KETIKA SECUIL CINTA TUMBUH

Riana berpikir dengan kepala makin pusing. Dari semua cerita Santi, kira kira demikian intinya:

    Ada suatu tempat di Jakarta ini (entah dimana Santi belum menyebutkannya secara jelas) yang namanya Pabrik Kata kata Angkasa Bersuara, tempat menjual kaos, stiker, gambar tempel yang unik. Semua anak dan remaja tahu (ini kata Santi). Pemiliknya bernama Reyhan, seorang pemuda ganteng, dekat dengan anak anak muda serta rakyat jelata, dengan sejuta idealisme dalam pemikirannya. Semua ingin mendapatkan kaos atau stiker yang baru muncul. Dengan kalimat kalimat unik yang baru pula. Yang teristimewa, stiker atau kaos itu dicetak dalam jumlah terbatas. Sehingga kalau tidak beli lebih cepat atau pesan lebih awal, tidak mungkin kebagian. Kalau sudah tercapai volume produksinya, jangan harap bisa memesannya lagi, sekalipun mau membayar mahal. Reyhan selalu menjaga keterbatasan produksi stiker, gambar tempel atau kaosnya. Tidak bisa dipaksa atau disogok!

    Di ujung stiker atau kaos selalu ada angka dalam ukuran yang kecil, menunjukkan jumlah yang di cetak atau di sablon. Angka dua menunjukkan urutan proses cetak atau sablon kedua. Jadi tidak akan ada dua orang yang memiliki stiker atau memakai kaos yang sama persis. Sekalipun tulisan dan kalimatnya sama, urutan prosesnya pasti berbeda. Kadang pasangan yang sedang berpacaran atau satu keluarga yang terdiri dari ayah ibu dan anak anak suka sekali mengenakan kaos yang warna, model dan coraknya sama untuk menunjukkan kekompakan atau kebersamaan mereka. Tapi hal ini tidak akan terjadi bila mengenakan kaos produksi Angkasa Bersuara. Mungkin karena menurut pemiliknya, tidak ada dua manusia yang sama persis, kembar sekalipun.

    "O....begitukah?" Cuma itu saja yang meluncur dari bibir Riana sampai di penuturan ini.

    "Sejak kapan Santi mengenal Angkasa Bersuara?"

    Bukannya menjawab pertanyaan Riana, bocah itu malah mengajaknya ke sana.

    "Kita ke sana yuk, Bunda? Kalau nanti papa dan mama keburu datang, Santi pasti tidak boleh ke sana. Mumpung masih sore Bun," rajuknya.

    Riana makin terbengong bengong seperti kerbau ompong di siang bolong. Ternyata Santi memiliki koleksi yang cukup banyak hasil karya Pabrik Kata kata Angkasa Bersuara. Pasti ini produksi terbatas dan khusus. Karena beberapa diantaranya ada foto Santi dengan tulisan tulisan unik: SANTI, penyanyi cilik terbaik penuh dengan gosip atau Papa tak perlu pulang, aku sudah punya gacoan dan Mama sayang anjing.

    Riana terheran heran. Berarti Angkasa Bersuara juga terima order pesanan khusus?

    "Kok bisa ada fotomu, San? Kamu pesan ya?"

    "Iya Bun. Lama pesannya. Dibatasi cuma lima buah. Tidak boleh banyak banyak. Santi bagi bagi ke beberapa teman baik Santi."

    "Tulisannya juga kamu yang minta?"

    "Nah ini, yang tidak boleh Bun. Kata mereka harus bang Reyhan yang menentukan kata katanya. Santi cukup memberikan foto dan keterangan tentang diri Santi. Tapi bagus kan kata katanya Bun?"

    Desain stiker itu memang bagus. Bukan hanya terdiri dari kata kata saja. Ada foto Santi dengan latar belakang studio atau rumah besar bergaya eropa atau se ekor anjing gembala jerman yang kelihatan gagah.

    "Eng.... ya..... tapi......"

    "Kalau bilang tidak bagus, berarti Bunda sudah tua dan kolot dan norak. Kalau tidak percaya, baca saja di dalam box CD ini," kata Santi sambil menyerahkan sebuah CD lagu kepada Riana.

    Riana membuka box CD tersebut. Didalamnya masih ada sampul yang membungkus CD itu. Pada sampul itu ada tulisan karya Angkasa Bersuara dengan angka 'satu' di sudutnya. Kalimatnya berbunyi CD ini khusus buat yang berjiwa dinamis dan patriotik. Orang tua, jompo, berpikiran kolonial yang sedang kumat, pasti tak menyukai lagu lagu disini.

    Hm....berarti sampul CD ini dibuat khusus untuk Santi dan hanya satu satunya di dunia. Pantas saja anak itu demikian bangga.

    Santi melanjutkan bercerita dengan hati berbunga bunga dan bangga.

    Ia antri sampai dua minggu Sejak pesan, menyerahkan foto dan keterangan tentang dirinya sampai mendapatkan barangnya. Maksudnya, dibuatkan juga sampul CD dengan kalimat seperti yang tertera di stiker, dari bahan plastik yang lembut. Tapi biayanya memang mahal. Juga harus sabar menunggu. Dan belum pernah kalimat yang ditulis Reyhan mengecewakan pemesannya.

    "Teman Santi ada yang dibuatkan sebesar sampul majalah, Bun. Khusus buat dia juga. Harganya juga lebih mahal dari punya Santi. Dia menunggu sampai hampir sebulan. Gambar yang jadi latar belakangnya juga bagus lho Bun! Rumahnya yang gede banget, lalu ada gambar pak tani beristirahat di dangau di sudut kanan bawah. Tulisannya juga keren. Ternyata bahagia sesederhana itu, bukan gengsi gede. Sekarang oleh teman Santi itu diberi pigura dan dipasang di dinding kamarnya. Jadi tiap hari dia bisa tiduran sambil melihatnya."

    "Sejak kapan Santi kenal Reyhan?"

    "Santi belum pernah ketemu bang Reyhan. Cuma lewat teman atau pegawainya yang di sana. Bunda kenal ya? Tolongin Santi, Bun, biar bisa ketemu. Pengen foto bersama. Nanti teman teman Santi pasti semua iri."

    Lengkaplah sudah! Sempurnalah sudah pusing di kepala Riana. Kalau di pesta kemarin dia sudah senewen dengan tingkah Reyhan, sekarang lebih ruwet dan kusut. Masa anak sekecil Santi sudah menjadi fans berat Reyhan. Dan kalau dilihat naga naganya, Santi tidak sendirian. Teman temannya sudah pasti sama.

    "Stikernya buat Santi ya, Bun? Mau Santi tempelkan di mobil Santi ke sekolah, biar besok dilihat teman teman. Pasti heboh, Bun! Apalagi ini yang ke dua."

    Padahal jelas dan sederhana sekali. Reyhan menempelkan stiker norak itu di mobil Riana tanpa izin. Benar benar saraf orang itu.

    Santi masih menunggu dalam diam. Tak bergerak, tak bertanya lagi. Cuma diam, menunggu jawaban Bundanya.

    Riana mengangguk.

    "Horeee....." teriak Santi sambil berjingkrak jingkrak. Membuat heboh seluruh penghuni rumah.

    "Nanti kita mampir dulu ke toko asesoris mobil supaya bisa dilepas perlahan lahan. Supaya tidak rusak. Dan mobil bunda juga tidak tergores. Supaya masih bisa melekat kuat di mobil Santi," kata Riana.

    "Iya, Bun. Santi ikut aja asal dapat stiker itu."

    "Ya ya, asal bisa dilepas, Bunda senang banget."

    "Memangnya siapa yang menempelkan di mobil, Bun? Itu stiker terbatas lho." Santi penasaran

    Riana bingung lagi bagaimana mau menjawab pertanyaan keponakannya itu. Masa dia harus bilang Reyhan sendiri yang menempelkan di mobilnya tanpa sepengetahuannya. Bisa aneh aneh permintaan anak itu nantinya.

    "Tidak tahu! Mungkin ada orang gila iseng waktu Bunda memarkir mobil kemarin," sahutnya asal

    Sekarang gantian Santi yang terbengong bengong. Orang gila? Beruntung amat tuh orang gila bisa dapat stiker bagus edisi ke dua.

    "Orang gila, Bun?"

    "Sudah! Lupakan saja, tidak usah dipikir! Pokoknya stiker itu nanti akan menjadi milikmu. Ok?"

    Santi mengangguk.

    Jadi kita mau ke mana sore ini setelah dari toko asesoris, San? Es krim, jagung bakar, pizza atau buah......"

    Santi mengangguk lagi.

    Riana masuk ke kamar mandi, berdandan sederhana lalu menggandeng tangan keponakannya. Berdua mereka berjalan bersama keluar rumah.