Yao Chen bukanlah siapa-siapa. Bukan seorang kultivator, bukan pula seorang ahli pedang. Pangeran hanya memiliki dua persoalan : bela diri dan istrinya.
Like dan komen agar Liu Xiaotian/Yao Chen dapat mencapai tujuan akhir dalam hidupnya. Terimakasih.
Peringatan! Novel berisi beberapa adegan yang diperuntukkan bagi orang dewasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WinterBearr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 - Master Alkimia dan Tabib Terbaik
Malam itu di tengah aula utama Wang Fu, kepanikan warga istana tersingkap seiring semakin melemahnya nafas Yao Mingzhe. Beberapa tabib terbaik dari Lianyun telah berkumpul, berjuang untuk menyelamatkan pewaris Yao Fenlong yang sekarat. Seorang kakek tua berjanggut putih bernama Zhao, biasanya dipuji karena pengalamannya yang luas tentang dunia medis, kini terlihat begitu memalukan. Padahal penampilannya sudah seperti Gandalf dari Timur. Namun setiap usahanya terlihat seperti sebuah lelucon.
“Akar tanaman mata naga, daun heinan, dan bunga tulip Baishan! ramuan ini akan menghentikan pendarahan internal dan segera memperkuat imunitas tubuh Tuan Muda Yao Mingzhe,” ujar Tabib Zhao dengan lantang sambil mengaduk ramuan di dalam mangkuk.
Tabib Zhao mengoleskan ramuan tersebut ke setiap luka Yao Mingzhe, terutama di bagian kanan perut yang terlihat begitu parah. Namun, setelah beberapa saat, tidak ada perubahan yang berarti. Lukanya masih menganga merah dan wajah Mingzhe malah kian membiru.
Semua ini terjadi setelah aksi kejar-kejaran waktu itu. Sepatah kalimat penting dari sang ayah dia acuhkan karena gengsi, membuat dirinya kini terbaring sekarat di tangan gadis berpisau.
Suasana yang tenang, kini ramai akan suara langkah lari dan bisikan kekhawatiran dari setiap penghuni istana yang berkumpul di aula. Beberapa lentera yang tergantung di sepanjang aula hanya memberikan sedikit cahaya oranye, menimbulkan bayangan panjang pada dinding.
Tidak jadi tidur, Yao Chen dan istrinya juga terlihat berada di sana, melihat kemarahan Yao Fenlong yang meledak bagaikan ledakan gudang penuh mesiu.
"Tabib Zhao!" suara Fenlong menggelegar hebat. "Apa yang kau lakukan? Kenapa putraku tidak kunjung membaik?"
“Sa-saya sudah mencoba ramuan yang paling ampuh, Jenderal. Tapi sepertinya tubuh Tuan Muda... luka-lukanya terlalu dalam... .”
"Itu tidak bisa menjadi jawabanmu sebagai seorang Tabib istana! Putraku harus hidup!"
Sebelum Fenlong bisa meluapkan lebih banyak amarah, jeritan histeris baru seketika menggetarkan aula.
“Mingzhe!”
Yao Xiulan, istri Yao Fenlong, berlari masuk ke dalam ruangan dengan rambut terurai berantakan, wajahnya dipenuhi air mata. Di belakangnya, putri mereka, Yao Ruolan, berdiri dengan wajah pucat, menutup mulut dengan tangannya.
Melihat putranya terbaring lemah di atas tempat tidur, Xiulan bergegas mendekat, memeluk tubuh Yao Mingzhe yang bersimbah darah. Isakan tangis memenuhi ruangan, membuat semua orang terdiam.
“Tidak! ini tidak mungkin!” tangis Xiulan. “Bagaimana bisa ini terjadi pada Mingzhe? Dia anak yang kuat, Mingzhe-ku tidak mungkin kalah! Tabib, kalian harus menyelamatkannya! Lakukan apa pun!” tangisannya makin histeris, memohon kepada para tabib yang kini hanya bisa menunduk tanpa daya.
Yao Fenlong yang berdiri di sebelah istrinya makin tidak kuasa melihat pemandangan ini. Terlalu sakit untuk dirasakan, terlalu sesak untuk dipendam, sang jenderal mencabut pedang dari sarungnya. "Kapten Qin!"
"Ya, Jenderal?"
"Temukan gadis itu!" tegasnya, "Bawa dia padaku. Hidup atau mati."
Kapten Qin menunduk hormat sebelum keluar dari aula dengan didampingi beberapa prajurit lainnya.
Belum lama setelah pintu besar aula baru saja ditutup, kini kembali terbuka dengan menampilkan wanita tinggi bak nǚyuè (musisi) yang bersiap menghibur semua penghuni wang fu. Parasnya begitu sempurna, gaun hijau matcha yang pas dan rambut hitam yang di sanggul rapi, berhasil membungkam setiap pria di aula.
"Demi Dewa, cantik sekali!" bisik beberapa pelayan yang berada di sudut ruangan.
“Apakah wanita itu benar ahli alkimia bernama Xue Yi? Aku dengar dia pernah mengobati bangsawan kelas atas di Desa Wuhua hanya dengan satu tetes air ramuannya!” bisik seseorang yang lain.
“Tidak hanya itu, dia juga pernah menyelamatkan putra Kaisar Kerajaan Qingfeng dengan sebutir pil yang bahkan dibuat dari bahan yang hanya bisa dia temukan dalam waktu satu hari!” tambah yang lain. "Aku berani taruhan, Tuan Muda Mingzhe pasti akan selamat.
Yao Chen yang berdiri paling belakang dengan Hua Huifang, juga mengenali wanita itu. Wajahnya berubah serius. ‘Aku kira ini akan menjadi malam yang panjang,’ pikirnya. Xue Yi, seorang wanita yang dikenal sebagai alkemis ajaib, mampu menyelamatkan jiwa dengan teknik misterius yang belum pernah dilihat siapapun sebelumnya. Mau itu pil, ramuan atau pun dengan cara penyembuhan tradisional.
Tanpa menunggu, Xue Yi segera berlutut di samping Yao Mingzhe, memeriksa denyut nadinya. “Nadinya hampir tidak ada," ujarnya dengan tenang. "Jika kita tidak bertindak cepat, dia tidak akan bertahan lebih lama.”
Dia merogoh ke dalam tas wol kecil dan mengeluarkan sebuah botol kramik sebesar ibu jari, cairan di dalamnya berkilau dengan rona kuning keemasan. Xue Yi menuangkan setetes cairan itu ke dalam mulut Yao Mingzhe yang hampir tak sadarkan diri, lalu menyentuhkan jarinya ke beberapa titik akupuntur di sepanjang tubuh pemuda itu.
“Ramuan Liyauhun, salah satu obat yang dapat memanggil kembali jiwa yang hampir melayang ke alam baka,” bisik seseorang di sudut ruangan.
Namun, ketika cairan itu meresap, tidak ada perubahan yang terlihat. Lukanya tetap sama, dan nafasnya masih terdengar berat. Xue Yi tidak terlihat cemas, namun sedikit kerutan di kening memperlihatkan bahwa situasi ini tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Dia kemudian mengeluarkan gulungan jarum perak dari sabuknya. Dengan cepat, ia menancapkan setiap jarum itu ke beberapa titik vital Mingzhe, membuat semua orang tertegun saat melihat gerakannya yang begitu cepat dan presisi. si Gandalf bahkan hanya bisa melongo.
“Aku akan menutup setiap jalur energi yang bocor,” jelasnya. “Semua energi harus diarahkan ke jantung.”
Namun Dewi Fortuna berkata lain, meskipun jarum-jarum itu telah ditempatkan dan energi yang mengalir di tubuh Mingzhe tertahan sejenak, keajaiban itu tidak datang. Wajah Yao Mingzhe malah semakin pucat, dan darah yang sempat terhenti mulai mengalir keluar dari lukanya yang paling parah.
Yao Fenlong bahkan tidak lagi sanggup melihat wajah putranya. Istrinya makin histeris saat putrinya berusaha menenangkannya tanpa harapan. Mereka mulai putus asa.
“Luka ini lebih parah dari yang terlihat." Xue Yi menarik napas panjang. "Ada racun di senjata yang melukai putra Anda, racun itu sangat langka, dan aku membutuhkan waktu setidaknya dua hari untuk meracik penawarnya.”
Ucapannya bagaikan pukulan telak bagi setiap orang di ruangan itu. Bahkan alkemis seagung Xue Yi tidak bisa menyelamatkan Yao Mingzhe.
Di sudut aula, tepatnya di barisan paling belakang, Yao Chen berdiri dalam diam, perasaannya campur aduk. 'Ini tidak ada di dalam novel...' pikirnya dengan jantung berdebar.
Di dalam cerita yang ia kenal, Yao Mingzhe seharusnya selamat dari serangan ini. Tapi apa yang terjadi sekarang? Segalanya terasa melenceng. Jika Yao Mingzhe mati malam ini, jalur takdir mungkin akan berubah total dan perubahan itu bisa membawa bencana yang lebih buruk. Jauh lebih buruk.
Sementara dirinya diliputi kecemasan, sebuah sentuhan halus di lengannya menyadarkan Yao Chen. Hua Huifang, kini berdiri tepat di sampingnya, memeluk lengannya bagiakan guling. Senyumannya manis dan sorot matanya penuh dengan kepuasan.
“Lihatlah, suamiku,” bisiknya, cukup dekat sehingga hanya Yao Chen yang dapat mendengarnya. “Jika sainganmu mati, bukankah itu berarti satu langkah lebih dekat menuju tahta kekaisaran? Ini berita baik untukmu.”
Yao Chen menelan ludahnya, tenggorokannya seketika kering. Bukan karena apa yang dikatakan Hua Huifang, Namun, dia tahu bahwa meninggalkan Yao Mingzhe begitu saja akan membuat segalanya berantakan, dan keruntuhan politik yang mungkin terjadi akan menghancurkan segalanya, bahkan dirinya sendiri. Bisa saja kerajaan musuh akan memanfaatkan situasi ini. Tentu mereka akan memanfaatkan ini, terutama Qingfeng dan tokoh utama cerita.
“Istriku... ,” gumamnya, sebelum auman Yao Fenlong kembali mengejutkan semua orang.
“Kau!” teriak Fenlong, menunjuk lurus ke arah Hua Huifang. “Kau dari suku Baifeng, bukan? Orang-orangmu terkenal dengan ramuan mereka. Jika semua tabib telah gagal, maka kau harus menyelamatkan putraku!”
Semua mata kini tertuju pada Hua Huifang, dan wanita itu hanya tersenyum sinis. “Jenderal,” balasnya begitu dingin, “Jika kau ingin meminta pertolongan suku Baifeng, kenapa kau dulu membantai semua kerabatku? Kau ingin aku menggunakan ilmu mereka, tetapi darah mereka engkau tumpahkan tanpa ampun.”
Suasana di aula semakin tegang. Semua orang menahan napas, menunggu apa yang akan dilakukan Fenlong.
“Kau...!” amarah Fenlong bergetar dalam suaranya, tetapi sebelum dia bisa melanjutkan, Yao Chen mengangkat tangannya.
“Cukup,” ujarnya tegas. “Biar aku yang menyelamatkan Mingzhe.”