Hellena adalah gadis cantik yang hidup dalam belenggu masalalu, Ia berusaha bangkit dan melupakan kekasih yang sangat ia cintai itu. Kemudian Hellena bertemu dengan Daniel yang diam diam menyukainya dan berusaha membuat Hellena jatuh cinta padanya dan mencintainya bukan sebagai bayangan dari masalalu melainkan sebagai sepasang kekasih yang pantas untuk mencintai dan dicintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ivanyou, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Peringatan
Hari ini, Daniel pergi ke rumah Diego hanya untuk sekedar bermain. Pikirannya yang terasa begitu penuh membuatnya harus meminta saran kepada teman yang sudah ia kenal sejak mereka kecil hingga sekarang yaitu Diego. Ia duduk dengan santai di kursi belajar memperhatikan Diego yang sibuk dengan game online.
"Gue harus gimana dong sekarang, Go? Perihal masalah ini baru lo doang yang tau, entar baru gue cerita sama anak-anak yang lain." ucap Daniel, panik karena semua seperti di luar dugaan. Masalah yang dia anggap adalah hal yang ringan, membuat dirinya masuk ke dalam lubang.
"Lanjutin aja, dari awal kan gue udah pernah bilang ga usah ditanggepin tapi lo enteng banget jawab gapapa sekedar mau bantu dia aja, yaudah tanggung sendiri akibatnya ntar."
"Jahat banget lo sumpah. Gue puyeng ini."
Diego meletakkan ponselnya sembarangan, kebetulan game yang dia mainkan sudah selesai walau berakhir dengan kekalahan karena konsentrasinya yang buyar akibat Daniel yang selalu merecokinya sejak tadi. Mata menatap dengan dingin.
"Terus maunya gimana?"
"Apa gue temuin dia sekali lagi aja? Terus bilang kalo gue ga bisa bantu dia lagi?"
"Emang dia bakal ngertiin posisi lo? Dari awal kan dia emang sekalian mau mancing biar lo deket terus sama dia."
Daniel menghela napas pelan, menyadari kesalahannya dalam mengambil langkah yang menyebabkannya harus terjebak di situasi yang membuatnya tidak bisa bergerak seperti sekarang.
"Dia lagi sakit, Diego. Itu yang bikin gue mau bantu dia dari awal, eh malah jadi gini." sambung Daniel, menundukkan kepalanya ke lantai dengan wajah tampak gusar.
Setelah percakapan itu, suasana diantara keduanya menjadi sunyi tanpa ada dialog apapun. Diego menyadarkan dirinya pada punggung ranjang tidur sambil menatap Daniel yang terlihat bingung dengan permasalahan yang dia hadapi sekarang. Daniel, masih membisu, memandangi lantai mencoba mencari jawaban atas kekacauan yang ia buat. Hening yang menggantung diantara keduanya terasa begitu jelas dan berat, seolah-olah membuat mereka tenggelam dalam pikirannya masing-masing.
"Coba lo temuin dia sekali lagi dan jelasin kalo itu sebagai interaksi terakhir diantara kalian. Inget, prioritas hubungan lo sekarang sama siapa. Itu aja sih yang bisa gue omongin sama lo sebagai temen yang udah kenal dari lama." jelas Diego, mencoba memberi sedikit semangat agar Daniel juga bisa berpikir dengan jernih dan tidak akan salah langkah lagi yang akan membuat semuanya jadi fatal di kemudian hari.
Daniel hanya bisa mengangguk pelan, meski hatinya terasa begitu berat. Kata-kata Diego seakan menamparnya dengan kenyataan yang seharusnya ia hadapi sejak awal. Ia tahu bahwa langkah yang dia ambil sebelumnya untuk membantu bukanlah hal yang baik untuk dirinya sekarang, bukan berarti salah untuk membantu sesama tetapi untuk kasus Daniel cukup berbeda. Perasaan bersalah dan simpati bercampur aduk didalam pikiran Daniel yang terus membuatnya ragu untuk mengambil keputusan yang bijak.
Setelah beberapa saat terdiam, Daniel berdiri menatap Diego dengan penuh tekad yang kuat. "Thanks, bro. Gue bakal coba beresin masalah ini sebelum makin rumit terutama buat hubungan gue sama Hellena." ujar Daniel dengan suara yang mantap.
Di lain tempat, Hellena sedang bersama Yosea ke rumah sakit untuk menemani sahabatnya itu menjenguk salah satu kerabatnya yang di rawat inap sejak beberapa hari yang lalu. Hellena menatap sekitar, memperhatikan setiap lorong, mencari kamar yang mereka cari.
Setelah beberapa saat mencari dan menelusuri lorong, mereka menemukan kamar yang mereka cari. Yosea mengetuk pelan pintu sebelum membukanya. Saat mereka melangkah masuk, Hellena melihat suasana kamar yang begitu tenang, dengan aroma yang khas rumah sakit yang samar tercium masuk ke dalam rongga hidung.
Di dalamnya, terbaring lemah kerabat Yosea di ranjang pasien menatap kedatangan mereka dengan berusaha untuk tetap tersenyum yang terlihat dari matanya. Hellena menatap Yosea dengan tatapan simpati melihat kondisi kerabatnya yang begitu lemah, di kelilingi oleh peralatan medis yang lengkap membuatnya terusik melihat kondisi pasien di hadapannya ini. Pikiran Hellena membayangkan bagaimana dirinya di rumah sakit serta segala hal yang terjadi di rumah sakit yang masih membekas hingga sekarang menyatu dalam batinnya.
"Aku ke toilet dulu bentar." ujar Hellena sedikit berbisik kepada Yosea yang menanggapinya dengan anggukan kecil.
Karena tidak begitu kuat dengan pikirannya sendiri, ia memutuskan keluar dari kamar pasien untuk mencari sedikit ketenangan.
Brak!
Tanpa sengaja Hellena menabrak seseorang hingga membuatnya tersungkur dihadapannya. Ia dengan cepat menolong, "Maaf, aku ga sengaja. Kamu gapapa, kan?" tanya Hellena, mengulurkan tangannya untuk membantu.
"Ah, ak-aku gapapa." balas gadis itu cepat, meninggalkan Hellena yang menatapnya dengan bingung.
Hellena hanya bisa mengernyitkan dahi, melihat reaksi gadis yang terlihat begitu aneh. Namun, Hellena mengabaikannya lalu pergi untuk mencari ke toilet. Di sudut pikirannya, ia bertanya-tanya kenapa gadis itu mengapa terlihat sangat terburu-buru, setelah berpikir sedikit Hellena memaklumi hal itu karena mereka sedang berada di rumah sakit yang tentu saja banyak hal yang tidak terduga terjadi dengan segala keterburu-buruan.
Setelah merasa cukup merenung, Hellena akhirnya menemukan toilet dan masuk ke dalam untuk membasuh wajahnya yang sedikit kusut. Ia menatap cermin di hadapannya, memikirkan banyak hal yang terjadi belakangan ini. Pikirannya masih tertuju pada Daniel. Rasa canggung yang sempat ia rasakan pagi tadi kembali muncul. Mungkin dia terlalu memikirkan hal-hal kecil, pikirnya.
Selesai membasuh wajah, Hellena mengeluarkan ponselnya. Tidak ada pesan baru dari Daniel. Dia menghela napas, mencoba menepis perasaan tidak enak yang mulai muncul lagi. Namun, pikiran tentang gadis yang tadi ia tabrak tak juga hilang dari benaknya. Ada sesuatu yang janggal, tapi Hellena tak ingin terlarut dalam dugaan.
"Hellena, tenang ini cuman rumah sakit. Hilangin segala hal yang bersangkutan dengan rasa takut yang ada di masa lalu." batinnya, sambil mengeringkan kedua tangannya menggunakan beberapa tisu.
Keluar dari toilet, Hellena kembali bergabung dengan Yosea di kamar pasien. Hellena duduk di sampingnya memperhatikan Yosea yang tampak bersemangat bercerita tentang hal random, Hellena mencoba fokus pada momen yang ada, meskipun hatinya terus terusik oleh perasaan tidak menentu.