Dia Datang Kembali

"Apakah kamu sungguh membenciku sampai sedalam itu Al?," kata Rangga menatap Alya.

"Aku tidak perlu menjelaskannya lagi, abang sudah pasti sudah tahu jawabannya," kata Alya.

"Aku ingin meminta maaf kepadamu Al atas perbuatanku itu. Seberapa besarpun kamu membenciku, aku mohon sisakan ruang maaf untukku," kata Rangga.

"Apa abang tahu apa yang abang perbuat itu sungguh membuatku sakit? aku merasakan kesedihan yang mendalam dan ketakutan yang tidak henti-hentinya pada saat itu sampai aku pergi menjauh dan menutup komunikasi dengan siapapun. Pada saat ini aku belum bisa melupakan perbuatan abang tersebut kepadaku," kata Alya disertai tangisan.

Melihat Alya menangis sesenggukan, Rangga kembali mendekapnya untuk menenangkan diri gadis itu.

Namun Alya melepaskan pelukan Rangga.

"Cukup bang, jangan ganggu aku lagi!," kata Alya.

Rangga hanya terdiam seribu bahasa. Dia tidak tahu harus menjawab Alya dengan cara apa.

"Aku tidak mau orang mendengar apa yang sedang kita lakukan disini bang! Aku mohon segera buka pintu ini! aku ingin keluar," kata Alya yang masih menangis.

"Al, berikan aku kesempatan untuk berbicara," kata.

"Saat ini kita memiliki urusan yang lebih penting bang. Aku tidak ingin orang mengetahui tentang kita. Saat ini, kakakku dan bawahanmu sedang menunggu," kata Alya.

Rangga kembali terdiam.

"Abang sebenarnya mendengarkan apa yang ku katakan tidak? Buka pintunya bang!," kata Alya.

"Baiklah, tapi aku tidak akan pernah menyerah Al. Aku akan tetap mencoba untuk mendapatkan rasa maaf darimu. Aku akan melakukan apapun untuk hal itu," kata Rangga.

Rangga mengeluarkan kunci pintu tersebut dari saku celananya dan membukakan pintu itu untuk Alya.

Alya bergegas berjalan dengan langkah cepat meninggalkan Rangga.

Sebelum menghampiri Arief yang menunggunya dimeja, Alya terlebih dahulu mengusap air matanya dengan tissue yang selalu ia bawa.

"Kenapa lams sekali Al?," tanya Arief.

"Tidak apa-apa bang. Aku tiba-tiba sakit perut, mungkin karena terlalu banyak mengonsumsi makanan pedas ini," kata Alya.

Kenapa mata adikku memerah seperti seseorang yang baru menangis?. Batin Arief.

Tidak lama, Rangga pun datang.

"Bapak darimana?," tanya bawahan Rangga

"Saya tiba-tiba mendapatkan panggilan telepon ketika hendak kembali kesini," kata Rangga.

Mendengar perkataan Rangga, Alya menatap Rangga dan tatapan Alya dibalas Rangga, namun Alya memilih menunduk.

Setelah menghabiskan waktu makan siang bersama, Alya bersama timnya kembali ke kantor. Rombongan tersebut meninggalkan Rangga sedangkan Rangga kembali ke ruangannya.

Rangga mencoba mengingat kembali apa yang terjadi dimasa lalu.

Kejadian dimasa lalu

"Al, aku ingin kamu datang ke rumah singgahku malam ini," tulis Rangga mengirim pesan.

"Untuk apa bang aku pergi kesana?," tulis Alya.

"Aku ingin kamu menemaniku malam ini," tulis Rangga.

"Menemani bagaimana maksudnya bang? Aku tidak mengerti," tulis Alya.

"Kamu sungguh tidak mengerti? intinya kamu kesini saja malam ini! Aku tunggu," tulis Rangga.

"Aku tidak berani ke rumah abang malam-malam. Aku tidak akan diizinkan keluar pada malam hari, apa lagi ke rumah laki-laki," tulis Alya.

''Kamu kan bisa mencari alasan lain Al. Kamu buat alasan apa gitu kepada orang tuamu agar kamu bisa datang ke rumahku malam ini," tulis Rangga.

"Tidak bang, aku tetap tidak berani. Aku takut kedua orang tuaku marah jika aku berbohong," tulis Alya.

"Kamu sudah berani menentangku Al? sejak kapan kamu memiliki keberanian seperti itu?," tulis Rangga.

"Tidak bang, aku tidak bermaksud menentang abang?," tulis Alya.

"Aku tidak peduli Al, aku mau kamu datang ke rumahku malam ini. Ingat Al! Aku dapat melakukan apapun kepadamu. Aku bisa menyakitimu dengan caraku, jadi jangan mencoba menentang keinginanku!," tulis Rangga mengancam.

Bagaimana Ini? Bang Rangga sudah mengancamku. Itu artinya aku harus menuruti keinginannya. Batin Alya.

"Iya bang, aku akan berusaha kesana," tulis Alya.

"Good girl," tulis

Rangga.

Alya bingung harus apa? Dia sendiri tidak tahu kenapa Rangga menyuruhnya datang ie rumah laki-laki tampan itu.

Sekarang Alya dipusingkan untuk mencari cara bagaimana ia bisa meminta izin ke dua orang tuanya agar bisa keluar.

Alya menemui kedua orangtuanya.

"Pah,mah. Aku mau minta izin pergi ke rumah teman boleh tidak pah?," tanya Alya.

"Kenapa tidak boleh?," kata pak Danu

"Tapi aku perginya nanti malam pah," kata Alya.

"Apa? kenapa kamu pergi ke rumah temanmu dimalam hari Al? Memangnya ada acara apa?," tanya pak Danu.

"Tidak ada acara apa-apa sih pah. Hanya saja Alya dan teman-teman ingin makan malam bersama," kata Alya.

"Tidak bisa! Papah sedari dulu sudah bilangkan, papah tidak mau anak perempuan papah keluar malam. Papah tidak menyukainya, papah tidak memberi izin," kata pak Danu.

Alya terdiam.

"Baik pah, aku paham," kata Alya. Alya kembali ke kamarnya.

Saat Alya meminta izin kepada ayahnya tadi, ia merekam pembicaraan itu dengan ponsel. Alya mengirim rekaman tersebut dalam bentuk voice note kepada Rangga.

Rangga menerima pesan itu. Ia memutar rekaman tersebut.

"Apa? Alya tidak mendapatkan izin untuk keluar malam ini?," gumam Rangga.

"Aku tidak diizinkan oleh papah untuk keluar bang. Aku sudah mengikuti saran abang untuk membuat alasan tapi papah tetap melarangku pergi. Bagaimana bang?," tulis Alya.

Rangga yang membaca pesan Alya pun mencari cara agar gadis itu bisa datang kerumahnya.

"Aku tahu bagaimana cara agar kamu bisa kesini. Kamu bisa keluar diam-diam," tulis Rangga.

"Aku takut bang. Bagaimana kalau kedua orang tuaku kalau tahu aku kabur?," tulis Alya.

"Makanya main cantik! Kamu sebaiknya nanti malam bilang ke papahmu kalau kamu ingin tidur lebih awal, setelahnya kamu kunci kamar kamu dengan rapat. Aku yakin, papahmu tidak akan mengecek keberadaanmu dikamar," tulis Rangga memberi solusi.

Sebenarnya apa yang diinginkan bang Rangga. Kenapa ia membuatku untuk bisa datang kerumahnya?. Batin Alya.

"Tapi aku takut bang. Aku belum pernah menentang papahku," tulis Alya.

"Aku sudah memberimu solusi. Sekarang tugasmu hanya melakukannya. Aku tidak membutuhkan alasan apapun Al. Aku hanya mau kamu harus datang kesini," tulis Rangga.

Alya dibuat tidak berkutik dengan perkataan Rangga tersebut. Alya benar-benar pusing.

Malam pun tiba. Seperti biasa Alya akan makan malam bersama orang tuanya. Setelah makan malam, mereka duduk santai diruang keluarga.

"Pah, mah, aku sudah mengantuk. Aku tidur duluan ya," kata Alya.

"Iya Al," kata pak Danu.

Alya kembali ke kamarny. Alya berganti pakaian dengan pakaian bepergian dan merias wajahnya dengan sedikit polesan.

Alya keluar dari kamarnya dan mengunci pintu dengan rapat. Alya berjalan perlahan keluar melalui pintu belakang.

Alya sudah melewati pintu belakang dan berjalan menuju pintu gerbang depan. Alya senang melihat gerbang tidak terkunci, ia pun melangkah keluar dari rumahnya.