(INI KISAH ZAMAN DULU DIPADUKAN DENGAN ZAMAN SEKARANG YA)
"Emak sama Bapak sudah memutuskan jika kamu akan menikah satu bulan lagi dengan laki-laki pilihan Bapak kamu, Niah," Aku lantas kaget mendengar ucapan Emak yang tidak biasa ini.
"Menikah Mak?" Emak lantas menganggukkan kepalanya.
"Tapi umurku masih kecil Mak, mana mungkin aku menikah di umur segini. Dimana teman-temanku masih bermain dengan yang lainnya sedangkan aku harus menikah?" Ku tatap mata Emak dengan sendu. Jujur saja belum ada di dalam pikiranku untuk menikah apalagi d umur yang masih dikatakan baru remaja ini.
"Kamu itu sudah besar Niah, bahkan kamu saja sudah datang bulan. Makanya Bapak dan Emak memutuskan agar kamu menikah saja. Lagian kamu juga tidak sekolah, jadi tidak ada masalahnya jika kamu menikah sekarang. Menikah nanti pun tidak akan ada bedanya dengan sekarang karena, sama-sama menikah saja akhirnya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah Yuliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 15
ISTRI 13 TAHUN
15
Hari terus berlalu dan tidak terasa satu minggu lagi Suniah dan juga Pajajar akan melangsungkan akad pernikahan mereka yang tentunya akan diadakan di rumah Rijali, Bapak Suniah. Semua itu sudah mereka putuskan saat mereka melamar Suniah beberapa minggu lalu.
"Kamu mau kemana Niah?" tanya Emak yang baru saja dari dapur membawa segelas kopi hitam untuk Bapak.
"Aku mau keluar sebentar Mak. Tadi Rukaiyah memintaku menemaninya ke pasar membeli baju." Suniah merapikan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Ehhhh ... Ehhh ..., tidak boleh!" Emak langsung menghalangi langkah Suniah yang hendak mencapai pintu. "satu minggu lagi kamu akan menikah Suniah. Menjelang hari pernikahan itu kamu tidak boleh kemana-mana karena pamali." Emak menarik tangan Suniah pelan membawanya kembali masuk.
"Loh mau kemana kamu Niah? bukankah semua yang berhubungan dengan pernikahan kamu minggu depan sudah selesai?" Bapak menatap Suniah dengan bingung. Setahu-nya tiga hari yang lalu putrinya itu sudah melakukan suntik catin di pukesmas, bahkan semua yang di butuhkan kua juga sudah selesai mereka urus.
"Ini loh Bang, Niah ini mau ke pasar menemani temannya Rukaiyah untuk membeli baju. Untung saja aku tahu, kalau tidak mungkin saja kita sudah kecolongan Bang. Nggak kebayang sama aku kalau hal buruk nanti menimpa putri kita menjelang pernikahannya. Pamali kata orang-orang menyebutnya." Maimun menjelaskan kepada suaminya setelah memberikan cangkir kopi yang dibawanya.
"Astagfirullah Niah, untung saja kamu tidak jadi pergi. Andai saja tadi kami semua tidak tahu kepergian kamu ntah seperti apa bapak sama Emak mencari keberadaan kamu, Niah. Setelah ini menjelang kamu menikah tidak boleh keluar rumah kecuali jika kamu mau mandi, atau mencuci pakaian maupun piring. Itupun kamu harus pergi bareng bersama Kasian seperti biasanya. Jangan pergi sendiri." Bapak menarik Suniah agar mendekat ke arahnya. Dielusnya bahu sang putri dengan penuh kasih sayang.
"Iya Pak, maaf karena aku juga tidak tahu kalau saat menjelang pernikahan itu tidak boleh pergi-pergi." sesal Suniah dengan mata berkaca-kaca.
"Sudahlah, tidak apa-apa. Lagian ini juga salah Emak sama Bapak yang tidak memberitahu kamu sebelumnya." Suniah mengangguk singkat.
"Assalamu'alaikum Suniah. Ayo kita berangkat." Dapat Rijali, Maimun dan juga Suniah dengar suara Rukaiyah di luar rumah.
"Masuk dulu Rukaiyah," teriak Emak yang membuat Suniah serta Bapak kaget.
"Ihhh, kamu ini suara nggak bisa pelan apa?!" kesal Bapak dibalas pinggiran oleh Emak.
"Rukaiyah, Suniah tidak bisa menemani kamu ke pasar hari ini karena minggu dengan Suniah akan menikah jadi pamali kalau Suniah ikut kamu ke pasar hari ini." Mata Rukaiyah membolak mendengar ucapan Emak.
"Menikah Mak? sama siapa? Kok aku tidak tahu dan kamu juga kenapa tidak ngomong sama aku, Niah? tahu begini aku pasti juga nggak bakalan ngajakin kamu buat menemaniku mencari baju." cerocos Rukaiyah menatap Emak, Bapak dan kuda Niah bergantian.
Suniah menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Heheh, aku juga lupa memberitahu kamu, Rukaiyah. Bahkan aku saja kadang-kadang lupa jika ingin menikah minggu depan." Jujur Suniah membuat Emak dan Bapak menggeleng tidak habis pikir.
"Sama siapa kamu menikah Niah? apakah masih orang kampung kita ini? tapi beberapa hari ini aku tidak mendengar jika ada laki-laki di kampung kita mau menikah? apa hanya aku saja yang tidak mendengar kabar itu?" bingung Rukaiyah sambil terus berfikir keras.
"Bukan Rukaiyah, aku menikah sama laki-laki di kota. Laki-laki itu pilihan Bapak jadi kamu tidak akan tahu siapa orangnya. Bahkan aku sendiri saja baru satu kali melihatnya."
TBC