Seorang laki laki yang bekerja produser musik yang memutuskan untuk berhenti dari dunia musik dan memilih untuk menjalani sisa hidupnya di negara asalnya. dalam perjalanan hidupnya, dia tidak sengaja bertemu dengan seorang perempuan yang merupakan seorang penyanyi. wanita tersebut berjuang untuk menjadi seorang diva namun tanpa skandal apapun. namun dalam perjalanannya dimendapatkan banyak masalah yang mengakibatkan dia harus bekerjasama dengan produser tersebut. diawal pertemuan mereka sesuatu fakta mengejutkan terjadi, serta kesalahpahaman yang terjadi dalam kebersamaan mereka. namun lambat laun, kebersamaan mereka menumbuhkan benih cinta dari dalam hati mereka. saat mereka mulai bersama, satu persatu fakta dari mereka terbongkar. apakah mereka akan bersama atau mereka akan berpisah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Hartzelnut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep. 7
*****
Setelah perjalanan yang cukup panjang, mobil Natalia Lee akhirnya berhenti di depan gedung tempat pemotretan. "Vrooom..." Suara mesin mobil berhenti, dan di luar, para wartawan sudah berkerumun. Klik... klik... Bunyi kamera mereka berburu mengambil gambar. Beberapa pengawal sudah bersiap di luar, berdiri tegap menunggu instruksi.
Sebelum turun, Manajer Lu menoleh ke arah Natalia yang sedang merapikan rambutnya di dalam mobil. "Nat, tetap profesional. Banyak wartawan di luar. Hati-hati," katanya sambil menepuk bahu Natalia dengan lembut, mengingatkan agar tidak terganggu oleh sorotan media. Tap... tap... Tangan Lu menyentuh bahu Natalia, memastikan dia siap.
Natalia mengangguk kecil, "Aku tahu, jangan khawatir," jawabnya dengan suara tenang, meskipun dalam hati dia masih sedikit gugup menghadapi kerumunan wartawan. Sssst... Jemarinya dengan halus membenarkan rambutnya, merapikan pakaian sebelum akhirnya memberi kode kepada pengawal di luar.
Melihat isyarat dari dalam mobil, salah satu pengawal segera membuka pintu. "Klik... srek..." Pintu mobil terbuka dengan lembut, dan Natalia Lee yang anggun perlahan keluar dari mobil. Klik... klik... klik... Kamera para wartawan mulai berbunyi, menangkap sosoknya yang tampak sempurna. Srek... srek... Gaun cantiknya bergesekan dengan kaki saat dia melangkah keluar.
Dengan senyum manis yang terukir di wajahnya, Natalia melambaikan tangan kepada para wartawan yang telah menunggu. "Selamat pagi," katanya lembut sambil sedikit menundukkan kepalanya sebagai tanda sapaan. Ssst... Suara pelan napasnya terdengar ketika dia berdiri tegak, menyapu pandangan ke arah wartawan yang terus mengambil gambarnya.
Beberapa wartawan mulai melontarkan pertanyaan dengan cepat, mencoba mendapatkan jawaban darinya:
"Natalia, apakah Anda sudah memutuskan untuk bergabung dengan Heaven Music?"
"Apakah ada tawaran dari label lain yang menarik perhatian Anda untuk tahun 2025?"
"Bagaimana tanggapan Anda tentang perseteruan yang beredar dengan Angelina?"
"Bisakah Anda beri kami petunjuk tentang proyek besar Anda tahun depan?"
Namun, Natalia tetap menjaga ketenangannya. Alih-alih menjawab, dia hanya tersenyum lembut kepada para wartawan. Ssst... Nafasnya tetap tenang, meski tatapan penuh rasa ingin tahu dari para wartawan terus mengikuti setiap gerakannya. Dengan elegan, dia melambaikan tangan sekali lagi, tanda untuk melanjutkan perjalanannya menuju gedung.
"Tap... tap... tap..." Suara langkah kakinya yang terbungkus sepatu hak tinggi terdengar mantap di trotoar saat dia berjalan melewati wartawan yang masih berusaha mendapatkan pernyataan. Namun, Natalia tetap menjaga senyumnya, memberikan kesan profesional yang tidak tergoyahkan.
Saat dia masuk ke dalam gedung, lift terbuka. "Ding..." Manajer Lu sudah menunggu di sana, dan langsung menghampiri Natalia. "Kau baik-baik saja?" tanyanya sambil memandang Natalia dengan perhatian.
Natalia mengangguk pelan. "Ya, tidak ada masalah. Aku sudah terbiasa," jawabnya dengan senyum tipis, lalu mereka berdua melangkah bersama menuju dressing room. "Tap... tap... tap..." Suara langkah kaki mereka terdengar di sepanjang koridor yang luas.
Namun, saat hampir sampai di depan dressing room, mereka melihat Angelina dan Produser Zhang berdiri di dekat pintu. Angelina tetap dengan ekspresi sombongnya, sementara Produser Zhang tampak tersenyum ramah melihat kedatangan Natalia.
"Natalia," sapa Produser Zhang, melangkah sedikit mendekat. "Senang melihatmu di sini."
Natalia membalas dengan sopan, senyumnya tetap terjaga. "Senang bertemu denganmu juga, Zhang," jawabnya dengan tenang, meski dalam hati dia sadar bahwa ada ketegangan yang menggantung di udara. Ssst... Sejenak, dia merasakan napasnya semakin dalam, menenangkan diri sebelum berjalan lebih dekat.
Sementara itu, Angelina hanya melirik Natalia dengan tatapan dingin, tidak berusaha untuk menyapa. Huff... Napasnya terdengar pelan, menunjukkan betapa tidak senangnya dia melihat kehadiran Natalia di sana. Namun, Natalia tidak terpengaruh oleh sikap itu. Dia hanya mengangguk sopan kepada Zhang, lalu melanjutkan perjalanannya dengan Manajer Lu ke dressing room.
Di dalam dressing room, Natalia mulai bersiap. "Srek... srek..." Suara kain gaun yang ia kenakan terdengar lembut ketika ia berganti pakaian. Make-up artist segera bekerja, merapikan setiap detail di wajahnya dengan sempurna. Namun, suasana tenang itu tiba-tiba terusik ketika seorang petugas mendekati mereka dengan wajah cemas.
"Manajer Lu, Maaf, ada perubahan jadwal pemotretan," katanya pelan, hampir seperti berbisik. "Jadwalnya diundur dua jam."
Mendengar hal itu, wajah Manajer Lu langsung memerah. "Apa? Diundur dua jam? Siapa yang memutuskan ini?" tanyanya dengan nada keras, hampir meledak. Thud... Tangan Manajer Lu menepuk meja dengan keras, menunjukkan betapa marahnya dia.
Petugas itu tampak canggung, menunduk sedikit. "Angelina meminta perubahan jadwal, dan... kami tidak bisa menolak."
Manajer Lu menggeram kesal. "Tidak bisa menolak? Ini keterlaluan! Jadwal seharusnya tidak bisa diubah hanya karena permintaan sepihak! Ini sangat tidak profesional!" serunya, nadanya semakin meninggi.
Namun, di tengah suasana panas itu, Natalia yang sedang duduk tenang di kursi rias menoleh ke arah Manajer Lu. Srek... Dia menatap bayangannya di cermin, lalu dengan lembut menenangkan manajernya. "Tenanglah," katanya dengan suara lembut namun tegas. "Jangan buang energimu untuk hal seperti ini."
Manajer Lu menatap Natalia dengan mata marah, tetapi perlahan amarahnya mereda. "Tapi, ini benar-benar tidak adil. Angelina selalu saja mempermainkan situasi!" ucapnya, frustasi.
Natalia tersenyum tipis dan menghela napas panjang. "Biarkan saja. Kita bisa menunggu. Ini tidak sepadan dengan energi yang kau habiskan untuk marah," katanya bijak, sambil kembali menatap cermin. Huff... Suara napasnya terdengar tenang, seolah tidak terpengaruh oleh drama yang terjadi.
Petugas yang mendengar tanggapan Natalia tampak lega. "Terima kasih atas pengertian Anda, Nona Natalia. Kami sangat menghargai sikap Anda," katanya sambil tersenyum dan menunduk hormat, sebelum bergegas kembali ke tempat pemotretan. "Srek... srek..." Langkahnya terdengar cepat meninggalkan ruangan.
Setelah petugas pergi, Manajer Lu duduk di samping Natalia, masih merasa kesal. "Kau memang benar, tapi kadang-kadang, aku tidak tahan dengan cara Angelina memperlakukan orang," gumamnya pelan, masih menyimpan rasa frustasi.
Natalia menatapnya dengan penuh pengertian. "Aku tahu, tapi lebih baik kita fokus pada pekerjaan kita. Itu lebih penting," jawabnya dengan tenang, sambil tersenyum lagi.
Mereka berdua pun menunggu dengan sabar di dressing room, menantikan waktu pemotretan. Ssst... Angin lembut dari kipas kecil di ruangan itu menambah suasana tenang, sementara Natalia tetap memancarkan ketenangan dan profesionalitasnya, siap menghadapi apa pun yang terjadi.
*****
Di dalam dressing room, keheningan di antara Natalia dan Manajer Lu mulai terasa semakin berat ketika mereka menunggu giliran pemotretan. Manajer Lu, yang biasanya tenang, tampak sedikit gelisah. "Tap... tap..." Suara jarinya yang mengetuk permukaan meja bergema pelan di ruangan itu.
"Apa rencanamu selanjutnya?" tanya Manajer Lu tiba-tiba, mencoba mengalihkan pikirannya dari kekesalan terhadap Angelina. "Kau harus segera memutuskan label mana yang akan bekerja sama denganmu," lanjutnya dengan nada yang sedikit tegang.
Natalia, yang duduk tenang di depan cermin rias, memandangi pantulan wajahnya dengan ekspresi lembut namun serius. Ssst... Jemarinya yang halus merapikan rambutnya sebelum menjawab dengan suara tenang, "Aku masih memikirkannya..." Matanya melirik ke arah liontin kalung berbentuk pick gitar yang menggantung di lehernya. Srek... Tangannya menyentuh liontin itu, seolah mencari ketenangan dalam ingatannya.
Manajer Lu menatapnya dengan sedikit cemas. "Ini bukan keputusan yang bisa ditunda. Label-label itu butuh jawaban segera," desaknya, semakin keras nada suaranya. Klik... klik... Tangannya tanpa sadar mengetuk-ngetuk meja dengan lebih cepat, tanda kegelisahan.
Namun, jawaban Natalia justru membuat Lu terkejut. "Aku terpikirkan tentang apa yang Julia katakan," ujar Natalia pelan, matanya masih memandangi liontin kalungnya. "Dia dan Scarlet Waves memilih untuk tetap mandiri, mengelola karier mereka sendiri tanpa terikat dengan label besar. Mereka cukup populer di kalangan band. Mungkin... jalur seperti itu tidak buruk juga."
Srek... Suara kursi yang bergerak sedikit ke belakang terdengar ketika Manajer Lu berdiri dengan cepat. "Apa?" katanya dengan nada terkejut. Matanya menatap Natalia penuh kekhawatiran dan amarah yang perlahan muncul. "Kau serius? Kau tidak bisa membandingkan dirimu dengan band indie seperti itu!" Huff... Napasnya terdengar keras, seolah dia berusaha menahan emosi yang mulai mengalir.
Natalia tetap duduk tenang, hanya memandangi bayangan dirinya dan pantulan wajah Manajer Lu di cermin. Dia menghela napas lembut sebelum menjawab, "Aku hanya mengatakan... mungkin itu sesuatu yang perlu dipertimbangkan."
Manajer Lu semakin marah. "Ini bukan hanya soal seni! Ini soal karier, bisnis! Kau punya tanggung jawab besar. Kau tidak bisa mengambil keputusan sembarangan," desaknya dengan suara lebih tinggi. Thud... Tangannya memukul meja kecil di sampingnya, menunjukkan betapa seriusnya dia memandang masalah ini.
Natalia menggenggam liontin kalungnya erat, jemarinya bergerak pelan mengusap bentuk pick gitar itu. "Aku mengerti apa yang kau katakan," jawabnya dengan nada lembut tapi tegas, matanya masih tertuju pada cermin di depannya.
Sebelum Manajer Lu bisa melanjutkan protesnya, seorang petugas masuk dan memanggil mereka. "Nona Natalia, saatnya untuk pemotretan. Silakan beranjak ke ruang foto," katanya sopan, membungkukkan badan sedikit.
Natalia berdiri pelan, melepaskan genggamannya dari liontin. Dia menatap Manajer Lu dan tersenyum tipis. "Kita lanjutkan nanti," katanya sambil melangkah ke arah pintu. Srek... srek... Suara langkah kakinya yang halus terdengar saat ia keluar dari ruangan, diikuti oleh Manajer Lu yang masih tampak kesal namun menahan diri.
Di lorong menuju ruang pemotretan, "Tap... tap... tap..." langkah kaki Natalia dan Manajer Lu terasa mantap. Namun, tiba-tiba mereka harus berhenti ketika berpapasan dengan Angelina dan Manajer Chen.
Angelina, dengan senyum sinis di wajahnya, langsung melontarkan ejekan. "Oh, jadi akhirnya kau dapat giliran. Sudah menunggu lama, ya? Seharusnya kau tidak perlu melakukan pemotretan di sini," katanya dengan nada menyindir, matanya menelusuri penampilan Natalia dengan penuh keangkuhan.
Manajer Chen ikut tersenyum menyeringai, "Ya, tempat ini memang lebih cocok untuk bintang besar seperti Angelina, bukan untuk seseorang yang belum jelas kariernya," tambahnya dengan nada mengejek.
Manajer Lu hampir meledak mendengar komentar tersebut, tapi sebelum dia bisa mengatakan sesuatu, Natalia menatapnya dengan lembut. Ssst... Pandangan Natalia cukup untuk meredam amarah Lu. "Biarkan saja," bisik Natalia lembut, memastikan bahwa mereka tidak perlu membuang energi untuk hal yang tidak penting.
Natalia dan Manajer Lu terus melangkah tanpa menanggapi ejekan tersebut, meninggalkan Angelina dan Manajer Chen yang tampak semakin jengkel karena gagal memprovokasi mereka. Ssst... Suara napas keras dari Angelina terdengar, tanda kekesalan yang mulai mendidih dalam dirinya.
Akhirnya, mereka tiba di ruang pemotretan. "Srek... srek..." Natalia bersiap di depan kamera, ekspresinya tetap tenang dan penuh konsentrasi. Fotografer memberikan arahan, dan selama hampir dua jam, Natalia menjalani sesi pemotretan dengan profesionalitas yang luar biasa. Klik... klik... Kamera terus berbunyi, mengabadikan setiap pose anggun dari Natalia.
Sesi pemotretan selesai, dan mereka bersiap pulang. Saat Natalia hendak masuk ke dalam mobil, tiba-tiba perutnya berbunyi pelan, "Grrr..." tanda bahwa dia mulai merasa lapar.
Manajer Lu tertawa kecil mendengar suara itu. "Kau lapar, ya? Baiklah kita makan dulu sebelum pulang" ucapnya sambil membuka pintu mobil untuk Natalia.
Natalia tersenyum kecil dan mengangguk. "Ya, Aku lapar sekali," katanya sambil masuk ke mobil.
Mereka pun memutuskan untuk pergi ke sebuah restoran terkenal di pusat kota Beijing. Setibanya di sana, "Srek... srek..." langkah kaki mereka memasuki restoran yang elegan. Namun, mata Natalia tiba-tiba menangkap sosok yang tak asing di salah satu meja.
Yang Lei, vokalis band Silver Rain sekaligus mantan pacarnya, duduk tidak jauh dari pintu masuk restoran. Natalia terkejut sejenak, matanya sedikit melebar, namun ia segera menguasai dirinya. Huff... Napasnya terdengar pelan saat ia berusaha tetap tenang.
Yang Lei juga melihat Natalia dan berdiri, tersenyum sedikit canggung. "Natalia... Apa kabar? lama tidak bertemu," sapa Yang dengan nada lembut, namun terdengar kaku.
Natalia membalas dengan senyuman tipis, berusaha menjaga sikap profesional. "Oh.... Yang... lama tidak bertemu juga " jawabnya pelan, matanya berusaha tetap tenang meski dalam hati sedikit bergemuruh.
Namun, situasi itu semakin canggung ketika seorang wanita datang berlari ke arah Yang Lei. "Yang!" serunya. Wanita itu, Li Na, langsung memeluk lengan Yang dengan manja.
Natalia sempat tertegun melihatnya. "Oh..." gumamnya dalam hati, menyadari bahwa Yang Lei kini sudah memiliki pacar. Meski sedikit kecewa, Natalia tetap tersenyum, menutupi perasaannya dengan profesionalitas yang tinggi. "Senang bertemu kalian," katanya dengan nada datar namun ramah, lalu melanjutkan langkahnya bersama Manajer Lu menuju private room.
Yang Lei tampak sedikit canggung, ingin berkata lebih banyak, namun situasinya tidak mendukung. Li Na menarik lengannya lebih erat, membuat Yang hanya bisa tersenyum canggung sambil mengikuti Lina keluar dari restoran. Srek... srek... Suara langkah kaki mereka terdengar menjauh.
Di dalam private room, Natalia duduk diam, tatapannya kosong sejenak sebelum Manajer Lu memecah keheningan. "Kau baik-baik saja? Mau pesan apa?" tanyanya lembut, meski dia bisa merasakan perubahan suasana hati Natalia.
Natalia tersenyum tipis, meski dalam hatinya masih ada sedikit perasaan terkejut dan kecewa. "Aku ingin makan seperti biasa," jawabnya pelan.
Manajer Lu segera memesan beberapa hidangan seafood. Setelah memesan, mereka duduk dalam keheningan, sementara Natalia kembali merenungkan pertemuannya dengan Yang Lei dan masa depan kariernya yang masih perlu dia tentukan. Huff... Suara napas panjang Natalia terdengar lagi, namun wajahnya tetap tenang, menyimpan semua perasaa nnya di balik senyuman profesional yang selalu ia jaga.
*****