NovelToon NovelToon
Tidak Pernah Ada Kata Perpisahan Antara Kita

Tidak Pernah Ada Kata Perpisahan Antara Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Poligami / Lari dari Pernikahan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: jnxdoe

Selama 2 tahun menjalin mahligai rumah tangga, tidak sekali pun Meilany mengucapkan kata 'tidak' dan 'tidak mau' pada suaminya. Ia hanya ingin menjadi sosok seorang isteri yang sholehah dan dapat membawanya masuk surga, seperti kata bundanya.

Meski jiwanya berontak, tapi Mei berusaha untuk menahan diri, sampai pada akhirnya ia tidak bisa menahan lagi ketika suaminya meminta izinnya untuk menikah lagi.

Permintaan itu tidak membuat Mei marah. Ia sudah tidak bisa marah lagi ketika sudah kehilangan segalanya. Tapi ia juga tidak bisa tinggal di tempat yang sama dengan suaminya dan memilih pergi.

Selama 7 tahun Mei memendam perasaan marah, sampai pada suatu ketika ia menemukan kebenaran di dalamnya. Kebenaran yang sebenarnya ada di depan matanya selama ini, tapi tidak bisa ia lihat.

Bisakah Mei memperbaiki semuanya?

*Spin off dari "I Love You, Pak! Tapi Aku Takut..."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jnxdoe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 7 -

Sepanjang pertemuan, benak Mei terasa kosong. Telinganya tidak bisa mendengar apapun, Matanya tidak bisa melihat apapun. Ia seolah menjadi patung, di tengah para pria yang saling berdiskusi di depannya.

Bola matanya hanya bisa menatap kosong lelaki yang saat ini sedang berbicara di depan layar proyektor.

Lelaki yang dulu tinggi cenderung sedikit gemuk itu, sekarang tubuhnya terlihat langsing dan atletis. Pipinya pun tampak tirus, menonjolkan tulang pipinya yang tinggi dan rahangnya yang keras.

Sejak dulu, Mei tahu Aslan lelaki yang tampan. Tapi sekarang, pria itu terlihat jauh lebih tampan.

Tidak ada lagi sisa fisik yang dikenal Mei saat mereka bersama dulu, selain sepasang mata tajam berwarna cokelat terang. Bahkan mata itu kini bersinar berbeda. Mata yang dulu sering menatapnya datar, kini tampak memandanginya lebih tajam dan seolah ingin memangsanya. Mata seorang predator.

Menundukkan pandangannya, Mei menatap recorder di depannya. Ia ingin pertemuan ini segera berakhir.

Memandang puas bawahannya, Stanley tersenyum lebar pada Conrad.

"Jadi begitu penjelasannya. Ada yang mau kau tanyakan lebih lanjut?"

Senyuman Conrad sumringah. Lelaki itu menoleh pada sekretarisnya.

"Dari aku tidak ada. Bagaimana denganmu, Mei? Biasanya kau lebih kritis dibanding aku."

Kelopak mata Mei mengerjap cepat. Ia bisa melihat kilat berbahaya di kedua mata Aslan.

Wanita itu berdehem gugup dan mengalihkan perhatiannya pada Stanley yang berwajah lebih ramah.

"Dari saya tidak ada pak Stanley. Sepertinya semua berjalan cukup lancar."

Jawaban itu cukup memuaskan Stanley. Ia mengangguk senang.

"Kalau begitu, biar aku menunjukkan perusahaan ini pada kalian. Jadi kalian sebagai investor, tidak ragu lagi menanamkan modalnya lebih banyak ke TJ Corp."

Kekehan terdengar dari mulut Conrad. "Tentu saja, Stan. Itu yang kami mau. Bukan begitu, Mei?"

Wanita itu hanya bisa memberikan senyuman canggung. Bulu kuduknya mulai berdiri, dan ia bisa merasakan seseorang sedang menatapnya tajam dari seberang ruangan.

"Betul sekali, Tuan Conrad. Tapi jangan lupa, kita masih ada jadwal lain setelah ini."

"Oh? Kalian ada kunjungan lain?"

Tatapan Conrad tampak menyesal. "Iya Stan. Aku dan Mei harus pergi lagi setelah ini. Kami ada..."

Penjelasan atasannya tidak didengar Mei saat matanya berserobok dengan mata cokelat terang di depannya. Tampak mata itu menatapnya intens dan bibirnya yang merah muda menipis. Rahang kuat itu mengeras.

Tubuh wanita itu terasa bergetar, sampai ia merasakan tepukan pelan di bahunya.

"Mei? Kau baik-baik saja?"

Kembali mata Mei mengerjap pelan. Tampak tiga orang lelaki di depannya sudah berdiri dan menatapnya.

"Ya. Saya baik-baik saja, sir. Tidak masalah."

Pandangan Conrad tampak bertanya, tapi pria mengangguk singkat.

"Oke, Stan. Kau bisa menunjukkan kantor ini padaku sekarang."

Stanley terkekeh dan pria itu menatap Aslan bertanya.

"Kau yakin bisa ikut, Ash? Bukannya kau ada meeting dengan timmu sekarang?"

Aslan tersenyum ramah. "Tidak masalah pak. Mereka akan menghubungi kalau memang ada masalah."

Tepukan ringan diberikan Stanley pada bahu bawahannya. "Terima kasih, Ash."

Luwes, Aslan berdiri di samping Mei dan membiarkan dua orang pria di depannya berjalan duluan ke arah lift. Terdengar kembali suara Stanley berbicara pada Conrad di sampingnya.

"Maaf, Conrad. Hagen dan Herman tidak bisa hadir hari ini. Mereka tiba-tiba harus keluar kantor."

"Tidak masalah, Stan. Kemarin aku juga sudah sempat meeting dengan mereka, bukan? Hari ini juga hanya sebatas kunjungan informal. Kebetulan aku ke Indonesia, jadi sekalian mampir."

Kedua orang di depan itu masih bercakap-cakap, sampai terdengar bisikan berat dari sebelah Mei.

"Kamu masih pakai cincinku."

Kata-kata itu membuat jantung Mei melompat. Sekuat tenaga, wanita itu mempertahankan ekspresinya.

"Kita mau ke mana dulu?" Conrad bertanya riang.

"Ke lantai timnya Herman dan aku saja dulu. Baru setelah itu, aku akan mengajakmu ke ruangan IT dan juga server. Kau juga perlu melihat kantin kebanggaan TJ Corp. Makanannya enak."

"Oh ya?"

Kekehan terdengar dari mulut Stanley saat pria itu menekan tombol lift.

"Cukup enak, kalau kau tahan pedas, Conrad. Pertanyaannya, apa kau bisa makan chili?"

"Mungkin aku pass dulu, Stan. Kemarin di Bali, perutku bermasalah karena makan makanan cukup pedas. Mei sampai harus membawaku ke rumah sakit. Benar kan, Mei?"

Refleks, Mei yang berdiri di belakang Conrad tertawa pelan.

"Kalau hanya soal makanan, itu tidak jadi masalah, sir. Masalahnya adalah, campuran antara chili dan juga minuman keras setelah Anda berpesta pora yang membuat Anda muntah-muntah. Bukan begitu, sir?"

Sedikit menoleh pada sekretarisnya, Conrad tersenyum dibuat-dibuat.

"Mungkin kau perlu menutup mulut cantikmu sebentar, Mei?"

"Tidak akan."

Perdebatan dua orang itu memancing tawa di dalam lift. Semua orang tertawa terkecuali satu orang. Tangan Aslan tampak mengepal kencang di samping tubuhnya.

"Aku ingin mengajak kalian makan malam. Sampai kapan kalian di Indonesia?"

"Aku dua hari lagi pulang. Tapi Mei sepertinya akan sedikit lebih lama. Sampai kapan kau ambil cuti, Mei?"

"Minggu depan saya akan pulang, sir."

Kepala Stanley mengangguk dan ia sedikit menatap pada Mei di belakangnya.

"Kau orang Indonesia asli?"

"Benar pak. Saya lahir dan besar di sini."

Sebelum Stanley dapat bertanya lebih jauh, lift telah berhenti di lantai yang mereka tuju.

"Kita sudah sampai. Ayo, aku akan memperkenalkan PIC dari masing-masing departemen."

Dua pria itu keluar dari dalam lift. Kaki Mei baru saja akan melangkah, saat ia merasakan tepukan keras yang diikuti r*masan kurang ajar di p*ntatnya.

Seluruh badannya merinding saat tangan besar di b*kongnya itu mer*mas lebih kuat bagian tubuhnya.

"Kamu itu masih isteriku, Meichan. Jangan lupakan itu! Aku tidak akan memaafkanmu kalau kamu sampai main-main dengan lelaki lain! Ingat itu!"

Bersamaan dengan bisikan penuh ancaman itu, Aslan keluar dari lift meninggalkan Mei yang membeku.

1
Sri Mulyati
lanjut Thor ceritanya seru
Anis Rohayati
jujur gua malah jiji klu smpe mei balikan lagi sma si smpah aslan ingat laki2 modelan kya gini ga harus di pertahan kan pantes di buang
Sunaryati
Segera urai kesalahpahaman kalian, mulai dari awal jika sudah kembali bangun komunikasi yang baik jangan ada hal yang harus ditutpi
Harun Gayam
hadeuh muter² tetuss
Sunaryati
Itu akibat tak ada komunikasi yang jelas tujuh tahun yang lalu
Sunaryati
Dobell up Thoot makin menarik ceritanya
Sunaryati
Makin ada kejelasan, tapi tetap saja penyebabnya Ashlan telat menjelaskannya pada Mei sehingga Mei menyimpulkan jika Ashlan bersedia menikahi Cristine apalagi dugaan itu dikuatkan dengan kebersamaan Ashlan dan Cristine di kedai kopi dan terlihat Ashlan memegang tangan Cristine
Sunaryati
Itu sepenuhnya bukan salahmu, karena Ashlan tidak menjelaskan setelah kamu kecelakaan yang menyebabkan keguguran, seharusnya waktu itu mengurai kesalahpahamanmu memergoki Ashlan dan Cristine di kedai, karena sebelumnya Ashlan minta izin menikah
Ma Em
Aku kasihan pada Aslan kalau memang Aslan tdk menikah dan tdk pernah tidur dgn Cristine bilang sama Mei dan buktikan agar Mei percaya
Ma Em
Luar biasa
Sunaryati
Selidiki duli Mei, dan kamu Ashlan jika kamu tidal menikahi Cristine buktikan. Kesalahan kamu dulu minta izin menikahi Cristine, dua kamu ketemuan sama Cristine yang dipergoki Mei sehingga Mri kecelakaan dan keguguran
kesalahau besar Ashlan
Sunaryati
Lanjuut donel up Thoor, ceritanya semakin seru dan menarik
Sunaryati
Jelaskan dulu Ashlan Mei dan pembaca juga penasaran, kamu jadi menikahi Cristine? Jika ya kabulkan permintaan Mei untuk menceraikannya, jika tidakk kejar dan perjuangkan cintami, karena Mei sangat setia padamu
Sunaryati
Ceritanya menarik jika berkenan tolong up tiap hari Thoor
Sunaryati
Jika Ashlan tidak jadi menikah dengan Cristin, kembalilah. Namun jika sudah menikah lebih baik mundur dari pada sakit hati
Sunaryati
suka, jika penasaranku terjawab ttg Cristine tak kasi bintang 5
Sunaryati
Lanjuut fobel up, ya
Sunaryati
Bagaimana pernikahan Ashlan dengan Cristine, Thoor, bukankah kepergian Mei karena Ashlan akan menikahi mantannya itu
Sunaryati
Oh ternyata Mei keguguran ketika kecelakaan saat melihat Ashlan dan Cristin di Cafe, kasihan Mei
jnxdoe: Terima kasih kak buat komentarnya... Tetep baca sampai tamat ya... 🥰🙏
total 1 replies
Sunaryati
Sebelum pergi kan mengabarkan kehamilan Mei pada Ashlan, mana anak Mei?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!