Bintang panggung dan penulis misterius bertemu dalam pertemuan tak terduga.
Rory Ace Jordan, penyanyi terkenal sekaligus sosok Leader dalam sebuah grup musik, terpikat pada pesona Nayrela Louise, penulis berbakat yang identitasnya tersembunyi. Namun, cinta mereka yang tumbuh subur terancam ketika kebenaran tentang Nayrela terungkap.
Ikuti kisah mereka....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. LOML 7
Nayla duduk bersandar di kursinya dengan tangan terlipat serta kedua mata terpejam. Mengistirahatkan tubuhnya setelah beberapa saat lalu pertemuan yang ia hadiri berlangsung lebih lama dari yang seharusnya.
Tak jauh dari tempat Nayla duduk, Rose tengah memeriksa ulang tumpukan berkas yang sudah Nayla selesaikan dengan tatapan puas.
Wanita itu menatap Nayla sejenak, beralih ke sudut ruangan di mana tumpukan hadiah yang sudah tersusun rapi di sana, lalu kembali pada Nayla seraya beranjak dari duduknya.
"Tidurlah sebentar di sofa! Terlihat sangat jelas kau tidak tidur lagi tadi malam," saran Rose menepuk bahu Nayla.
"Aku sempat tidur. Hanya saja, aku terbangun jam tiga pagi dan tidak bisa tidur lagi," sahut Nayla dengan mata terpejam.
"Dannn_,,,," sambungnya membuka mata.
"Aku bukan mengantuk, tetapi aku lapar. Bisakah kita makan sesuatu?" pinta Nayla sembari mengusap perutnya sendiri
"Baik,,, Baik,,, Salahku,,, Aku sudah mengambil jam sarapanmu hari ini," sambut Rose terkekeh pelan.
"Apa yang sedang ingin kamu makan?" imbuhnya seraya melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Kita tidak memiliki banyak waktu bukan?" tanya Nayla.
Rose mengangguk sebagai jawaban.
"Aku juga sedang tidak ingin pesan antar. Jadi, kita ke cafe sebelah saja. Hanya itu tempat terdekat di sini. Jika kita ke bistrot atau resto terdekat, perlu waktu lima belas menit atau lebih dengan berjalan kaki, dan di sana selalu penuh di jam makan siang," tutur Nayla.
"Aku bisa membelikannya untukmu, dan kamu tidak perlu keluar," tawar Rose.
"Tidak!" tolak Nayla menggelengkan kepala.
"Kita ke cafe sebelah saja. Ku dengar, siang ini ada menu baru dan cocok untuk makan siang, bagaimana?"
"Baiklah, apapun yang kamu inginkan," sambut Rose.
Mereka melangkah keluar ruangan, berjalan beriringan menuju cafe yang didatangi Nayla pagi ini. Namun, langkah mereka terhenti ketika ponsel Nayla berdering dengan nama 'My Boss' tertera pada layar ponsel.
"Sebentar." ucap Nayla seraya menggeser layar ponsel untuk menjawab panggilan.
"Saya, Mr.?" sambut Nayla setelah meletakkan ponsel di telinga.
"Bisakah kau datang ke ruanganku? Datanglah sendirian," ucap Darwin.
"Baik, saya segera ke sana," jawab Nayla.
Panggilan berakhir cepat, membuat wanita itu segera menyimpan ponsel ke dalam saku celananya.
"Pergilah lebih dulu, aku perlu ke ruangan Mr. Darwin," ucap Nayla.
"Aku perlu ikut? Apakah terjadi sesuatu?" tanya Rose cemas.
"Tidak, cukup aku saja. Kamu sudah bekerja keras, Rose. Kamu juga tahu bagaimana Mr. Darwin bukan?" sambut Nayla.
"Mr, Darwin akan menghubungimu lebih dulu jika sesuatu yang buruk terjadi," imbuhnya.
"Tapi_,,,"
"Belikan saja sesuatu untuk makan siangku," potong Nayla cepat.
Tanpa menunggu jawaban, Nayla berbalik dan pergi meninggalkan Rose begitu saja, masuk kembali ke dalam kantor untuk menemui atasannya.
.
.
.
Ethan, Nathan, dan Thomas tengah menandatangani sebuah berkas di ruangan di mana Darwin yang manjadi atasan Nayla berada di dalamnya.
Tok,,, Tok,,, Tok,,,
Suara ketukan pintu terdengar setelah beberapa saat lalu ia menghubungi seseorang untuk datang ke ruangannya, hal yang cukup untuk membuat perhatian mereka teralihkan sekaligus ingin mengetahui siapa yang diminta untuk datang disaat urusan mereka belum selesai.
"Masuk!" seru Darwin.
Pintu terbuka diikuti dengan Nayla yang melangkah masuk ke dalam, lalu tersenyum ramah pada tamu atasannya seraya memberikan anggukan sopan. Detik berikutnya, suara ketukan pintu kembali terdengar.
"Masuk!" Darwin berseru sekali lagi.
Pintu kembali terbuka diikuti sosok Rory dan Kevin yang melangkah masuk dan segera menuju sofa kosong seraya meletakan lembaran kertas di atas meja.
"Duduklah Nay! Beri aku waktu sebentar menyelesaikan ini, ada hal yang ingin kusampaikan secara langsung padamu!" pinta Darwin saat melihat Nayla masih berdiri.
"Baik," jawab Nayla seraya menanggukkan singkat.
Nayla duduk di kursi kosong yang tersedia dengan jarak beberapa langkah dari mereka, seolah ingin memberikan waktu untuk atasannya menyelesaikan apa yang tengah dia lakukan tanpa mencampuri urusan sang atasan selama dirinya tidak diberi ijin untuk masuk ke dalamnya.
Tanpa mereka sadari, Rory mengunci pandangan pada Nayla dengan senyum tipis menghiasi wajahnya.
'Jadi, dia benar-benar bekerja di sini? Sebagai apa?' batin Rory.
'Jika aku bertanya di saat mereka berada di sini, aku hanya memberi mereka peluang untuk menggodaku lagi,' imbuhnya menggerutu.
"Apakah kamu mengenali mereka, Nay? Kuperhatikan kamu bersikap biasa saja di depan tamuku," tanya Darwin tiba-tiba.
Rory segera tersadar dari lamunannya ketika suara Darwin terdengar bertepatan dengan Nayla yang mengarahkan pandangan pada dirinya, lalu beralih pada teman-temanya secara begantian.
"Satu satunya orang yang saya kenal di ruangan ini hanya Anda Mr," jawab Nayla.
"Benarkah?" sambut Darwin dengan kedua mata sedikit melebar.
"Apakah kau sungguh-sungguh tidak mengenali mereka atau kau hanya berpura-pura tidak mengenal mereka?" ulang Darwin bertanya.
"Maafkan saya jika ingatan saya buruk, namun saya tidak mengenali mereka," jawab Nayla.
"Bahkan satupun?" tanya Darwin lagi.
"Sama sekali," tegas Nayla.
Tawa Darwin meledak begitu saja disertai senyum tipis dari lima pria yang menjadi tamu atasan Nayla.
"Sayang sekali," ucap Darwin disela tawanya.
"Ah kalau begitu, apakah kau juga tidak tahu dengan grup musik Fimm Shadow?" tanya Darwin lagi.
Nayla mengerutkan kening sembari berpikir sejenak, menggali ingatannya sedalam yang bisa ia lakukan. Namun, tetap saja ia merasa baru pertama kali mendengar grup musik dengan nama yang baru saja disebutkan sang atasan, lalu menggeleng.
"Saya tidak mengetahuinya," jawab Nayla.
"Fimm Shadow_,,," Nayla bergumam pelan, menangkap satu hal pasti yang ia ketahui.
"Kata Fimm Shadow berasal dari bahasa Islandia yang memiliki arti lima bayangan. Apakah itu artikel yang akan dikerjakan kali ini?" tanyanya.
Bukan hanya lima orang yang menjadi tamu, namun Darwin sendiri terkejut dengan apa yang di lontarkan Nayla.
"Apakah saya mengatakan sesuatu yang salah?" tanya Nayla bingung kala melihat reaksi semua orang.
"Kamu pasti tahu siapa mereka, benar bukan?" tanya Darwin lagi.
"Jika tidak, bagaimana kamu bisa tahu grup Fimm Shadow berasal dari bahasa Islandia?" imbuhnya.
"Saya hanya mengerti beberapa kosakata bahasa Islandia dari buku yang saya baca, tapi saya benar-benar tidak mengetahui apapun tentang grup musik itu," jawab Nayla.
Darwin mengangguk mengerti, lalu kembali fokus pada para tamunya hingga mereka menyelesaikan kesepakatan yang tidak Nayla ketahui dan berlalu pergi.
"Kau serius tidak mengenal mereka?" tanya Darwin lagi sembari menyipitkan mata.
'Padahal nama mereka sangat populer, bahkan menjadi penyanyi terbaik saat ini,' lanjutnya dalam hati.
"Sir,,, Haruskah saya menjawab pertanyaan yang sama dengan jawaban yang sama juga?" keluh Nayla seraya melepas kacamatanya.
Perubahan sikap Nayla sukses membuat Darwin tertawa renyah. Sikap Nayla yang hanya ditunjukkan ketika hanya ada mereka berdua, dan hanya asistennya saja yang tahu dengan hubungan dekat Nayla dengan sang atasan.
"Anda sudah menatap saya lebih dari sepuluh detik tanpa bicara. Anda tidak meminta saya datang untuk menyatakan perasaan bukan?" kelakar Nayla.
"Dasar konyol!" sembur Darwin tertawa gelak.
"Aku sangat mencintai istriku, dan kau tidak akan bisa menggantikan posisi istriku," imbuhnya.
"Senang mendengarnya," sambut Nayla tanpa beban.
"Jika Anda sampai melakukannya, saya benar-benar akan keluar dari kantor redaksi ini,"
"Ancamanmu sungguh mengerikan," sambut Darwin tertawa lagi.
"Baik,,,Baik,,, Sekarang serius. Ada yang harus aku katakan padamu," ucap Darwin meredakan tawanya.
Sikap Nayla berubah dalam sekejap, sisi konyol yang sebelumnya ia tunjukkan lenyap tanpa bekas digantikan dengan sorot serius ketika mendengar intonasi pada suara atasannya berubah.
Darwin menyerahkan amplop coklat pada Nayla yang segera ia buka dan mengeluarkan isinya, lalu membaca apa yang tertulis di sana. Detik berikutnya, kedua mata Nayla melebar tak percaya dengan apa yang ia baca.
"Ini,,,," suara Nayla tercekat di tenggorokan.
Matanya menatap Darwin sejenak, berpindah pada lembaran kertas yang berada di tangannya, lalu kembali pada Darwin.
"Bercanda, benar bukan?" lirih Nayla.
Nayla menatap nanar pada kertas di tangannya, berharap tidak mendengar kabar yang tidak ingin ia dengar, namun suara Darwin justru membuat dirinya terhempas jauh ke bawah.
"Rose akan digantikan!" Darwin berkata tegas.
...%%%%%%%%%%%%%...
. . . . .
. . . . .
To be continued...
NOTE:
-Bistrot
Adalah restoran kecil yang menyajikan makanan sederhana dan murah.
***