Widia Ningsih, gadis berusia 21 tahun itu kerap kali mendapatkan hinaan. Lontaran caci maki dari uanya sendiri yang bernama Henti, juga sepupunya Dela . Ia geram setiap kali mendapatkan perlakuan kasar dari mereka berdua . Apalagi jika sudah menyakiti hati orang tuanya. Widi pun bertekad kuat ingin bekerja keras untuk membahagiakan orang tuanya serta membeli mulut-mulut orang yang telah mencercanya selama ini. Widi, Ia tumbuh menjadi wanita karir yang sukses di usianya yang terbilang cukup muda. Sehingga orang-orang yang sebelumnya menatapnya hanya sebelah mata pun akan merasa malu karena perlakuan kasar mereka selama ini.
Penasaran dengan cerita nya yuk langsung aja kita baca....
Yuk ramaikan ....
Update setiap hari...
Selamat membaca....
Semoga suka dengan cerita nya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
"Sudah puas kamu menghina aku? Apa sekarang kamu sudah puas berbicara di depan banyak warga?" tanya Widi melirik dengan ujung mata.
Seketika Dela merasa gugup dengan tatapan mata Widi. Ia pun merasakan aura yang berbeda dari wajah Widi. Dan Widi sibuk mencari sesuatu di dalam tas brandednya.
Beberapa lembaran kertas mendarat ke wajah Dela. Sontak saja membuat orang yang melihatnya pun terkejut dengan tingkah Widi. Henti dan Dela menatap ke arah bawah yang mana posisi kertas itu berjatuhan, beberapa lembaran kertas yang dilemparkan oleh Widi terlihat sangat terbuka.
Henti berjongkok sembari mengambil kertas dengan pelan, kertas yang diambil oleh Henti ternyata gambar sangat menapik wajah Dela. Bahkan posisinya sangat mesra, apalagi Dela mengenakan pakaian terbuka. Dela terbelalak melihat mamanya mengambil sebuah foto dirinya.
"Mama," panggil Dela dengan lirih.
Henti melihat foto anaknya dengan mata melebar dan mulut yang terbuka sangat besar, sekujur tubuhnya gemetaran hebat.
"Apa ini Dela? Apa maksudnya?" tanya Henti yang tanpa sadar mengataskan air matanya, Ibu mana yang tidak sakit hati melihat tingkah laku anaknya di luar batas.
"I-itu...."
Tangan itu melayang di udara dan mendarat di pipi Dela. Meninggalkan jejak kemerahan dan berdenyut nyeri.
"Mah!" panggil Dela seraya memegang pipinya yang berdenyut.
"Apa maksudnya ini Dela! Kamu yang selama ini Mama sanjung-sanjung, ternyata kamulah yang berlaku buruk. Mama tidak menyangka Dela!" Henti meremas dada bajunya yang terasa amat sesak, ia berjalan dengan pelan ke arah Widi.
"Widi maafkan ua selama ini, ua tahu Kamu tidak akan memaafkan kesalahan yang dilakukan ua selama ini." isak Henti dengan air mata yang tak terbendung seraya memegang kedua tangan Widi.
"Tidak semudah itu memaafkan orang yang sudah melukai hati seseorang," sentil Widi. Semakin menjadi tangisan Henti.
"Dan kamu Dela. Apa yang sudah kamu lakukan dengan hal yang tidak masuk akal sehingga membuat berita konyol itu tersebar ?" tanya Widi dengan wajah santai.
"Karena kamu sudah merebut apa yang aku inginkan!" sentak Dela. Tanpa sadar Widi pun tertawa mendengar ucapan Dela.
"Apa aku nggak salah dengar itu Dela? Kamu bilang aku merebut apa yang kamu inginkan," kekeh Widi dengan tawa besarnya, seraya memegang perut yang sakit karena ketawa.
"Memangnya aku merebut apa dari kamu? Bukankah selama ini kamu yang selalu merebut apa yang aku punya?" tanya Widi terpaksa menahan ketawanya.
Dela pun tampak bingung dengan tingkah Widi yang begitu kekanak-kanakan. Henti masih merenungkan foto yang di lakukan anaknya, ia merasa tidak lama lagi di dunia.
"Asal kamu tahu saja, Denis calon suami aku!" ucap Widi dengan pelan dan sedikit penekanan setiap kata, lantas Dela melotot mendengar ucapan Widi.
Ia merasa darahnya mendidih begitu mendengar kata calon suami dari bibir Widi.
"Kamu kalau ngomong jangan ngawur ya !" tantang Dela mengacungkan jari telunjuknya di depan wajah Widi. Widi tidak peduli dengan ucapan Dela.
"Terserah kamu saja. Dan kamu harus ingat satu hal, jika aku tahu kamu melakukan hal kejahatan di belakang aku. Aku tidak segan-segan menghabisi nyawamu!" ancam Widi
"Coba saja aku tidak takut!"
Widi terkekeh sinis dengan tingkah Dela.
"Harusnya kamu itu memikirkan keadaan ua Henti. Bagaimana bisa kamu tidur dengan pria hidung belang dengan berbeda-beda?" Widi menggelengkan kepalanya.
"Jangan fitnah orang ya!"
"Fitnah kamu bilang? Makan tu fitnah, bukankah selama ini kamu yang memfitnah aku! Termasuk berita viral yang kamu lakukan waktu itu! Dan aku ingatkan satu hal kepada kamu, Denis itu calon suami aku!"
"Ngak! Itu gak mungkin! Denis itu punya aku, cuma aku yang boleh menikah dengan Denis!" pekik Dela seperti orang gila.
Tiba-tiba saja sebuah tangan melayang di udara dan mendarat ke pipi Dela untuk kedua kalinya, Widi dan Dela pun ter pelongo melihat seseorang yang menampar pipi Dela ternyata Henti.
"Kamu sudah salah masih mau menyalahkan orang lain! Lihat ini apa yang sudah kamu perbuat, kamu sudah membuat Mama malu!" bentak Henti jatuh terduduk tidak kuat menopang tubuhnya, beberapa warga membantu Henti berdiri.
"Mah, ini fitnah dari Widi! Itu bukan aku, aku tidak melakukan hal buruk itu, Mah !" sahut Dela dengan keadaan begini ia masih bisa menyalahkan orang lain.
"Astagfirullah hal'azim Dela. Ini yang dinamakan senjata makan tuan," sambung salah satu warga yang menuntun Henti. Para warga pun tidak heran lagi dengan kejadian seperti itu.
"Apa kalian lihat-lihat, ha! Jangan ikut campur urusan aku!" bentak Dela semakin panas jika seseorang menyudutkan kesalahannya.
"Udah jangan di ladenin lagi, mungkin dia sudah ." menempelkan jari telunjuknya di dahi dengan sedikit miring ke kiri.
"Dan kamu harus ingat Dela. Aku bisa saja memecat kamu dari kantor itu, bahkan aku juga bisa membuat kamu tidak diterima di pekerjaan mana pun kamu berada!"
"Ngaco kamu! Siapa kamu yang mau mecat aku!"
"Bu Widi kaki tangannya pak Cakra!" celetuk bodyguard Widi.
"Bahkan Bu Widi memiliki beberapa perusahaan, serta kedai Bubur sumsum barokah juga milik Bu Widi!" ceplos bodyguard Widi yang sudah tidak tahan dengan kerIbutan ini.
"Apa!"
"Apa! Apa aku tidak salah dengar?"
"Jadi, selama ini ."
"Ya, pemilik perusahaan wanita ini bekerja. Calon mertuanya Bu Widi!" ucap bodyguard berperawakan tubuh kekar yang tinggi seraya menunjuk ke arah Dela.
Sontak saja membuat beberapa orang yang mendengarnya pun terkejut dengan mulut menganga, begitu juga dengan Dela yang sama kagetnya. Namun ia tidak ingin percaya begitu saja.
"Lihatlah Ibu-Ibu Bapak-Bapak, apa kalian sudah mendengarnya! Berarti mobil mewah ini hasil menjual diri!" pekik Dela.
Plak!
Sebuah tangan melayang di udara dan mendarat ke pipi Dela.