Yang satunya adalah Nona muda kaya raya, sementara yang satunya hanyalah seorang Pelayan toko. Tapi sebuah insiden kecelakaan telah menghancurkan jurang ini dan membuat mereka setara.
Bukannya mati dalam kecelakaan itu, jiwa mereka malah terlempar masuk ke sebuah Novel kuno roman picisan. Tempat dimana segalanya siap dikorbankan demi pemeran utama wanita.
Dan yang paling sial, keduanya malah masuk menjadi Ibu tiri sang pemeran utama wanita. Sama-sama menjadi Istri dari seorang Marques, yang gemuk, jelek dan berperut hitam. Dua karakter, yang akan dihabisi oleh para pemuja Pemeran utama wanita.
Untuk menyelematkan nyawa mereka, keduanya berencana untuk kabur. Tapi tentu saja, tidak ramai tanpa mencuri dan kegagalan. Baca kisah keduanya, dengan kejutan karakter lainnya. ✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tinta Selasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7
Melihat Adam yang turun bersama Tiara, Ana refleks terbatuk. Dia kaget dan ingin tertawa.
Uhukk....
"Marchioness Ana, anda tidak apa?"
Ana melambai, meyakinkan dirinya baik-baik saja. "Marques sudah datang, berbicaralah dengan dia. Siapa tahu dimasa depan akan sulit untuk sekedar bicara dengannya."
Mendengar ini kedua alis Leroy bertemu. Wanita itu semakin kosong isi ucapannya, membuat Leroy semakin menyayangkan.
Adam menatap Ana dengan kemarahan. Dia terbangun disana, tapi bukan oleh kedua istrinya yang cantik, tapi malah oleh Bessa, gajah itu. Belum lagi, Istrinya yang satu malah menemani pria lain.
Ana tahu masalahnya, jadi dia segera minggir dahulu. Namun belum juga minggir, dia sudah pusing. Ya, pusing karena tamparan Adam.
"ANA!" Tiara sontak berlari kepada Ana yang jatuh terduduk.
Leroy yang melihat itu sontak menengahi. "Ada apa ini Marques? kenapa anda melakukan tindak kekerasan seperti ini?"
Adam tersenyum, "Maaf, maafkan aku Duke Kline. Hanya sedikit urusan keluarga. Maaf membuat anda tidak nyaman."
"Tiara, bawa Kakakmu naik ke atas."
Satu hal yang lupa Tiara ceritakan, bahwa Adam adalah seorang yang bertemperamen pendek dan benar-benar kasar dalam artian yang sebenarnya.
"Ana, ayo ...." Panggilnya pelan. Ana pun akhirnya berdiri, dia melewati Adam dengan kebencian mendalam. Itu tadi tidak akan pernah dia lupakan, karena itu pertama kalinya dia ditampar dalam hidup.
Leroy yang mengerti garis besar, sedikit kasihan pada Ana. Karena mungkin para wanita itu tidak tahu, tapi Leroy tahu. Adam adalah seorang bermoral rendah dan pencemburu yang tidak aman, karena fisiknya.
Pria itu bahkan tidak segan-segan memukul pelacur, jika berani dipakai pria lain, setelah dipakai olehnya. Benar-benar penyakit.
Melihat Adam yang turun bersama Tiara, Ana refleks terbatuk. Dia kaget dan ingin tertawa, tapi hanya bisa menahan.
Uhukk, hukk....
"Marchioness Ana, anda tidak apa?"
Ana melambai pada Leroy, meyakinkan dirinya baik-baik saja. Menurut cerita Tiara, karakter sang Marques adalah berperut hitam. Seorang yang kejam, yang sebaiknya dihindari.
“Marques sudah datang, berbicaralah dengan dia. Siapa tahu dimasa depan akan sulit untuk sekedar bicara dengannya."
Mendengar ini kedua alis Leroy bertemu, kembali tidak mengerti. Wanita itu semakin kosong isi ucapannya, membuat Leroy semakin menyayangkan dalam pikirannya.
Sementara itu, Adam turun dengan langkah kaki yang berat sambil menatap Ana dengan kemarahan. Dia terbangun disana, tapi bukan oleh kedua istrinya yang cantik, tapi malah oleh Bessa, seorang pelayan. Belum lagi, Istrinya yang satu malah menemani pria lain di bawah, membuat Adam semakin geram.
Sementara Ana, dia tahu masalahnya, jadi dia segera minggir dahulu. Namun belum juga minggir, dia sudah pusing. Ya, pusing karena tamparan Adam. **PLAK**.
"ANA!" Tiara sontak berlari kepada Ana yang jatuh terduduk.
Leroy yang melihat itu sontak menengahi. "Ada apa ini Marques? kenapa anda melakukan tindak kekerasan seperti ini?"
Adam tersenyum, "Maaf, maafkan aku Duke Kline. Hanya sedikit urusan keluarga. Maaf membuat anda tidak nyaman."
"Tia! bawa Kakakmu naik ke atas."
Tiara yang mendengar ini, segera bergegas mengangkat Ana. Dia juga tidak kalah takutnya sekarang.
"Ana, ayo ...." Panggilnya pelan. Ana pun akhirnya berdiri, meski masih linglung. Dia pun melewati Adam dengan kebencian mendalam. Itu tadi tidak akan pernah dia lupakan, karena itu pertama kalinya dia ditampar dalam hidup.
Leroy yang bisa mengira garis besar masalah, sedikit kasihan pada Ana. Berpikir, mungkin para wanita itu tidak tahu, tapi Leroy tahu, Adam adalah seorang bermoral rendah dan pencemburu yang tidak aman, karena fisiknya.
Pria itu bahkan tidak segan-segan memukul wanita penghibur, jika berani dipakai pria lain, setelah dipakai olehnya. Benar-benar sakit jiwa.
•••
Sementara di lantai atas, di dalam kamar, Ana menghancurkan semua yang dia bisa.
"Ana, hentikan! bagaimana kalau pria itu datang dan memukulmu lagi."
Mata Ana berkilat bahaya, "Tidak Tiara, tidak. Pria itu harus kita singkirkan malam ini juga.
"Ana bagaimana bisa? ... Kita bahkan belum punya rencana matang."
Ana menggeleng kepalanya. Sepanjang perjalanan tadi, dia sudah menemukan apa yang bisa dipakainya untuk menyingkirkan pria itu. Memang bukan menyingkirkan dalam arti kematian, tapi itu cukup untuk membuat mereka hidup tenang, sampai mereka siap pergi dari sini.
"Keparat jelek, bersiaplah untuk malam ini."
Ana turun kembali secara perlahan-lahan dari tangga, tidak bisa dihentikan oleh Tiara. Dari atas dia melangkah dengan berani, karena posisi Adam yang duduk membelakangi, hingga pria itu tidak bisa melihatnya. Tapi Leroy jelas melihat, namun satu jari di bibir pertanda diam dari Ana, membuat Leroy tidak mengatakan apa pun.
Sesampainya dibawah, dia langsung berjingkat kebelakang, mencari bahan karat sebagai alat terahkir pembantu rencananya. Dan katakan saja dia beruntung, karena dia menemukannya.
•••
"Seperti yang anda katakan Duke, semua sesuai yang diperintahkan Kerajaan." Begitulah Adam dan Leroy mengakhiri pembicaraan mereka.
Tapi sebelum pembicaraan benar-benar berakhir, Leroy sedikit menatap kesana kemari, mencari Ana. Dia sedikit penasaran dengan wanita itu, karena kalau dia pergi, dan Adam kembali keatas dan dia tidak ada disana, maka bisa habislah dia. Pikir Leroy.
Tapi Adam jelas tidak mau tinggal lebih lama.
"Mari, saya antar anda ke depan."
"Ah, tidak. Jangan merepotkan diri Marques. Saya juga datang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu."
"Baiklah," Adam langsung setuju. Dia ingin Leroy segera meninggalkan kediamannya, dan berharap pria itu tidak akan datang lagi.
Dengan ini semua, Leroy pun akhirnya keluar. Tapi saat keretanya baru keluar dari gerbang, dia melihat Ana berlari masuk. Dia tanpa sadar memanggil, "Marchioness!”
Ana yang sudah berlari dengan penampilan yang sedikit berantakan, akhirnya berhenti. Tapi karena melihat itu Leroy, dia tahu dia telah kehabisan waktu.
Leroy yang sudah turun dari keretanya, sedikit tidak siap kala ditinggalkan Ana begitu saja. "Kita bicara nanti saja Duke "
Melihat kepergian Ana yang terburu-buru, Leroy mengerti waktu yang dia kejar. Tapi sayang, tidak mungkin akan ada waktu untuk nanti. Dia orang yang sibuk, lagi pula tidak ada alasan baginya untuk bertemu dengan istri orang.
"Sepertinya wanita itu berpikir terlalu banyak."
•••
Sementara Ana saat masuk, langsung kembali melalui dapur dan merapikan penampilannya.
"KALIAN SEMUA KELUAR!" Teriak Ana.
Para pelayan kaget, namun juga tidak berani membantah. Mereka segera meninggalkan dapur sesuai dengan permintaan.
Melihat hidangan-hidangan yang telah disiapkan sesuai dengan perintahnya sebelumnya, Ana segera membawa itu seorang diri ke meja makan, dan menata secantik mungkin.
Sementara dilantai atas, Tiara habis-habisan dimarahi Adam. "Dimana Kakakmu? bukankah sudah kukatakan untuk membawanya kemari!”
Adam pun segera turun dengan kemarahan. "ANA! ANA! ANAMIMI SIALAN!"
"Saya disini Marques." Melihat Ana dengan sedang berdiri disamping berbagai makanan, Adam sekira-kiranya mengerti.
Tapi itu tidak membuat amarahnya menyusut sama sekali. Dia sudah mendekati Ana dengan langkah besar, bersiap-siap untuk memukul wanita itu.
"Suamiku, ampuni aku. Aku tidak tahu apa kesalahanku. Namun jika kau ingin memukulku, maka lakukan saja."
Tiara yang baru tiba terkejut mendengar itu. '*Apa dia masokis, sehingga suka dipukuli*?'
Adam juga sama terkejutnya.
"Anda bisa memukuliku sesuka hati. Tapi lakukan itu di tempat kita beristirahat, maka saya tidak akan keberatan.”
Rahang Tiara benar-benar jatuh, Ana nampaknya telah kehilangan akal sehat. Membayangkan bercinta dengan ekstrim tidak masalah, tapi membayangkan melakukan itu dengan Adam, Tiara merasa mual.
Ana juga sangat jijik dengan apa yang dikatakannya, tapi saat ini hanya itu yang bisa dilakukan. Adam pun tiba-tiba tertawa mendengar ini, "Oh, jadi rupanya kau menyukai kekerasan huh?" Adam sampai menjilati bibirnya saking senang.
Ana tersenyum, dia berdiri. "Untuk itu, ayo kita makan bersama terlebih dahulu. Setelah itu, siapa yang tahu apa yang akan terjadi."
Kalimat demi kalimat Ana, terdengar sangat seduktif untuk Adam. Dia pun, dengan sekejap menjadi tunduk.
"Baiklah, aku akan menahan amarahku, untuk melampiaskannya nanti. Hohoooo….”
Melihat Adam menggoda sambil memainkan mata, seluruh isi perut Ana berputar minta dikeluarkan. Tapi begitu dia masih tersenyum.
Dia menyendok beberapa jenis makanan. Melihat perut Adam, dia tahu pria itu makan sembarangan. Jadi cocok sekali situasinya.
Adam makan dengan bahagia. Apalagi saat ini, dia ditemani oleh dua bidadari nya. Dia makan sampai perutnya begah.
Sayang dia tidak tahu, makan siang itu akan menjadi perjamuan terahkir-nya.
Adam merasakan seluruh tubuhnya kepanasan dan dia mulai sedikit sesak. "Aku kesulitan bernapas." Keluhnya.
"Ya ampun suamiku, tampaknya anda telah makan terlalu banyak. Coba kemari, saya lihat." Ana melihat wajah Adam yang sudah memerah, "OH TIDAK, PANGGIL TABIB. CEPAT!"
Ana memekik seolah cemas dan membuat keributan. Beruntungnya tak lama Tabib pun datang. Adam sempat diperiksa dan menjadi sangat takut, namun siapa sangka Tabib bilang itu karena dia makan terlalu banyak menu, yang mungkin tidak baik kalau dimakan bersama.
Tabib memberinya resep obat, dan Adam meminumnya hingga merasa lebih baik.
"Marques bagaimana kalau beristirahat di kamar saja. Memang sebaiknya anda duduk karena terlalu kenyang, tapi kan bisa duduk di kamar saja."
Adam menggeleng, "Tidak, aku paling nyaman duduk di ruang kerja."
"Anda keras kepala sekali suamiku, tapi baiklah."
Tiara yang melihat tingkah Ana, benar-benar gugup. Tadinya dia pikir Adam sudah akan mati, diracuni seperti dalam novel itu. Tapi siapa sangka Adam baik-baik saja sekarang.
Dipapah oleh kedua Istrinya, Adam masuk dan duduk diruang kerja. "Apa mau dipijit?"
Adam menarik sudut bibirnya, "Lakukan."
"Tiara, pijitlah Marques." Ana memelototi Tiara, sampai membuat gerakan akan memukul jika dia melawan. Tiba-tiba saja Tiara merasa tidak punya pilihan, jadi dia memijit Adam sampai pria itu lama keenakan dan tidur.
"Apa dia sudah tidur?"
Tiara mengangguk dan mencibir.
Ana melepas buku ditangannya, dan pergi ke tempat pemanas ruangan itu. Dia memasukkan beberapa kayu bakar dan membakarnya.
Tiara mengernyit heran, apalagi dilihatnya Ana mulai menutup jendela dan tirai-tirainya.
"A-apa yang kau lakukan?"
"Membiarkan Marques beristirahat tentu saja."
"Ayo keluar."
Banyak hal di pikiran Tiara, tapi dia memutuskan untuk keluar. Diluar dia mencoba membicarakan hal tadi dengan Ana, tapi Ana hanya santai saja dan bahkan ikut tidur. Merasa kekhawatirannya tak didengar, Tiara akhirnya ikut tertidur. Tapi tepat Tiara tertidur, Ana membuka kelopak matanya.