Sinta Ardila,gadis ini tidak perna menyangka jika ia akan di jual oleh sahabatnya sendiri yang bernama Anita,kepada seorang pria yang bernama Bara yang ternyata seorang bos narkoba.Anita lebih memili uang lima puluh ribu dolar di bandingkan sahabatnya yang sejak kecil sudah tumbuk besar bersama.bagai mana nasib Sinta.apakah gadis sembilan belas tahun ini akan menjadi budak Bara?apakah akan muncul benih cinta antara Bara dan Sinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alesya Aqilla putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29
"Sepertinya makan pizza enak sekali,"ucap Sinta dengan mata terpejam,"kue Pai,roti coklat dan keju sepertinya enak. Tapi aku belum perna makan,"
"Aku akan meminta Danil untuk membelinya, sahut Bara.
"Kalau begitu aku akan menikah dengan Danil,"ucap Sinta.
"Heh,kenapa seperti itu?"tanya Bara yang tidak terima.
Entah kenapa Sinta suka sekali memancing emosi Bara.
"Kau berjanji padaku akan menjadi suami yang baik, seharusnya kau sendiri yang membelikan apa yang aku minta."ucap Sinta yang ada benarnya juga."jika kau menyuruh temanmu,itu artinya biarkan aku menikah dengan mereka.
"Gatal sekali,"seru Bara."apa kurangnya aku?" tanya Bara dengan raut wajah kesal.
"Banyak,"jawab Sinta singkat. "perutku mual sekali ,"keluhannya lagi.
"Aku akan pergi sekarang telpon aku jika kau membutuhkan sesuatu lagi,"ucap Bara kemudian beranjak dari duduknya.
Entah sampai kapan Bara merahasiakan kehamilan Sinta. Pria ini sebenarnya merasa khawatir jika Sinta menolak kehamilanya mengingat hubungan mereka masih pasang surut.
Pergi membeli pizza yang paling enak dan paling mahal harganya, sebab Bara tahu permintaan Sinta ada hubungannya dengan anak yang ada di dalam kandungannya. Setelah mendapatkan pizza, Bara pergi lagi ke toko kue,pria ini sibuk memilih kue-kue yang ada di dalam etalase.
"Coklat dan keju,belih saja beberapa biar Sinta yang memilihnya nanti."ucap Bara yang bicara seorang diri.
Sekalipun ia bertanya pada Sinta sudah pasti istrinya itu tidak akan tahu.jadilah Bara memilih beberapa macam kue untuk di bawa pulang.
"Bara,sapa suara, seketika membuat tubuh Bara menegang.
Suara yang tak asing di telinga Bara tapi sudah lama ia tak dengar. Bara membalikkan tubuhnya,yang ia lihat setelah adalah perempuan cantik,putih tinggi dengan rambut sebahu.
"Aku tidak salah orang, ternyata benar itu adalah kau,"ucap perempuan tersebut.
"Jika itu aku, memangnya kenapa?ketus Bara dengan sorot mata penuh kebencian.
Terlihat jelas jika perempuan ini memaksakan senyumnya.
Dua hari yang lalu aku datang ke showroom mu tapi kata karyawanmu kau sudah lama tidak datang ke showroom,"
Bara tidak peduli,pria ini kembali memilih kue-kue tanpa menghiraukan perempuan tersebut.
"Bara,banyak sekali kau beli kue, untuk siapa?"tanya Irene
"Istriku,"jawab Bara singkat kemudian pergi ke meja kasir untuk membayarnya.
Irene terus mengekor di belakang Bara, bicara seorang diri tanpa di perdulikan oleh Bara bahkan sampai pria itu masuk ke dalam mobil ,ia sama sekali tidak peduli pada irene.
****
"Bungkus beberapa yang aku tunjuk tadi,"ujar Bara pada sala satu seorang karyawan salon.
Sengaja ia mampir ke salon untuk membeli rambut palsu untuk Sinta,ia ingin istrinya.tampil cantik saat masa pemulihan operasi. Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan, Bara memutuskan untuk pulang, Bara sadar jika Irene mengikutinya tapi lelaki ini masa bodo.
Sesampainya di rumah, setelah mobil Bara masuk melewati gerbang, buru-buru penjaga menutup gerbang agar mobil Irene tidak masuk kedalam.
"Argh,, sialan!"buka gerbangnya,"teriak Irene.
Tidak ada yang mendengarkan mau tidak mau Irene memutuskan untuk pergi dari sana. Sementara Bara saat ini tengah sibuk menurunkan belanjaanya seorang diri. Bahkan saat Tomo hendak membantunya ia menolak.
Langsung pergi ke kamar menemui Sinta yang merasa kaget dengan barang belanjaan Bara yang sangat banyak.
"Banyak sekali,apa kau ingin membuka toko kue dalam rumah ini?"tanya Sinta membuat Bara tertawa.
"Aku tidak tahu seleramu,makanya aku beli semua termasuk kue Pai ini,"jawab Bara"Oh,aku juga membelikanmu rambut palsu,cobalah kenakan dulu.
Sinta terdiam sejenak,ia memperhatikan Bara yang begitu sibuk mengeluarkan empat model rambut palsu untuk Sinta.
"Yang pendek sebahu ini sepertinya sangat bagus,"ucap Sinta berkomentar.
Bara menanggapi dengan senyuman,ia segera memang rambut palsu tersebut ke kepala Sinta untuk menutupi bekas jahitan operasi.
Ya,kau sangat cantik mengenakan rambut palsu ini,"puji Bara membuat Sinta tersipu malu.
Bara mengambilkan cermin untuk Sinta, sikapnya sekarang berubah sangat baik dan lebih sabar saat menghadapi perangai Sinta. Wajar saja karena ia masih berusia sembilan belas tahun.
"Apa kau tahu jika uang, ponsel,boneka pemberian mereka semuanya itu menggunakan uang ku?"ujar Bara membuat Sinta tertawa.
"Tetap saja mereka yang memberikanya pada ku,"sahut Sinta membuat Bara merasa kesal.
Terlihat lebih romantis sedikit Bara dan Sinta mencicipi satu per satu kue yang di beli Bara. Sebenarnya dalam hati Bara merasa berkecamuk dan menimbang diri untuk memberitahu Sinta tentang kehamilanya.
"Semisalnya kau hamil anak dariku, bagaimana?"tanya Bara dengan sangat hati-hati. Untuk beberapa saat Sinta tidak menjawab.
"Sinta, pertanyaan ku serius!"seru Bara.
"Apa kau akan membuangku lagi?"tanya Sinta kesal."atau,kau akan menyiksaku sebab aku hamil darah dagingmu?"
Buru-buru Bara menggelengkan kepalanya.
"Sekalipun kau menolak kehadiran anakku atau pun kau akan membuangku lagi, aku masih bisa merawatnya, meskipun aku hidup susah,tidak akan ku biarkan anakku hidup tanpa orang tua.
Bara menghembuskan napas legah,itu artinya Sinta menerima jika dirinya hamil,tapi tetap saja Bara masih ragu untuk memberitahunya.
Setelah selesai makan malam, Bara menyiapkan obat dan vitamin yang harus Sinta. Setelah selesai ia meminta Sinta untuk tidur sekarang,sedangkan Bara sudah di tunggu oleh Danil di ruang kerjanya.
"Sepertinya berat sekali masalah mu,"ucap Danil yang merasa heran melihat ekspresi wajah Bara.
"Siang tadi aku bertemu dengan Irene,"ucap Bara memberitahu.
Kagetlah Danil mendengarnya.
"Bukanya dia sudah pindah keluar negeri,kenapa pulang lagi?
Mana aku tahu?"jawab Bara."aku tidak peduli pada Irene dan Sofia." Aku sedang pusing memikirkan bagaimana caranya untuk memberitahu Sinta tentang kehamilanya.
"Secepatnya kau harus memberitahu dia, apa kau tidak tahu ibu hamil harus melakukan pemeriksaan rutin setiap bulannya?"
Bara tercengang mendengarnya,ia baruh tahu dari Danil sekarang.
"Kalau begitu matilah aku, bagaimana reaksi Sinta nanti,"ucap Bara yang merasa khawatir.
"Bara, an,,,,"
"Jangan bahas apa pun sekarang,aku sedang pusing memikirkan tentang Sinta."ucap Bara yang memotong pembicaraan Danil.
Danil mendengus kesal,ia mengambil sesuatu dari bawah meja kerja Bara kemudian pergi begitu saja.
Jangan lupa setoran uangnya kepadaku. Bukanya seperti kemarin malah mengerjai Sinta,"ucap Bara yang merasa jengkel.
Danil menanggapi dengan tawa,pria ini sama sekali tidak mempedulikan ucapan Bara.
Bara kembali ke kamar,di lihatnya Sinta sudah terlelap tidur. Melihat Sinta tidur seperti ini membuat hati Bara semakin merasa ibah. Ia yang semula lebih dulu itu artinya Bara harus bertanggung jawab meskipun ia seorang bajingan.