NovelToon NovelToon
Echoes Of Furry

Echoes Of Furry

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Anak Kembar / Keluarga / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Sweety Pearl

Terlahir dari keluarga yang serba berkecukupan bahkan tanpa kekurangan adalah impian dari seluruh anak yang ada di dunia, sebuah keberuntungan yang didapatkan 5 anak kembar keluarga Jiang.

Keluarganya merupakan pemilik perusahaan besar yang bergerak dalam industri perumahan dan juga perdagangan secara global. Memiliki koneksi dengan beberapa perusahaan besar dan beberapa negara mambuat perusahaan tersebut sangat maju.

Tapi dibalik segala kejayaan perusahaan keluarga Jiang tersebut, banyak rahasia kelam yang terselubung dibaliknya, perlahan satu-persatu rahasia tersebut mulai terkuak saat yang tertua dari Jiang Twins belajar mengambil alih perusahaan.

Sang tertua menelusuri perlahan segala celah rahasia lalu menceritakan semua informasi yang didapatinya kepada keempat kembarannya yang lain. Banyak kejutan-kejutan yang membuat mereka berlima hampir beberapa kali berpisah atau berpencar saat bersama-sama menguak berbagai rahasia tersebut.

tertarik dengan ceritanya? Yuk mampir!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sweety Pearl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menghubungi Orang Tua.

❁ Happy Reading ❁

Malam yang damai di kediaman utama keluarga besar JIANQIANG. Suasana sunyi menyelimuti rumah yang memiliki pencahayaan lampu hangat memberikan kesan ketenangan. Angin berhembus pelan menggoyangkan lonceng angin yang selalu tergantung di tiang depan dekat pintu.

Di taman depan ada sebuah kolam ikan koi yang berukuran sedang berbentuk sedikit abstrak. Dengan beberapa tiang lampu taman serta tanaman Bonsai sebagai pelengkap isian taman. Disanalah ZIANJIAXI berkumpul, 9 anak bersepupu yang merupakan generasi ketiga dari keluarga JIANQIANG.

Sesuai kesepakatan tadi siang, malam ini mereka akan menghubungi orang tua masing-masing untuk menanyakan kabarnya, karena tadi sore saat bertanya dengan orang terpercaya keluarga masih tidak membuahkan hasil.

Fangxi akan menelfon terlebih dahulu walau sebenarnya dia sangat ragu. Setelah mengumpulkan segala keberanian sebuah panggilan dilakukannya, tidak menunggu lama panggilannya terhubung dan suara sang Mama terdengar dari sebrang panggilan.

"Halo, Fangxi .... Maafkan Mama dan Papa tidak sempat bilang ke kalian tentang pergi ke Taiwan karena ini memang semendadak itu, bahkan kedua paman mu saja juga kaget tiba-tiba saja disuruh pergi ke Taiwan dadakan,"

Suara Mamanya terdengar bergetar seakan ada sesuatu yang disembunyikan tapi Fangxi berusaha berpikir positif dan memutuskan menyalakan speaker panggilan, "Iya nggak papa, Ma. Fangxi cuma kasian sama Daxia karena dia kemarin nangis dengar kalian berdua pergi tiba-tiba,"

Daxia yang dari tadi diam langsung menoleh dan mencubit tangan Gegenya, bisa-bisanya dia dituduh begitu saja sedangkan dari tadi pagi tidak terlalu memikirkan hal itu. Fangxi menyuruhnya diam dengan mengisyaratkan jari telunjuk di depan bibirnya.

"Mama sama Papa benar-benar minta maaf kalau membuat kalian khawatir .... Fangxi, Mama minta tolong buat kamu sama Guotin untuk jagain adik-adik kalian dengan baik, Mama tau kalian sudah remaja dan bisa mengontrol diri sendiri tapi jika diawasi akan lebih baik. Mama tidak bisa melanjutkan pembicaraan lebih lama, Mama harus mengurus berkas-berkas yang lain jika ingin mengobrol lagi hubungi saja Papa kalian nanti,"

Belum sempat Guotin berucap panggilan sudah diputuskan begitu saja oleh Mama. Qinling menautkan kedua alisnya kebingungan dengan nada bicara Mama yang terdengar sangat aneh tidak seperti biasanya, Wenhua menarik Daxia dan membisikkannya sesuatu.

"Fangxi suara Mama terdengar parau dan kayak ketakutan gitu, iyakan? Gua bisa merasakannya ...."

"Sstt .... Daxia tenangin diri lu dulu yaa, kita akan bicarakan ini nanti sekarang kita dengerin dulu yang lain nelfon orang tua mereka." Guotin menarik Daxia ke rangkulannya, mengusap bahu adik bungsunya itu perlahan.

Sekarang ACCENDIO kembar akan melakukan panggilan dengan orang tuanya, Guozi menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan menunggu panggilannya terjawab.

"Halo, Bunda ...."

"Guozi .... Qianfang kalian baik-baik saja, kan? Tolong jaga kesehatan kalian yaa, Bunda sama Ayah mungkin sedikit lama di Taiwan apalagi ini adalah kali pertamanya keluarga JIANQIANG berhasil ditarik perusahaan Eropa untuk bekerja sama, meskipun cabangnya keluarga EQUINOX yang berdiri di Eropa sudah sangat bagus membuka jalan perusahaan untuk berkembang tapi kali ini lebih baik karena mereka yang menarik dahulu ...."

"Bunda, yang kita berdua mau dengar bukan itu .... Kita cuma mau tau kabar kalian dan alasan kenapa kalian tiba-tiba pergi gitu aja ke Taiwan tanpa beritahu dahulu, padahal kalian kemanapun selalu memberi tahu kita," berkali-kali Guozi mengelus dadanya menahan emosi yang langsung memuncak saat Bundanya itu terus-terusan berbicara tentang perusahaan.

"Maafkan Bunda sayang .... Ayah kalian juga sebenarnya tidak menyangka dengan penerbangan ke Taiwan mendadak ini jadinya tidak sempat memberitahu kalian karena kabar ini datangnya saat tengah malam sewaktu kalian berdua sudah tertidur lelap. Ayah tidak mau mengganggu kalian jadinya kami langsung pergi begitu saja, ingin memberitahu kalian tapi kami terlupa karena pekerjaan yang terlalu banyak,"

"Berapa lama kalian akan berada di Taiwan bersama keluarga FORDAMEN dan EQUINOX?" Qianfang mengambil alih ponsel yang dipegang saudara kembarnya.

"Qianfang .... Entahlah, mungkin tidak akan terlalu lama. Jangan khawatirkan kami kalian berdua tolong jaga diri satu sama lain. Bunda tidak bisa bicara terlalu lama lagi, sudah dulu ya putra Bunda,"

Lagi-lagi panggilan duluan diputuskan dari orang tua mereka, Qianfang menarik tangan Guozi dan memeluk saudaranya itu yang wajahnya sudah memerah menahan tangis. Wenhua dan Fangxi membantu menenangkan dengan mengusap kepala dan mengelus punggungnya. Guotin melirik EQUINOX kembar, Changrui dan Jiayi saling menyodorkan ponsel.

"Hei kalian kenapa?" Tanyanya pelan menatap kedua sepupunya itu bergantian, Daxia menoleh dan menatap manik kebiruan Jiayi.

"Hish .... Lu emang gak guna banget." Jiayi merampas ponsel tersebut dan dengan cepat mengetikkan nomor orang tuanya.

".... Huft, ada apa Jiayi? Kenapa menelfon semalam ini?"

Nada bicara dari sang Daddy mengurungkan niat Jiayi untuk bertanya, ponsel perlahan diturunkannya menjauh dari telinga. Daxia memegang bahunya dan memberikan tatapan menyakinkan kalau semuanya akan baik-baik saja.

"Aku sama Changrui cuma mau tau kalian kemana, kenapa tiba-tiba pagi tadi kita nggak ada ngeliat Daddy dan Mommy di rumah," lidahnya terasa kaku sehingga ucapannya beberapa kali tersendat-sendat, tapi Jiayi tetap melanjutkan hal yang ingin ditanyakannya.

"Sebenarnya kalian tidak perlu tau kita kemana karena bukan urusan kalian tapi .... Baiklah Daddy akan memberitahu, kami berdua pergi ke Taiwan dadakan tadi malam karena ada urusan kerja sama dengan perusahaan Eropa. Karena udah terlalu larut kita sengaja gak ngasih tau kalian, jangan pikirkan kami pikirkan saja bagaimana cara kalian berdua bisa bertahan hidup bersama. Kami tidak akan lama, saat waktunya pulang kami pasti akan pulang ...."

Panggilan langsung dimatikan begitu saja, mereka semua yang ada di sana terdiam tidak berkutik sama sekali. Jiayi mengepal kedua tangannya dengan kencang sebelum air matanya langsung membanjiri wajahnya, tangisannya pecah begitu saja.

Daxia merampas ponsel di tangan sepupunya itu dan memberikan ke Changrui, dipeluknya gadis itu dengan erat sampai suara tangisannya meredam dibalik pelukannya. Changrui berteriak menggeram hingga wajahnya memerah, dia tidak bisa menangis tapi hatinya sangat sakit mendengar suara tangisan kembarannya.

Qinling sebagai sepupu terdekat Changrui menarik anak itu untuk duduk menenangkan diri, Guotin membawakan air minum dari dalam dan memberikannya pada Changrui dan Jiayi saat emosi keduanya mulai tenang.

"Gua sebenarnya memang gak mau menghubungi orang tua itu tapi rasa khawatir gua dan peduli gua lebih kuat jadinya nekat buat nelpon walau akhirnya yang melakukan panggilan itu Jiayi ...." Changrui bangkit dari kursi dan menghampiri Jiayi yang duduk lumayan jauh berdua dengan Daxia.

Ditariknya tangan adiknya itu dan dipeluknya dengan erat, berulang kali melontarkan kalimat maaf karena dialah akhirnya Jiayi mengalah dan menerima semua gertakan dari sang Daddy.

Daxia menahan air mata yang dari tadi sudah menggenang dipelupuk matanya, saat Qinling dan Wenhua menghampiri lalu menyentuh bahunya tangisannya pecah begitu saja. Fangxi yang mendengar bungsu menangis langsung menarik Guotin menghampiri ketiga adiknya. Wajah Daxia memerah hampir menyamai warna rambutnya sendiri bagi Qinling wajah sedih adiknya itu lucu tapi bagi Wenhua itu adalah luka baru.

...****************...

"Sebenarnya mendengar tanggapan semua orang tua yang menjawab karena ini adalah urusan dadakan itu cukup mencurigakan buat gua ...." ucap Qianfang, beberapa dari mereka menoleh ke arahnya.

"Dadakan? Semendadakan itukah sampai pergi tanpa memberitahu? Dan juga gak ngasih tau perkiraan kapan pulangnya," Sahut Daxia.

"Biasanya kalau ngurusin perusahaan gini sekitaran seminggu atau lebih. Kita tunggu aja mereka pulangnya kapan, untuk urusan tinggal bareng atau nggak kalian bebas milih mau tetep tinggal bareng bersembilan atau mencar pulang ke rumah masing-masing," Fangxi menengahi.

".... Sejujurnya gua maunya kita tetap tinggal bareng, tinggal berdua doang bareng Jiayi di rumah sebesar itu gua gak terlalu berani," Changrui menggaruk tengkuknya yang tidak gatal lalu melirik ke adik kembarnya.

"Rumah kita kalau malem horor terus cuy .... Piano di ruang musik selalu dimain tanpa tau siapa Pianist-nya, trus Shanxi itu juga sering kedengaran dimain. Gua sama Changrui kadang tidur bareng karena ketakutan, di rumah sesunyi itu kalau malam." Jiayi menunduk, suasana rumahnya selalu sepi karena orang tua nya yang jarang berada di rumah.

"Berbanding terbalik dengan rumah kita yang selalu riuh berbagai hal .... Qinling dengan gitar listriknya, Wenhua dengan Piano, Guotin dengan eksperimen masak, trus Fangxi mutar musik kek orang tuli alias nyaring banget ...." Daxia melirik satu persatu saudaranya itu, sedangkan yang dilirik hanya tersenyum tidak bersalah.

"Kita dong, kalau malam gabut abis main PS gua sama Qianfang biasanya karaokean bareng sampai gumoh ...." Guozi berdiri dan memperagakan gerakannya seperti memegang mic seolah bernyanyi.

"Yaudah kalau kalian emang maunya tetep tinggal bareng, kita berlima mau aja nemenin kalian di sini .... Tapi karena tinggal bareng gini, harus ada satu orang yang mengurusnya dan mengatur keperluan bersama, dan sekarang siapa yang mau?" Guotin melirik satu persatu wajah kembaran dan sepupunya, semuanya menunjuk ke arah dirinya.

"Lu aja sih .... Hehe, soalnya kita di sini pasti mau dengerin lu. Lu paling bisa mengayomi dan mengurusnya," ucap Changrui cengengesan.

Guotin memejamkan matanya pasrah, "Baiklah kalau memang itu kemauan kalian, itu artinya gua harus membentuk beberapa peraturan dan gua harapkan semua harus mematuhinya."

Mereka semua menelan saliva bersamaan lalu sedetik kemudian saling lirik, bagi Changrui dan Qinling sepertinya ini adalah malapetaka karena pastinya Guotin akan sangat mengekang keduanya untuk keluar rumah bersama.

❁ See You In The Next Part ❁

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!