Kalandra terpaksa menerima perjodohannya itu. Padahal dia akan dijodohkan dengan perempuan yang sedang hamil lima bulan.
Saat akan melangsungkan pernikahannya, Kalandra malah bertemu dengan Anin, perempuan yang sedang hamil, dan dia adalah wanita yang akan dijodohkan dengannya. Ternyata Anin kabur dari rumahnya untuk menghindari pernikahannya dengan Kalandra. Anin tidak mau melibatkan orang yang tidak bersalah, harusnya yang menikahinya itu Vino, kekasihnya yang menghamili Anin, akan tetapi Vino kabur entah ke mana.
Tak disangka kaburnya Anin, malah membawa dirinya pada Kalandra.
Mereka akhirnya terpaksa menikah, meski tanpa cinta. Apalagi Kalandra masih sangat mencintai mantan kekasihnya. Akankah rumah tangga mereka baik-baik saja, ketika masa lalu mereka mengusik bahtera rumah tangga mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua
Sari dan Mela meninggalkan ruang tamu, mereka menuju kamar Anin. Sari sangat senang sekali bisa bertemu dengan Anin, apalagi Anin sangat cantik sekali. Mela mengetuk pintu kamar Anin, dia membukanya karena Anin tak menguncinya. Anin terlihat sedang merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia terlihat melamun dengan menatap langit-langit kamar.
"Anin sayang, lihat siapa yang datang?" Ucap Mama Mela yang sudah duduk di tepi ranjang.
"Hai sayang, maaf Tante ganggu istirahatmu," sapa Sari.
"Hai juga Tante? Maaf tante itu Tante Sari?" tanya Anin.
Memang Anin tak pernah tahu Sari dan Surya, walaupun kedua orang tua mereka bersahabat baik. Tapi, Sari dan Surya jarang bertemu di rumah, mereka jika bertemu di luar rumah dan jarang membawa anak mereka.
"Iya ini Tante Sari, Sayang," jawab Mama Mela.
"Hallo Anin, salam kenal. Ini mama Sari, calon mertuamu sayang. Bagaiman keadaanmu?" tanya Sari.
"Emm ... ba--baik, Tante," jawab Anin gugup.
"Panggil mama saja dong? Jangan Tante," pinta Sari
"Ehm ... iya ma." Anin mengulangi lagi memanggil Sari dengan sebutan Mama.
"Usia kandunganku berapa Minggu sayang?" tanya Sari
"Sudah memasuki Minggu ke-20, Ma," jawab Anin.
"Sudah hampir 5 bulan. Anin, mau kan menikah dengan Kala?" tanya Sari.
"Ma, Anin tidak mau menjadi beban Putra mama, biarlah anak ini lahir tanpa ayah, Anin akan mengurusnya sendiri, Ma," jawab Anin.
"Tidak, Nak. Kamu harus menikah dengan Kala. Mama yakin Kala tidak akan menolaknya. Kala pasti mau menikah denganmu."
"Tapi, Ma."
"Tidak ada tapi-tapian. Kamu harus menikah dengan Kala, putra mama." Ucap Sari dengan tegas.
Mau tidak mau, Anin harus menuruti apa kata orang tuanya dan apa kata orang tua Kala. Anin semakin merasa tidak enak dengan perlakuan calon mertuanya yang baik sekali. Padahal mereka baru bertemu, tapi rasanya sudah akrab saja.
"Aku harus bagaimana, mereka terlalu baik sekali padaku. Aku sudah membawa Aib untuk mereka. Tapi, mereka masih baik terhadapku?" ucap Anin dalam hati.
Dia menundukkan wajahnya dan kembali menatap Mama Mela dan Tante Sari. Anin menghembuskan nafasnya perlahan.
"Tante, mama, Anin tidak bisa, biarkan anak Anin lahir tanpa Ayah, Anin akan merawatnya sendiri Ma, Tante."
"Anin, apa kamu ingin melihat papa kamu di gunjing banyak orang karena kamu mempunyai anak tidak ada ayahnya?" ucap Tante Sari
"Tante, apa Tante tidak kasihan, anak Tante menikahi wanita yang tengah hamil dan itu bukan anaknya sendiri?" tanya Anin dengan meneteskan air mata.
Sari sejenak terdiam mencerna apa yang di katakan Anin. Iya benar, Kala harus menikahi wanita yang sedang hamil tapi bukan anaknya.
"Iya benar kata Anin. Tapi, aku kasihan melihat Mela dan Seno, Mereka orang yang sangat berjasa dalam hidupku dan Mas Surya. Mereka yang menyatukan kami kembali ketika orang tua kami mencoba memisahkan kami," ucap Sari dalam hati
"Tante, Anin mohon, jangan paksa Kala jika dia tidak mau," ucap Anin sekali lagi.
"Tante yakin dia pasti mau sayang. Kamu jangan khawatir, Nak." Sari memeluk Anin, dia sudah menganggap Anin adalah putrinya.
Mela dan Sari meninggalkan kamar Anin, mereka menghampiri suami mereka yang masih berbincang-bincang di ruang tamu.
"Bagaimana Anin, Ma?" tanya Surya.
"Aku sudah membujuknya, dia mau, Pa," jawab Sari.
"Syukurlah, Kita harus membicarakan ini semua pada Kala sekarang ma," ujar Surya.
"Apa tidak terlalu cepat, Sar?" tanya Mela.
"Mela, kandungan Anin semakin membesar, kita harus segera menikahkan Anin dan Kala," jawab Sari.
"Sari, Surya, terima kasih untuk semuanya. Kami melibatkan masalah ini pada kalian," ucap Seno.
"Seno, kamu dan Mela adalah orang yang berarti bagi hidup kami. Kamu ingat dulu, bagaimana kehidupanku dan Sari sebelum kamu menolongku dari keterpurukan itu?" tanya Surya.
"Surya, aku ikhlas dengan semua itu. Apa Kala mau menikah dengan anakku yang telah di hamili laki-laki lain?"
"Seno, serahkan semua pada kami. Kami akan membicarakan baik-baik pada Kala. Kami permisi pulang dulu untuk membicarakan ini semua pada Kala." Surya dan Sari pamit pulang untuk membicarakan semua pada Kala.
Kala yang baru saja menemui Klien papanya, dia kembali ke kantor untuk menyelesaikan semua pekerjaannya. Kala sibuk dengan berkas-berkas yang bertumpukan di meja kerjanya.
Ponsel dia berbunyi, ada satu pesan masuk di Whatsapp nya, dia membuka pesan masuk tersebut. Iya, pesan itu dari papanya.
[Nak, bisakah kamu pulang sebelum jam 5 sore, ada hal yang harus papa dan mama bicarakan]
[Baik, Pa.]
Kala hanya membalas seperti itu, dia sudah paam, pasti semua itu masalah wanita, dia sudah tau kalau Papa dan Mamanya pasti akan menjodohkan dia.
"Paling mau mengenalkan seorang wanita dari rekan bisnisnya lagi. Kenapa mereka tak pernah menyerah sedikitpun? Apa papa dan mama sebegitunya ingin aku menikah?" Kala bertanya-tanya dalam hatinya.
"Ah ... entahlah, kali ini mungkin aku harus menuruti dan mencoba menerimanya." Lirih Kala sambil meneruskan pekerjaannya.
Kala melajukan mobilnya untuk kembali ke rumahnya. Sesampainya du rumah, dia langsung menemui kedua orang tuanya, mereka berkumpul di ruang tengah membicarakan masalah perjodohannya dengan Anin. Kala hanya mendengarkan apa yang orang tuanya katakan.
"Pa, bagaimana bisa aku menikahi seorang wanita yang tengah hamil, masa iya, Kala yang harus menanggungnya pa?" protes Kala dengan kecewa.
"Nak, mama mohon, ini satu-satunya cara membalas kebaikan keluarga Om Seno dan Tante Mela. Mereka yang dulu menolong keluarga ini, Nak?" pinta Mama Sari
"Ma, tapi bukan seperti ini caranya!" pekik Kala. Kala semakin kesal dan menolaknya, tapi apalah daya, dia tidak bisa membantah keinginan orang tuanya.
"Kala, papa mohon sekali denganmu. Papa yakin kamu bisa." Papa Surya memohon pada Kala sekali lagi.
"Pa, beri Kala waktu. Kala akan mempertimbangkannya," ucap Kala sambil berlalu masuk ke kamarnya.
"Harapan kami hanya padamu, Nak," desah Mama Sari penuh harap.
Kala berlalu meninggalkan kedua orangtuanya. Dia bimbang, dia mengira orang tuanya akan menjodohkannya dengan gadis yang tidak sedang hamil. Tapi, mereka menyuruh Kala menikahi wanita yang tengah hamil dan di tinggalkan begitu saja oleh kekasihnya.
"Apa salah dan dosaku, Tuhan? kenapa aku harus menikahi wanita yang hamil bukan karena ulahku?" lirih Kala sambil mendudukkan dirinya di tepi ranjang. Dia meremas rambutnya karena frustrasi.
"Aku harus bagaimana, apa aku harus menurutinya?" ucap Kala dalam hati.
Kala merebahkan tubuhnya di tempat tidur, dia memikirkan apa yang orang tuanya inginkan.
"Jika ini yang terbaik, aku akan menurutinya, iya aku akan menerimanya, bagaimanapun Om Seno dulu sudah berkorban untuk keluarga kami. Lalu, siapa anak Om Seno itu? lebih baik aku menanyakan pada Mama dan Papa nanti saat makan malam," ucap Kala lirih.
Orang tua Kala sudah menunggu di meja makan untuk makan malam. Kala keluar dari kamarnya dan menghampiri orang tuanya yang sudah menunggunya di meja makan.
"Malam, Ma, Pa." Sapa Kala sambil mendudukan dirinya di kursi.
"Malam, Kala? Kamu mau makan apa, biar mama ambilkan?" tanya Mama Sari.
"Mau ayam kecapnya, Ma. Oh iya Ma, Pa, apa anak Om Seno itu yang bernama Anin?" tanya Kala .
"Iya, benar Anin. Ada apa kamu bertanya? Apa kamu akan menyetujui perjodohan ini? Jika iya, papa sangat berterima kasih padamu, Nak," jawab Papa Surya.
"Apa dia mau?" tanya Kala sambil menikmati makan malamnya.
"Mama sudah membujuk Anin, dia menerimanya tapi masih ragu, dia tidak mau membebani kita," ucap Mama Sari.
"Ma, Pa, Kala terserah mama dan papa, jika memang ini jalan Kala untuk menikahi dan bertanggung jawab pada Anin, Kala terima, asal mama dan papa bahagia. Dan, ini semua yang terbaik untuk Kala." Ucap Kala, dia sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi nanti. Dia hanya mencoba menyenangkan hati orang tuanya.
"Kamu yakin?" tanya Papa Surya.
"Iya, Kala yakin," jawab Kala dengan tegas.
"Maafkan papa, Nak. Apa kamu memiliki kekasih atau wanita yang kamu cintai? Jika iya, kamu bisa membatalkan semua ini?" anya Papa Surya.
"Tidak pa, papa tau sendiri kan, bagaimana Kala?" jawabnya.
"Ya sudah, kami akan memberitahukan pada Om Seno dan Tante Mela, kalau kamu menerima perjodohan ini," cap Papa Surya.
Kala kembali ke kamarnya setelah makan malam, dia masih bingung dengan keputusannya.
"Bagaimana bisa aku mengiyakan permintaan papa dan mama untuk menikahi wanita yang sedang hamil?" ucap Kala dalam hati.
Kala merebahkan tubuhnya di tempat tidur, dia mencoba memejamkan matanya,tapi tidak bisa. Dia sangat penasaran dengan Anin, wanita yang akan di jodohkan dengannya.
Sementara di rumah Seno, dia baru saja menerima telfon dari Surya. Surya berkata padanya bahwa Kala mau menikahi Anin. Hati Seno sangat bahagia mendengar kabar dari Surya. Dengan segera dia menentukan tanggal pernikahan mereka tanpa persetujuan dari Anin dan Kala.
Pernikahan mereka akan di gelar satu minggu lagi. Keputusan mereka sudah bulat, Anin dan Kala harus mau menerima keputusan dari kedua orang tua mereka.