NovelToon NovelToon
Terlahir Kembali Untuk Menjadi Pengusaha

Terlahir Kembali Untuk Menjadi Pengusaha

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Sistem / Mengubah Takdir / Keluarga / Menjadi Pengusaha
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: FlowerNing

Uang, Rumah, Mobil, tiga benda itu tidak pernah dimiliki oleh Gaffi. Besar di jalanan tanpa perlindungan dan pengasuhan orang tua, Gaffi yang ditinggalkan di jalanan harus bertahan hidup dengan cara mengemis.

Melihat kehidupan orang-orang beruntung yang lewat, Gaffi duduk di pinggir trotoar. Suaranya pelan, mengiba agar ada yang memberinya uang recehan untuk makan hari ini.

Jika takdir hidupku begitu buruk..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FlowerNing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tetangga Rumah

Berhenti berpikir banyak, Gaffi turun dari dipan. Kakinya yang pendek berusaha menggapai lantai, lalu dia berhasil berdiri dengan kokoh. Astaga, semalam dirinya tidak begitu memperhatikan kalau dipan tidur begitu tinggi. Semalam Bayu terus menggendongnya dari kamar mandi sampai kamar.

Memikirkan tubuhnya yang setinggi toge ini, masa-masa kurcacinya akan berlangsung sangat lama. Atau juga bisa tidak! Sistem kekayaan bersamanya sekarang. Membayangkan poin-poin fiktif yang dirinya khayalkan untuk ditukar dengan nilai tubuh, hehehe.

Menyentuh perut.

Gaffi keroncongan. Sedikit berjinjit untuk membuka pintu kamar yang terbuat dari kayu, Gaffi berjalan ke arah dapur.

"Ayah sedang apa?"

Bayu yang baru selesai memasak air dan kembali memasak air baru untuk rebusan mie buru-buru mengusir Gaffi dari dapur. Asap terlalu tebal, tidak baik untuk anak-anak jika terus menghirup asap pembakaran kayu.

"Ayah sedang memasak untuk sarapan nanti. Kamu jangan disini, duduk di teras depan rumah. Nanti kalau makanan sudah matang, ayah akan panggil."

Patuh mendengarkan, Gaffi mengambil kursi jongkok untuk di taruh di depan pintu masuk rumah. Duduk bersandar beralaskan tembok anyaman, semilir angin menyapu wajah mungil Gaffi.

Dua kali bersin, suaranya yang seperti anak kucing ditertawakan tetangga sebelah yang sedang menjemur baju. Gaffi melirik sekilas ibu paruh baya yang terus menerus mengintip ke halaman rumahnya.

"Nak, kamu anak Bayu ya?"

Bersikap sopan, walaupun Gaffi tidak pernah duduk di bangku sekolah dia masih tahu dasar-dasar tata krama. "Iya Bu."

"Nama kamu siapa sayang?"

Gaffi tergagap saat menyahut menyebut namanya. Baik itu kehidupan lalu dan sekarang, jarang sekali ada yang bertanya tentang namanya dengan ramah.

"Aduh gemesnya. Umur kamu berapa sih?"

Gaffi membuat isyarat dengan jari. Empat jari dibuat tegak sedang ibu jarinya dia tekuk. "Aku empat tahun mei nanti."

Darsih lebih bersemangat. "Walah, sama kayak anak bungsu ibu dong. Guntur? Guntur!!!!" Panggil Darsih ke pada anak bungsunya yang sedang di dalam rumah.

Gaffi melihat sosok anak kecil tanpa pakai. Setengah kasihan pada anak laki-laki yang hanya mengenakan celana dalam. Guntur yang juga baru bangun menggaruk bekas gigitan nyamuk di pipi.

"Kenapa Bu?"

Darsih menunjuk ke arah Gaffi. "Itu loh, ada teman sebaya yang tinggal di sebelah. Gaffi namanya."

Guntur yang naik kedalam gendong Darsih melihat dengan penasaran. Anak yang dilihat sekarang begitu berbeda dengan teman-teman yang dia kenal di desa. Anak bernama Gaffi itu berpakaian lengkap, sedang dia tidak mengenakan baju. Membandingkan warna kulit mereka, tiba-tiba Guntur merasa minder.

"Bu, Guntur mau mandi!!!"

Darsih yang tahu apa yang dipikirkan anak bungsunya tertawa keras. Melambai kearah Gaffi sebagai tanda berpamitan, dia membawa Guntur ke bagian belakang rumah untuk mandi."

***

Bayu malu. Karena kurangnya bakat memasak ditambah minim alat masak dan bahan baku, dia hanya bisa memasak mie lagi untuk sarapan pagi ini. Gaffi sendiri bukanlah orang yang pilih-pilih makanan, akan tetapi tubuh yang dia rasuki sekarang malah tidak mempunyai nafsu makan ketika mencium aroma hambar di depannya.

Melirik ekspresi Bayu yang khawatir, Gaffi tidak melepas sendok. Menelan mie yang hambar, Gaffi berusaha menahan ekspresi mual. Hiks, kenapa dia jadi manja begini!

Bayu menahan tangan kecil Gaffi yang terus makan. "Kalau kamu gak suka, jangan dipaksakan. Ayah nanti mau pergi ke pasar, kita beli nasi atau apapun yang kamu suka disana, gimana?"

Gaffi menolak. Dia tidak naif. Bayu sudah tidak bekerja, uang yang disimpan pria itu juga pasti banyak terpakai untuk membayar biaya rawat inapnya di RS.

"Enak kok."

Mata Bayu berkaca-kaca. Batuk untuk meredam emosi sedih, Bayu juga makan mie hambar buatannya. Dalam hati berjanji untuk belajar memasak supaya dia dan Gaffi bisa makan lebih enak di masa depan.

Membawa panci kotor ke sumur, Gaffi juga ikut untuk mandi. Dibawah guyuran air, tubuh Gaffi menggigil. Padahal matahari sudah sangat terang, namun air di sumur masih saja dingin.

Tidak mau terlalu lama, Gaffi keluar dari kamar mandi dengan handuk membalut seluruh tubuhnya. Masuk ke kamar, Gaffi membuka tas berisi pakaian, memilih kaos dan celana kain selutut, Gaffi berpakaian sendiri dan dihadiahi dua jempol oleh Bayu.

"Anak ayah pintar sekali."

Gaffi diam-diam memutar bola mata. Umur aslinya 15 tahun! Dimandikan sudah cukup menggores batin remaja yang dia punya, kalau pakaian masih juga dipakaikan, dia tidak mau hidup lagi!!! Memalukan.

***

Gaffi diam di pinggir saat Bayu memastikan pintu rumah dan jendela terkunci rapat. Memegangi celana Bayu, dia sedikit lucu dengan cara Bayu yang kesusahan menggembok pintu rumah.

"Apa yang lucu, hmm?"

Beraninya Gaffi berkata jujur. Dia pura-pura tidak dengar dan sibuk melihat kesana kemari.

Darsih yang akan pergi ke sawah bersama suami dan ketiga anaknya menyapa. "Eh ada Bayu dan Gaffi. Kalian mau kemana siang-siang begini?"

Jumarno yang tahu sifat istrinya yang suka kepo urusan orang mengangguk pada Bayu sebagai sapaan. Guntur yang sudah berpakaian mengintip Gaffi dari balik tubuh kakak sulungnya. Bibirnya maju seperti bebek. Padahal tadi pagi Gaffi terlihat sedikit kuyu, kenapa beberapa jam kemudian terlihat seperti anak orang kaya yang biasa dia lihat di tv!

"Oh, saya berencana mau ke pasar Mbak. Rencananya mau beli beberapa bibit sayuran untuk di tanam di halaman samping dan depan rumah."

Jumarno memikirkan sesuatu, "Kenapa harus ke pasar. Kepala desa punya banyak bibit tanaman sayur, dijual lebih murah juga kepada penduduk desa."

Mata Bayu berbinar. "Yang benar mas? Waduh, makasih banyak infonya. Nanti saya ketempat pak kades deh untuk beli bibitnya."

Jumarno yang merupakan anak tunggal sedikit canggung dipanggil mas oleh Bayu. Dia membuat isyarat bukan apa-apa lalu pergi bersama keluarganya ke arah lahan sawah keluarganya. Beberapa hari lagi adalah jadwal menanam padi. Tanah sawahnya sudah dibalik sebagian dan rencananya hari ini akan menyelesaikan sisanya.

Bayu yang berencana membeli bibit ke tempat pak Yanto tetep pergi ke pasar. Di rumah masih kurang sendok, piring, mangkok dan alat masak. Dia juga perlu beli lemari kecil untuk menaruh semua alat makan.

Tidak lupa beras, tepung, dan bumbu masak. Syukurlah ayahnya masih meninggalkan rumah di desa, setidaknya biaya hidup di desa lebih murah ketimbang di kota.

Menyentuh bagian kantung, sisa uangnya adalah 20.000 ribu lagi. Cukup untuk hidup setengah tahun jika dia berhemat. Gaffi juga tidak bermalas-malasan, sambil berjalan kaki ke pasar, dia juga terus mengecek tugas-tugas yang diberikan oleh sistem.

1
deria
yo gaffi suka yang polos🤭🤭🤭 yang meriah banyak gambar terlalu menyakitkan mata kalo liatnya🤣🤣🤣
deria
lanjutkan thor . apalagi latar ceritanya tahun 85👍👍👍👍
deria: oke thor
FlowerNing: sudah di up ya satu bab baru. dibaca yawww
total 2 replies
deria
weleh sibuk ya thor ampek belum up juga
FlowerNing: Sibuk kerja hiks
total 1 replies
deria
🤣🤣🤣🤣🤣🤣 memanfaatkan anak tapi boleh juga asal jangan sering2😂😂😂😂
FlowerNing: gak sering-sering kok
total 1 replies
Salsabila Arman
lanjut
Andira Rahmawati
lanjuttt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!