Menjadi pedagang antar dua dunia? Apakah itu memungkinkan?
Setelah kepergian kakeknya, Sagara mewarisi sebuah rumah mewah tiga lantai yang dikelilingi halaman luas. Awalnya, Sagara berencana menjual rumah itu agar dapat membeli tempat tinggal yang lebih kecil dan memanfaatkan sisa uangnya untuk kebutuhan sehari-hari. Namun, saat seorang calon pembeli datang, Sagara tiba-tiba mengurungkan niatnya. Sebab, dia telah menemukan sesuatu yang mengejutkan di belakang rumah tersebut, sesuatu yang mengubah pandangannya sepenuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kata Pandu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17 : Terlahir Kembali Menjadi Kaya
Malam itu, Sagara akhirnya kembali ke mansion keluarga Adyatama. Ia melangkah dengan keyakinan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya, mengisi ruang di sekitarnya dengan aura kebanggaan. Di tangannya, ponsel yang masih menampilkan jumlah saldo rekening banknya terlihat memukau. Nominal yang begitu fantastis, jauh melampaui apa yang pernah ia bayangkan. Senyum puas terpampang di wajahnya, seolah beban hidup yang selama ini berada di pundaknya telah terangkat sepenuhnya.
Setiap langkah yang diambil Sagara menuju pintu masuk mansion seolah semakin memperkuat perasaan bangganya. Ketika beberapa pelayan menyapanya dengan hormat, ia membalasnya dengan senyum lebar dan anggukan percaya diri.
"Selamat malam, Tuan Muda," ucap salah seorang pelayan dengan hormat.
"Malam yang indah, bukan?" Sagara menjawab dengan penuh semangat, suaranya yang mantap, berbeda dari dirinya yang dulu yang cenderung lebih pendiam. Dia merasa bahwa ia benar-benar siap untuk mengemban peran sebagai pewaris keluarga Adyatama dan keluarga Morgans.
Sagara terus berjalan menuju kamarnya, tetapi langkahnya terhenti ketika ia berpapasan dengan Emma, kepala pelayan yang setia mengurus mansion itu. Wajah Emma, seperti biasanya penuh dengan ketenangan dan kebaikan. Dia tersenyum hangat ketika melihat Sagara mendekat.
"Tuan Muda, Anda sudah kembali. Saya dapat melihat sepertinya perjalanan bisnis Tuan berjalan dengan baik?" tanya Emma dengan nada penuh penghormatan.
Sagara tersenyum lebar. Kali ini dengan kepercayaan diri yang nyata. "Ya, Emma. Aku baru saja kembali dengan membawa kabar yang sangat baik. Ini adalah malam yang luar biasa, dan aku ingin merayakannya."
Emma mengangguk, mendengar antusiasme dalam suara Sagara. "Saya dan pekerja yang lain turut senang dengan keberhasilan Tuan. Apakah ada yang bisa saya lakukan untuk merayakan pencapaian Anda?"
Sagara berpikir sejenak sebelum menjawab, "Ya, siapkan jamuan makan malam. Kita akan merayakan pencapaian ini dengan meriah. Aku akan pergi mandi dan beristirahat dulu. Pastikan semuanya siap ketika aku kembali."
Emma tersenyum dan memberikan hormat. "Tentu saja, Tuan Muda. Saya akan segera mengurus semuanya. Selamat beristirahat."
Sagara mengangguk puas dan melanjutkan perjalanannya menuju kamar. Malam ini, ia merasa benar-benar seperti seorang pewaris yang layak untuk duduk di puncak, sesuatu yang dulu hanya ia bayangkan dari kejauhan.
Setelah memasuki kamarnya, menutup pintu dan menguncinya dengan tenang. Suara klik kunci itu seakan menegaskan bahwa kini ia benar-benar dalam dunianya sendiri, tanpa gangguan. Langkahnya kemudian mengarah ke kamar mandi yang luas, di mana ia menyalakan air hangat dan mulai mengisi bak mandi. Sagara perlahan membuka pakaian, menyingkirkan lapisan-lapisan yang selama ini ia kenakan dengan perasaan yang biasa, namun kali ini, melepas pakaian seakan melambangkan ia sedang menghapus beban hidup lamanya.
Sagara menceburkan tubuhnya ke dalam bak mandi yang penuh dengan air hangat, membiarkan dirinya tenggelam dalam keheningan yang menenangkan. Kepulan uap air mengelilinginya, seolah merangkul tubuh dan pikirannya yang kelelahan. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Sagara merasakan kebebasan. Bebas dari kekhawatiran finansial dan bebas dari segala tekanan yang selama ini membebani pundaknya.
Saat ia berbaring di dalam air, pikirannya melayang ke masa lalunya. Di satu sisi, ia merasa sakit ketika mengingat masa-masa sulit bersama orang tuanya, yang meski penuh kasih sayang, selalu kekurangan dalam hal materi. Namun, di sisi lain, kini ia bisa membayangkan betapa kaya dan kuatnya sang kakek semasa hidupnya. Kehidupan yang tidak pernah Sagara ketahui sepenuhnya, tetapi sekarang, ia berada di titik puncak yang sama, tempat di mana kekayaan dan kekuasaan ada di genggamannya.
Setelah cukup lama berendam, Sagara perlahan bangkit dari bak mandi, membiarkan air mengalir dari tubuhnya. Ia meraih handuk dan mengeringkan tubuhnya dengan lembut. Setelah itu, tanpa tergesa-gesa, ia berjalan kembali ke kamarnya, hanya dengan handuk melilit di pinggangnya. Ruangan yang luas dan mewah itu kini terasa seperti miliknya sepenuhnya, dan ia menikmatinya dengan segala kebanggaan.
Dengan tubuh yang lebih rileks, ia berbaring di atas ranjangnya sejenak, merasakan kelembutan kasur yang mahal menempel langsung dengan kulitnya. Ini adalah kali pertama dalam hidupnya ia bisa berbaring tanpa perasaan gelisah mengenai masa depan. Masalah uang? Itu kini adalah urusan masa lalu. Kini akunnya telah penuh dengan tiga digit nominal, dan ia tidak perlu lagi khawatir tentang apa pun.
Sagara merenung sejenak, pikirannya masih melayang antara rasa puas dan syukur, tetapi juga sedikit penyesalan. Bagaimana mungkin kakeknya memiliki kekayaan sebesar ini, namun ia dan keluarganya harus hidup dalam keterbatasan? Namun, Sagara tidak ingin terlalu larut dalam pemikiran itu. Apa yang terjadi di masa lalu tidak bisa diubah, dan kini ia memiliki kesempatan untuk menciptakan masa depan yang berbeda.
Sagara akhirnya bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju ruangan pakaian. Ia membuka lemari, memeriksa pakaian-pakaian yang dibawanya dari kontrakan lamanya. Seketika, ia menyadari bahwa pakaian-pakaian itu, meskipun masih bisa dipakai, tidak lagi sesuai dengan status barunya. Ia kini adalah pewaris keluarga besar, orang yang akan berurusan dengan orang-orang penting yang memiliki pengaruh besar dan dia akan lebih sering menghadiri acara-acara penting nantinya. Pakaiannya harus mencerminkan posisinya.
Sagara berpikir sejenak, menyadari bahwa mungkin sudah waktunya untuk memperbarui segala sesuatu, termasuk lemari pakaiannya. "Aku perlu membeli pakaian yang lebih layak," gumamnya pelan. "Bukan karena aku ingin menghambur-hamburkan uang karena sudah memiliki banyak, tetapi karena sekarang ini bagian dari tanggung jawabku untuk berpenampilan menarik agar dapat menjaga martabat diriku dan nama besar keluarga ini. Bertemu orang-orang penting seperti Hansel, seeta menghadiri acara-acara resmi, semuanya memerlukan penampilan yang pantas."
Sagara memutuskan bahwa keesokan harinya, ia akan meluangkan waktu untuk berbelanja pakaian baru yang sesuai dengan statusnya. Pakaiannya yang lama tetap akan ia gunakan di rumah, terutama ketika tidak ada tamu penting, tetapi untuk urusan bisnis dan acara besar, ia harus tampil sempurna demi menjaga nama baik dan harga diri keluarga.
Dengan pikiran itu, Sagara meraih setelan pakaian yang paling rapi yang ia miliki saat ini dan bersiap untuk menghadiri jamuan makan malam yang akan segera disiapkan Emma dan para pekerja lainnya. Malam ini, ia akan merayakan pencapaiannya dengan cara yang pantas, menyapa seluruh pekerja dengan percaya diri, sebagai seorang pewaris keluarga besar yang siap menghadapi masa depan.