Gairah My Step Brother

•••

Sudah hampir empat jam Zafanya ditinggal diruangan Ayah Daniel, karena Kenzio menggantikan ayahnya rapat sejak tadi.

Semua hal sudah Zafanya lakukan, dari main handphone, order makanan mencapai jumlah satu juta rupiah, konseran diruangan kedap suara itu, hingga mengintip dokumen-dokumen yang ada dimeja.

Dan yang ia lakukan kini adalah rebahan di sofa sembari mengotak-atik handphone Kenzio yang tertinggal dan ternyata tak diberi password.

Zafanya membuka galery cowok itu, ada beberapa foto pemandangan dan foto random lain, ada juga foto ayah serta ibu kandungnya, dan yang terbaru adalah foto pernikahan ayah dan bundanya. Juga beberapa foto mereka berdua saat hari pernikahan.

Zafanya lalu mendownload banyak game dan memainkannya hingga bosan, hanya sekitar 5 menit per-permainan. Lalu cewek itu beralih pada aplikasi perpesanan Kenzio. Banyak nomor tak dikenal dengan foto profil wanita yang mengirim pesan pada cowok itu, namun tak dibalas satupun bahkan tak dibaca. Dengan iseng Zafanya membalas satu persatu chat itu. Bahkan sempat berantem dan saling berkata kasar dengan salah satunya.

Zafanya lalu membuka kamera, dan ber-selfie ria hingga galery Kenzio penuh dengan fotonya. Lalu mengganti lock screen handphone Kenzio dengan foto mereka berdua saat hari pernikahan Ayah Bunda, juga wallpaper Kenzio dengan hasil selfie nya tadi.

"Ah, bosen banget." Zafanya melepaskan handphone itu.

Dengan masih tiduran di sofa, tangan kanannya menggapai garpu dan menusuk potongan cake di meja. Dan belum saja cake itu masuk kedalam mulutnya, malah terjatuh dan mengotori bajunya. Zafanya langsung grasak-grusuk mencari tisu.

"Ihh, kok gaada?!" Kesal cewek itu.

Zafanya mengintip keluar, tetapi salah satu sekretaris Ayah Daniel yang ia cari tak ada di mejanya sedangkan yang satu lagi tentu saja di ruang rapat. Zafanya akhirnya kembali masuk kedalam dan membuka vest serta kemeja yang ia pakai, menyisakan tanktop tipis di badannya. Cewek itu segera ke kamar mandi dan membersihkan pakaiannya, menyampirkan baju basah itu dikamar mandi.

Zafanya kembali tiduran di sofa setelah mengambil selimut di lemari untuk menutupi tubuhnya. Tak lama cewek itu grasak-grusuk lagi tak nyaman dengan posisinya sendiri.

"AAA KAK KEN LAMA BANGET!" pekiknya frustasi.

•••

"Iya, Yah, nanti hasil rapatnya Ken kirim."

"Oke, rapat selanjutnya gantiin Ayah lagi, disini masih banyak kerjaan, abis itu Ayah mau rehat juga, honeymoon." Balas Daniel di seberang sana, membuat Kenzio tertawa.

"Iya, Yah, aman."

"Oke, son. Bye."

Bertepatan dengan panggilan telepon itu yang ditutup, Kenzio membuka pintu ruang kerja ayahnya. Dan pemandangan Zafanya tertidur pulas di sofa membuat senyumannya muncul.

Kenzio menarik selimut yang Zafanya pakai karena cewek itu berkeringat. Dan ia langsung tersentak melihat penampilan Zafanya, tak lama berpikir ia menutup kembali tubuh cewek itu.

"Gila lo, Za." Gumam Kenzio menggelengkan kepalanya, ia beralih menurunkan suhu ruangan.

Setelah membuka jas hitamnya, cowok itu membereskan kotak-kotak makanan di meja, mengelap meja itu hingga bersih kembali. Lalu tangannya bergerak membuka sepatu kets Zafanya supaya tidur cewek itu lebih nyaman.

Kenzio duduk di sofa single, memandangi Zafanya dalam diam. Dan tak lama ia beralih duduk dilantai, dengan posisi tepat di depan Zafanya. Tangannya terangkat merapikan anak rambut Zafanya, lalu mengelus rambut itu pelan.

"Cantik banget adek gue." Gumamnya memperhatikan pahatan wajah Zafanya.

Lalu tangannya berpindah mengelus lembut pipi tembam Zafanya, hingga Zafanya melenguh merasakan pipinya dicubit, membuat Kenzio terkekeh pelan. 

"Gemes."

Dan saat ibu jarinya menyentuh bibir Zafanya, senyumannya perlahan hilang, digantikan dengan perasaan aneh yang tiba-tiba hadir.

Kenzio menelan ludahnya kasar, segera ia menjauh dan membuang nafas gusar. Mengutuk pikiran kotor yang bisa-bisanya singgah di otaknya. Kenzio berdecak keras sembari mengacak rambutnya saat momen semalam terlintas kembali dalam pikirannya.

Batinnya berdebat.

"Dia Zafanya, nggak mungkin lo nafsu sama dia!'

"Dia adek lo, Ken"

"Tapi adek tiri."

"Tapi tetep aja nggak boleh!"

"Emang lo nafsu sama dia?"

"Enggak, lah, lagian dadanya datar! Nggak ada yang menggoda dari dia!"

"Tapi pas di gue, anjir!"

"Nggak! Nggak boleh!"

"Boleh!"

"Nggak! Lupain, Kenzio! Lupain!"

"ARGHH!!!" Erang cowok itu keras.

Membuat Zafanya terbangun dari tidurnya karna terkejut. Cewek itu mengucek matanya dan terduduk disofa, menatap Kenzio yang heboh sendiri dan mondar-mandir didepannya.

"Kak," panggil Zafanya serak.

"Anj*ng!" Pekik Kenzio kaget segera membalikkan badan menghadap Zafanya.

"Sejak kapan lo bangun?" Tanyanya menatap Zafanya, lalu matanya turun menatap dada Zafanya yang hanya terlapisi tanktop putih tipis tadi, sedangkan selimutnya tentu saja terjatuh dipangkuannya.

"BAJU LO MANA, BANGSAT!" Bentak Kenzio keras, kembali mengacak rambutnya emosi.

Zafanya tersentak karena bentakan itu, segera ia mengambil selimut, "Kenapa sih, kasar banget.." Katanya kesal, tapi dengan suara pelan karena takut.

"Apa maksud lo buka-buka kayak gitu?! Murahan banget, heran gue!" Kata Kenzio emosi.

Zafanya tertegun, kata itu lagi, segampang itu Kenzio mengatainya seperti itu. Zafanya menatap Kenzio kesal dengan mata berkaca-kaca, dengan emosi ia melempar selimut itu dan berlalu menuju kamar mandi. Kemeja putihnya sudah kering, tetapi vest rajutnya masih lumayan basah. Tak peduli dengan itu ia tetap memakainya, hingga kemejanya kembali basah karena air dari vest rajutnya.

Zafanya keluar kamar mandi, lalu mengambil tasnya di sofa dan keluar dari ruangan itu, mengabaikan Kenzio yang menatapnya tajam.

•••