuk ke kamar. Sebelum ada yang melihat kalian, "
"Iya kak, " jawab ketiga gadis itu bersama yang kemudian bergegas masuk ke kamar mereka. Jay merupakan Mijay yang di awal cerita merupakan anak bungsu Alvarez dan kini sedang berpura-pura menjadi anak buah Desmon.
...· . . · 𐙚· . . ·𐙚 · . . · 𐙚· . . ·𐙚 · . . · 𐙚· . . ·𐙚 · . . ·...
Keesokan harinya, Elma bersama Rayla dan Eshma menemui Zafer dan teman-temannya di lapangan.
"Kalian. Apakah hati kalian sudah terketuk?"
"Aku minta maaf atas sikap ku. Aku juga sudah memikirkan matang-matang tentang ucapan mu kemarin. Di tambah aku juga melihat langsung kejadian itu di depan mataku, "
"Bagaimana aku percaya kalau kau benar-benar sudah menyesal atas apa perbuatan mu pada kami?"
"Zafer. Aku tidak tau harus mengatakan apa lagi agar kalian percaya. Tapi aku bersumpah atas nama ibuku-"
"Syutt. Aku percaya. Aku tidak suka mendengar seorang anak bersumpah demi ibunya, " jawab Zafer.
"Jadi kau memaafkan ku?"
"Aku memaafkan mu. Tapi kau juga harus meminta maaf pada teman-teman ku?"
"Naashir, Athaar, Umar, dan Zira. Aku minta maaf ya sama kalian, "
"Iya kami juga, " sahut Rayla dan Eshma. Mendengar itu sontak keempat kawanan ini sedikit melirik ke arah Zafer. Zafer juga memberi kode agar mereka mau memaafkan Emla dan kedua temannya. Mereka pun akhirnya berdamai dan menjadi kawan. Hari demi hari mereka lalui bersama dengan penuh candaan dan juga tawa. Emla dan kedua temannya juga baru menyadari betapa serunya bergaul dengan orang-orang sederhana yang ternyata asik.
Suatu hari saat pulang sekolah. Zafer mendapatkan kejutan dari ibunya di mana Selin membelikan Zafer sebuah ponsel yang tidak begitu mahal. Zafer sangat senang dengan hadiah itu. Selin membelikannya karena kasian melihat putranya tidak mempunyai ponsel sementara teman sebayanya sudah mempunyai ponsel. Zafer yang senang langsung membawa ponsel itu dan seperti biasa kelakuan anak-anak selalu memamerkan barang baru mereka. Mereka lalu saling bertukar nomor ponsel masing-masing.
"Nah. Gini kan enak. Kalau ada apa-apa kita bisa saling call saja, " ucap Umar.
"Tidak. Aku rasa lebih asik jika kita berkumpul dan membicarakannya secara langsung, " sahut Zira.
"Yang di katakan Zira memang benar. Walau sekarang sudah canggih. Komunikasi terbaik adalah tatap muka, "
"Oh ya Zafer. Misi kita selanjutnya apa?"
"Besok akan kita bahas bersama Emla, "
"Kau ingin melibatkan mereka juga?"
"Tidak. Hanya saja sebelum kita memulai misi ini. Kita mesti harus tau denah dari sudut rumah milik Emla, "
"Jadi... "
"Ya Zira. Kita akan meminta Emla untuk mengajak kita ke rumah nya besok, "
"Yes kita akan pergi ke kota, " sahut Athaar gembira.
...· . . · 𐙚· . . ·𐙚 · . . · 𐙚· . . ·𐙚 · . . · 𐙚· . . ·𐙚 · . . ·...
Keesokan harinya saat pulang sekolah. Emla menyetujui tawaran Zafer untuk mengajak mereka ke istana Emla. Zafer memberikan pesan singkat pada ibunya kalau dia akan mengerjakan tugas kelompok di rumah temannya. Zafer tidak menyebutkan bahwa dia akan pergi ke kota. Karena dia tau ibunya akan melarang keras dirinya untuk pergi ke kota. Sepanjang perjalanan Zafer dan kawannya cukup takjub melihat keindahan kota yang begitu luas. Tiba-tiba jalanan menjadi macet. Di saat kemacetan tersebut, mata Zafer memandang sebuah bangunan yang cukup besar dari tepi jalan.
"Bangunan apa itu?"
"Entahlah. Sejak aku pindah ke kota ini. Bangunan itu sudah di tutup sejak lama, "
"Apakah itu stadion bola?"
"Bukan. Kata tetangga ku ini adalah rumah milik keluarga besar itu, "
"Hernandes?"
"Iya, "
"Heran sama orang kaya. Di luar sana banyak yang susah mencari tempat tinggal, mereka malah meninggalkan rumah ini, " ucap Athaar.
"Kenapa aku merasa gelisah terhadap rumah ini, " batin Zafer.