Menikah di usia muda sungguh bukan keinginan ku. Namun aku terpaksa harus menikah di usia muda karena perjanjian kedua orang tuaku.
Aku dengannya sekolah di tempat yang sama setelah kami menikah dan hidup bersama namun rasa ini muali ada tapi kami tidak saling mengungkapnya hingga suatu hari terjadi sebuah kecelakaan yang membuat kami.... ayo simak lanjutan ceritanya di novel Benci jadi cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4. Keputusan Rangga
Keesokan pagi. Seorang wanita paruh baya yang terlihat masih begitu cantik melangkahkan kakinya menuju kamar Putrinya.
"Rena...Rena...Bangun!" wanita paruh baya itu menggedor-gedor pintu kamar Putrinya.
Wanita paruh baya yang terlihat cantik itu sungguh kesal pada Anak gadisnya yang satu ini. Padahal tadi malam sudah dikasih tau mereka akan berangkat kebandara karena penerbangan pukul 8 waktu Malaysia.
Sementara didalam kamar wanita cantik itu hanya menggeliat saja.
"ahhh..." Rena menarik selimut dan tidur lagi.
"Mak, mane Akak?" tanya Nana pada Mamanya. Nana sudah siap dengan barangnya yang akan dibawa. Soal sekolah Nana dan Rena tidak perlu khawatir karena Azuhra sudah menyuruh orang kepercayaannya di Indonesia mengurus semuanya.
"Tu masih tido tak bangun lagi, Mak pening kepale tengok perangai Akak Korang. Awak dah siap ke?" tanya Azuhra pada gadis didepannya.
Nana mengangguk karena dia sudah siap dari tadi malam. "Dah lah Mak, dah dari semalam." Jawab Nana menunjukkan senyum manisnya pada Azuhra.
"Kalau awak dah siap, gih bangunkan Akak korang jap!" titah Azuhra pada Nana.
Nana mengangguk, lalu gadis itu pergi kekamar Rena. Sampai didepan pintu kamar Nana melakukan hal yang sama seperti Azuhra lakukan tadi.
"Kak...Akak...bangun, Mak nak pegi, Akak tak nak ikut ke?" Nana masih berdiri menunggu sahutan dari Rena.
Tidak lama pintu kamar itu terbuka, Nana yang tadi sudah membelakangi pintu pun menoleh. Nampak lah muka yang masih ada bekas bantal pada wajah wanita cantik didepannya itu.
"Awak tak de keje ke? Pagi-pagi dah wat bising kat depan bilek orang." Rena sangat kesal pada Nana yang membangunkannya dan menggedor-gedor pintu kamarnya.
"Mak yang minta, Mak tanye Akak tak nak ikut ke? Nana masih aja sabar walaupun Rena selalu galak padanya.
"Bagi tau Mak, Akak lusa je pegi, Akak tak siap lagi, Akak masih ade hal dengan kawan Akak." Rena menyuruh Nana memberitahu Mamanya kalau dia pergi beberapa hari lagi.
"Tak nak ah, Akak cakap je lah sendiri dengan Mak, Nana tak nak masuk campur Akak punya hal." Tolak Nana tidak mau, dan berlalu dari hadapan Rena.
"Mane Akak korang?" tanya Azuhra pada Nana karena tidak melihat Rena bersama Nana.
Azuhra sudah siap dengan koper ditangannya, dia harus buru-buru agar tidak ketinggalan pesawat.
"Katanye tak nak ikut, tadi Akak cakap lusa die pegi sorang diri." Jawab Nana.
"Dah lah, tak yah hiraukan tu orang, kite kena cepat biar tak lambat sampai tow." Azuhra membiarkan saja Rena pergi sendiri lusa, dia tidak mau pusing lagi dengan Putrinya itu.
Azuhra dan Nana menaiki taksi menuju bandara internasional Kuala lumpur, yaitu bandara yang lumrah disebut KLIA.
Sampai di bandara Azuhra dan Nana langsung memasuki loket yang akan membawa keduanya ke penerbangan menuju Indonesia.
*********
Rangga yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya turun dari kamar menuju meja makan.
Disana sudah ada Vina dan Andi, kedua paruh baya itu sedang menunggu Putranya untuk sarapan.
"Anak Mama sudah rapi, ayo sini duduk!" Vina menarik kursi untuk Putranya duduk.
"Makasih Ma," ucap Rangga pada wanita yang melahirkannya itu. Vina mengangguk tersenyum.
"Kamu mau makan apa? nasi goreng atau roti?" tanya Vina pada Anaknya itu. Vina selalu memanjakan Rangga, tidak heran kalau Rangga begitu menyayangi Mamanya.
"Roti aja Ma." jawab Rangga melirik pada roti didepan Pak Andi.
Pak Andi memperhatikan wajah Putra semata wayangnya yang nampak sedikit lingkaran hitam dibawah matanya.
"Kamu kenapa, kok lesu gitu?" Pak Andi mulai bertanya. "Tidak apa-apa Pa, hanya susah tidur aja." Jawab Rangga terpaksa berbohong pada Papanya.
"Sudah, ayo makan nanti kamu terlambat ke sekolah." Vina menyodorkan roti yang sudah dioles selai kacang ke dapan Anaknya itu.
Di sela-sela sarapan, Pak Andi mulai membuka suara lagi. "Hari ini Tante Zuhra sampai ke sini dengan Anaknya. Papa harap kamu tidak mengecewakan kami." Ucap Pak Andi seperti menekankan kalau Rangga harus mau menerima perjodohan dan menikah dengan Putri Azuhra.
Rangga berhenti mengunyah roti yang sudah masuk ke mulutnya dia mendongak menatap Papanya. Vina mengusap pundak Anaknya berharap Rangga tidak membantah Papanya.
"Rangga terserah Papa aja, gimana baiknya Papa aja, Rangga ikut aja, menolak pun tidak guna." Jawab Rangga pasrah aja.
Rangga dari semalam sudah berpikir, dia memutuskan menerima perjodohan dan mau menikahi Anak teman Papa dan Mamanya itu. Namun Rangga punya rencana sendiri, Rangga menerima perjodohan semata demi Mamanya karena dia tidak mau membuat Mama yang sangat disayangi kecewa dengannya.
"Nah kalau begitu 'kan bagus, kenapa tidak dari kemaren. Papa akan membeli satu rumah untuk hadiah pernikahan kalian." Pak Andi sangat lega mendengar putranya mau menerima dan menikah dengan Anak temannya itu.
"Tidak perlu Pa, Rangga mau menikah, tapi dengan satu syarat."
"Syarat?" tanya Pak Andi. Rangga mengangguk.
"Apa syaratnya?" tanya Pak Andi. lelaki paruh baya itu penasaran syarat apa yang akan diminta oleh Putranya ini.
"Aku mau pernikahan ini tertutup, tidak ada resepsi, cukup ijab kabul aja, aku masing ingin sekolah, aku tidak mau orang tau kalau aku sudah menikah tapi masih sekolah, selain dikeluarkan dari sekolah, juga akan menyebarkan gosip, tidak mungkin 'kan aku menikah disaat masih sekolah kalau bukan menghamili Anak orang." Rangga sudah memikirkan syarat ini sejak tadi malam.
Vina tersenyum bangga, ternyata Putranya ini punya pemikiran yang cukup luas. Rangga sudah memikirkan ke dapan padahal mereka saja tidak terpikir sampai kesitu.
Rangga juga membalas senyum Mamanya, dalam hati dia berkata. "Lihat saja nanti aku akan bikin gadis itu meminta cerai dan tak tahan bersama ku."
Sementara Pak Andi mengangguk-angguk, apa yang dikatakan Rangga memang benar, dia juga sama seperti Vina istrinya dia saja tidak berpikir sejauh itu.
"Baiklah, nanti Papa akan bicarakan dengan Tante Zuhra kalau sudah sampai kesini." Pak Andi kemudian bangkit dari kursinya karena sudah selesai sarapan.
Begitu juga dengan Rangga, pemuda itu mencium tangan kedua orang tuanya sebelum pergi. Setelah itu Rangga menunggangi kuda besinya menuju sekolah.
Sementara disebuah rumah di Negeri seberang, seorang gadis cantik bangun dari tidurnya. Perutnya sudah terasa lapar, gadis itu berjalan kekamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah itu Rena membenahi dirinya dengan sedikit polesan. Lalu keluar langsung menuju kemeja makan.
Rena melihat dimeja makan tidak ada makanan apapun, meja itu kosong.
"Mak...Nana..." panggilnya, namun tidak ada sahutan, Rena melangkahkan kakinya hendak mencari Mamanya dikamar, namun tidak jadi kerana dia ingat kalau Mama dan adiknya sudah berangkat sejak tadi pagi.
"Mati lah I, semua dah pegi, perut lapar pula, makanan dah tak de." Gumamnya seorang diri. Rena melangkahkan kaki keluar dari rumahnya, dia akan sarapan di luar sekalian pergi ketempat balapan.
Hari ini Rena ada balapan dan ini hari terakhirnya, karena itulah dia tidak ikut Mamanya ke Indonesia.
Bersambung.