kisah cinta dalam perjodohan, penuh luka dan air mata, hanya Demi mewujudkan wasian terahir dari kedua orang tuanya ia rela menikah tanpa cinta...
bagaimana. selajutnya apakah pernikahan dan juga cintanya bersambut atau hanya menambah luka di hatinya...
ikuti terus sahabat Nana imuet.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon salsabilaimuet, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
sakit di badan tak sebanding dengan sakit hati
Dengan wajah merah padam Tama ingin segera kembali ke apartemen dan memberi peringatan kepada falinda untuk tidak dekat-dekat dengan laki-laki lain, hatinya terbakar cemburu, tapi ia juga masih merasakan sakit hati setelah ia menjadi istrinya ia masih selingkuh dengan laki-laki lain...
"Jangan harap aku memaafkan mu kali ini falin, kamu harus merasakan sakit hati yang pernah kamu ciptakan di hati ini..." dengan tangan mengepal kuat.
Sedangkan falinda berjalan beriringan dengan sahabatnya aca, ia juga ingin segera pulang, jujur ia juga takut pulang telat.
"Kita nonton yu me time berdua kapan lagi coba.." ajak aca..
"Maaf ya ca, gue gak bisa Lo tahu sendiri kan jika gue udah punya suami, lagian gue juga belum izin tadi sama suami gue kalo pulang telat, gue gak enak.." tolak falinda.
"Ya.... Gak asik dong, padahal jarang-jarang kita pergi berdua sekalian healing gitu..."
"Maaf ya ca.. Gue juga maunya gitu, tapi gue bukan abg lagi yang kemana-mana sesuka hati..."
"Baiklah maklum masih penganten baru pasti lagi anget-angetnya.." goda aca..
"Apasih Lo..." falinda hanya menanggapi biasa saja.
Ia juga bingung dengan pernikahannya, seperti berdiri di tempat Tidak ada kemajuan.
Mereka pun berpisah di parkiran, falinda menunggu taxi online yang susah ia pesan.
Tama pulang lebih awal ia akan bertanya kepada falinda tentang siapa laki-laki yang bersamanya tadi saat ia di kampus, entah kenapa ia menjadi sangat marah, benci dan juga ia dulu saat ia di permainan, bahkan ia melihat sendiri jika falinda begitu mesra dengan laki-laki itu..
Brak...
Pintu apartemen di buka dengan sangat kencang oleh Tama, sedangkan falinda yang berada di dapur terlonjak kaget, jujur ia terkejut dengan ulah Tama yang Tidak seperti biasanya itu..
"Falinda..." suara lantang menggema di seisi apartemen..
"Ada apa kak, ucap salam dulu ketika masuk rumah..." ucap. falinda yang mendekat setelah namanya dipanggil.
Falinda pun menghampiri dan mengulurkan tangannya ingin memberi salam kepada suaminya.tapi sayang tangan yang falinda langsung di hempaskan oleh sang suami.
"Jangan munafik kami falin, saya memberi izin kepada kamu untuk mengikuti pelajaran di kampus bukan untuk ajang tebar pesona..." ucapan menohok Tama..
falinda yang mendengar kata-kata itu bingung, pasalnya ia tebar pesona ke siapa, bukanya sejak tadi ia bersama sahabatnya tapi kenapa suaminya menuduhnya dengan sedemikian.
"Maksut kakak apalagi, tebar pesona ke siapa.. Dan dari mana kakak tahu, dan jangan menuduh aku seperti itu kak.." falinda yang biasanya diam ia mulai menjawab pertanyaan suaminya.
"Jangan berlagak gak tau kamu ya falin, kamu tahu sekarang Kamu sudah menjadi istri seorang Gautama Abraham apa kamu lupa, dan aku bisa membuat laki-laki itu menjadi debu dalam sekejap.."
"Maksut kakak apa, aku tahu batasan kak, dan aku juga menghargai pernikahan kita tapi bukan begini caranya kakak menuduh aku yang bukan-bukan. Aku gak kakak anggap aku diam tapi jika kakak menuduh aku yang bukan-bukan jangan salahkan aku.."
Plak.
ucapnya falinda belum selesai tapi tangan sudah mendarat di pipi falinda, falinda hanya diam membisu dan memegangi pipinya yang terasa kebas.
Tama yang menampar falinda pun Tidka merasa bersalah sedikitpun, ia marah karena falinda sudah membangkang dan juga menjawab semua ucapnya..
"Sakit bukan... itulah jika kamu membangkang, apa kamu lupa siapa kamu, bahkan kamu Tidak lebih dari barang bekas yang sudah di pakai banyak pria. masih untung aku mau menampungku, tapi aku salah kamu sudah berani meninggikan suaramu di depanku jika saya mendapati kamu tebar pesona jangan harap untuk kembali ke kampus dan tak akan saya berikan. kamu kebebasan sekalipun camkan itu..." Tama langsung pergi ke dalam kamarnya..
Tubuh Falinda langsung jatuh, ia luruh dengan air mata yang berjatuhan dan masih memegangi pipinya yang terasa kebas...
"Hiks... kenapa kamu segitu bencinya kepada ku kak apa salahku, jika kami hanya memberi penderitaan kenapa kami nikahi aku kak.."dengan derai air mata yang membanjiri pipi mulusnya..
Lebih sakit hati ini dari pada badan setelah kami sakiti..
Satu Minggu sudah setelah kejadian itu falinda tak banyak bicara bahkan ia juga sering menghindar dari Tama, jika Tama pulang ia akan berada di dalam kamar, bahkan tama juga merasakan kehampaan, jujur ia juga mulai terbiasa hadirnya falinda tapi egonya mengalahkan segalanya...
Ceklek
"Tumben gak kelihatan batang hidungnya, apa aku udah keterlaluan ya menampar falinda kemaren, tapi itu kan hukuman buat dia agar dia tidak lagi tebar pesona..." ucapnya yang langsung pergi ke dalam kamarnya...
Selesai Tama membersihkan badannya ia merasa sangat lapar ia lupa makan di luar tadi, karena ia juga khawatir tentang falinda yang seminggu ini hanya diam, ia juga ingin menyapa tapi egonya San gengsinya sangat tinggi..
Tama keluar kamar, ia langsung pergi ke dapur, ia juga tidak mengecek isi dalam kulkas apa masih ada ia juga lupa memberikan uang nafkah untuk falinda, walaupun ia masih membenci wanita itu setidaknya ia memberikan nafkah lahir..
Tama membuka kulkas dan menemukan hanya satu telur dan juga ia menemukan mie instan dengan sangat lapar ia membuat makanan itu,,
Bau mie dan juga telur menyebab di area apartemen, Tama ingin mengajak falinda untuk makan tapi ia malas.. biarkan ia akan sisakan untuk falinda makan walaupun ia begitu gengsi.
Tama akui ia sangat keterlaluan menampar falinda kemaren hanya karena sebuah foto saja.. Jujur dalam hati Tama ia juga tak ingin menyakiti falinda tapi amarah dan juga cemburu membutakan dirinya untuk Tidak menyakiti falinda..
"Apa aku salah kemaren ya, udah berbuat sedemikian rupa kepada falinda.." gumamnya sambil memakan makanan yang ia buat.
Setelah selesai Tama membersihkan dapur dan juga mencuci piring yang sudah ia pakai, ia juga menulis di kertas yang ia taruh di atas meja beserta kartu dan juga uang cas untuk nafkah kepada istrinya itu?
Setelah menulis di kertas ia langsung pergi ke dalam kamarnya untuk melanjutkan pekerjaan yang belum selesai..
"Lex.. Apa kamu tahu siapa yang mengirim foto kepadaku.." tanya Tama yang melakukan sambungan vidio call.
"Bukanya kamu gak percaya saat aku kemaren berkata apa kamu lupa tama.." Felix di seberang mengeram kesal..
"Ya tapi aku masih belum percaya,"
"Aduh deh gue gak ikut-ikutan jika suatu nanti Lo di tinggalkan sama istri Lo, lagian ya Lo itu harus terbuka dengan falinda jangan kemakan omongan orang..." Felix yang menasehati..
Flashback...
kl falinda ttp bertahan ya perempuan pling bodoh, bertahan krn cinta pa krn harta, secara kn suaminya kaya.
dinikahi lelaki kaya kl mkn hati tiap hari ya ogah lah, mnding cpt cerai upgrade diri jd wanita sukses, jd nnti bisa dpt jodoh yg lbih keren.
hidup cm sekali dah penyakitan mnding cerai sembuhin diri hidup bhgia paling tidak seandainya gk sembuh bisa menikmati hidup dng bhgia.