Daisy Moreland diusir dari rumah, dikhianati kekasih dan berakhir di ranjang bersama pria asing.
Berniat melupakan masalah yang terjadi, kedatangannya ke kelab malam justru menambah daftar panjang masalahnya.
Daisy terjebak menikah dengan Daren karena memiliki wajah yang sama persis dengan calon istrinya yang kabur.
Bagaimana bisa?
Bagaimana nasib Daisy selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mei-Yin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyiksaan
Seorang wanita menatap lurus ke depan, menikmati pemandangan pantai yang menyegarkan. Suara deburan ombak begitu membuatnya tenang dan merasakan kedamaian. Bibirnya tersenyum saat merasakan sebuah lengan kekar memeluk tubuhnya.
“Jangan melamun!”
Wanita itu mengusap lengan sang pria dan mencengkeramnya. “Tidak, aku hanya bahagia bisa menikmati kebebasan seutuhnya.”
Pria itu mengambil tempat duduk di sebelahnya. “Dia melangsungkan pernikahan dengan wanita itu.”
“Justru bagus, dengan begitu Daren tak akan mencariku lagi,” kekehnya.
“Tapi aku heran, bagaimana bisa ada orang yang wajahnya sangat mirip denganmu? Jangan-jangan kalian kembar terpisah.”
“Menurutmu begitu?”
“Mungkin saja.”
Wanita itu menyandarkan kepalanya di bahu sang pria sambil menikmati senja keemasan yang begitu cantik.
“Aku mencintaimu, Della. Sangat,” bisik sang pria.
“Love you too, Haider.”
Keduanya saling berpelukan, kemudian berciuman dengan begitu panas, liar dan penuh gairah.
Wanita itu adalah Della, calon istri Daren yang ternyata melarikan diri bersama kekasih hatinya, Haider Kenneth.
Della dan Daren sudah dijodohkan sejak lama. Keduanya menjalani hubungan atas dasar perjodohan, entah cinta itu tumbuh atau tidak, yang pasti hubungan mereka terjalin baik seperti pasangan pada umumnya.
Seiring berjalannya waktu Della mulai muak dengan sikap Daren yang terlalu posesif. Dunianya seolah direnggut paksa hingga dia kehilangan banyak teman dan kenalan. Semua yang dilakukan Daren membuatnya kesulitan bernapas.
Pertemuannya dengan Haider membuat atensi Della teralihkan. Kebersamaan membuat benih cinta tumbuh dan Della memutuskan untuk meninggalkan Daren demi bisa bersama dengan sang kekasih.
Seolah Tuhan berpihak padanya, tanpa sengaja Della bertemu dengan Daisy. Awalnya dia terkejut karena wajah mereka sangat mirip. Serupa, tetapi tak sama. Begitulah.
Beberapa hari menguntit Daisy, membuat Della memikirkan sebuah rencana. Menjadikan Daisy sebagai tameng agar orang-orang tak mencarinya.
Terbukti rencananya berhasil dan dia bisa bebas tanpa harus menjadi buronan Daren.
*
Satu jam yang lalu Daisy sudah sadar dan saat pertama kali bangun dia histeris saat alam bawah sadarnya mengingat kejadian yang baru dialami.
Bagaimana tidak. Dia mendapat kekerasan hingga nyawanya hampir melayang jika saja Daren tak datang tepat waktu.
Ini kali pertama dia mengalami hal mengerikan. Semoga tak akan ada lagi hal-hal mengerikan yang akan terjadi. Namun, itu hanyalah harapan. Kenyataan yang terjadi, hidupnya akan selalu dalam masalah setelah menjadi istri Daren.
Pebisnis sekalian pemimpin klan yang paling diincar.
Hanya saja sampai saat ini Daisy memang tak mengetahui latar belakang orang-orang yang ada di sekitarnya.
Maggie merengek pada suaminya untuk menginap dan menemani Daisy.
“Tidak perlu khawatir, Daren akan selalu melindungimu. Kau berada di tangan pria yang tepat.” Maggie berbicara ketika masih melihat kecemasan di wajah putrinya.
“Daren adalah pilihan yang tepat untuk menjadi pasangan hidup. Kau pasti akan bahagia bersamanya.”
Masih bungkam, Daisy sama sekali tak ada keinginan untuk membalas ucapan wanita paruh baya itu.
“Dia pria yang baik, setia, royal dan yang pasti tak akan meninggalkanmu dalam keadaan apa pun,” lanjut Maggie meski dia hanya bicara tanpa tanggapan.
“Aku mau istirahat, Ma. Mama juga istirahatlah,” kata Daisy memilih berbaring memunggungi.
Ketika mendengar suara pintu tertutup, mata yang tadinya terpejam kembali terbuka. Helaan napasnya terasa berat. Daisy kembali pura-pura memejamkan mata saat suara pintu kembali terbuka.
“Aku tahu kau tidak tidur.” Suara berat Daren memecah keheningan.
Mendengar jika Daren yang datang, Daisy langsung membuka mata dan duduk.
“Situasi macam apa ini?” tanyanya pada Daren yang juga menatapnya.
“Maaf karena aku tak bisa menepati janji.” Daren amat merasa sangat bersalah karena membuat Daisy dalam masalah. Mungkin ini adalah kali pertama dan akan menjadi pengalaman yang menakutkan.
“Siapa mereka?”
“Mantan kekasih Della.”
Daisy tersenyum miris. “Berapa banyak ulah yang dilakukan calon istrimu? Dia kabur, lalu aku yang menggantikannya. Sekarang aku yang menjadi sasaran dari perbuatannya. Sebenarnya, wanita macam apa calon istrimu itu! Wanita yang penuh masalah,” kata Daisy emosional.
Daren mendekat ke arah ranjang, menatap intens wanita yang kini tengah menangkupkan tangan menutupi wajah sambil terisak pelan.
“Ini semua karenamu, seandainya kau tidak membawaku ke mari, maka semua tidak akan terjadi,” isaknya menyalahkan Daren.
Tak kuasa membendung perasaannya, Daren tarik Daisy ke dalam pelukannya meski wanita itu meronta. Benar, ini memang kesalahannya yang terlalu dipenuhi amarah saat melihat Daisy. Wajah mereka yang mirip membuatnya percaya, tanpa mencari tahu yang sebenarnya.
“Maafkan aku.”
*
Seminggu kemudian kondisi kesehatan fisik dan mental Daisy kian membaik. Luka-luka di tubuhnya sudah pulih dan ketakutannya kian menghilang karena dukungan semua orang di mansion.
Felix dan Maggie pun beberapa hari memilih menginap, tetapi mereka sudah pergi karena Felix memilki perjalanan bisnis.
“Kau kenapa?” tanya Daren mengejutkan.
Daisy menoleh dan melihat tampilan suaminya yang sangat panas. Hanya mengenakan handuk yang melilit bagian bawah tubuh. Dadanya yang kekar terekspos dengan indah, membuat Daisy menelan saliva susah payah.
Semuanya sempurna, tanpa cela. Daisy bahkan sama sekali tak berkedip melihatnya.
Apalagi saat Daren melewatinya, wanita itu seolah kehilangan pasokan oksigen dalam dada. Tubuhnya hampir saja oleng andai pria itu tak segera menangkapnya.
“Terpesona, hm?” Daren mengedipkan mata menggoda.
“Siapa yang akan menolak pemandangan indah di depan mata,” jawab Daisy jujur. Dia bangun dan sengaja menyentuh perut kotak-kotak milik suaminya. “Sangat keras,” gumamnya.
Setelahnya Daisy melarikan diri karena malu menghadapi godaan Daren.
“Setelah sarapan ikutlah dengan Raina berlatih.”
Daisy yang tengah menyuapkan makanan ke dalam mulut berhenti dan bertanya, “Berlatih apa?”
“Untuk menjaga dirimu jika keadaan terdesak.”
“Kau, kan tahu jika aku baru sembuh.” Itu hanya alasan. Sebenarnya Daisy malas. Dia sudah berencana akan kembali tidur setelah perutnya terisi.
“Tidur pagi tidak baik bagi kesehatan, kau tidak sakit jadi jangan membuat alasan. Jika kau tidak ingin celaka, kau harus bisa menjaga dirimu sendiri.”
Setelah Daren selesai sarapan, dia pergi. Sementara Daisy sengaja berlama-lama dengan makanannya supaya tak berlatih. Memangnya dia mau berlatih apa? Dia wanita.
“Apa perlu saya menyuapi Anda?” Suara dingin itu terdengar di belakang tubuhnya. Membuat Daisy menelan makanannya susah payah.
Daisy tak bisa mengelak lagi saat Raina sendiri yang menjemputnya.
Permulaannya Daisy diminta untuk berlari mengelilingi taman sebanyak sepuluh kali, tetapi rasanya masih dua putaran dia ingin pingsan. Saat kakinya melambat, Raina akan berteriak dan memberinya kode untuk kembali berlari dengan mata melotot tajam.
Beberapa kali dia juga berhenti untuk minum, tak lupa mengeluh karena tubuhnya benar-benar lelah. Napasnya terdengar memburu dengan keringat yang sudah membasahi tubuh.
Nyatanya Raina sama sekali tak memiliki belas kasih. Setelah memintanya berlari, wanita itu membawa Daisy ke bangunan belakang tempat berlatih para pengawal.
Menuju ke sebuah ruangan yang lebih tertutup, Daisy berteriak nyaring saat suara tembakan kembali berdengung di telinga.
“Nyonya, kendalikan diri Anda!” Raina memegang kedua bahu Daisy erat dan mengguncang tubuhnya.
“Tidak, tidak, aku tidak mau di sini. Suaranya membuat telingaku sakit,” kata Daisy ingin kabur, tetapi Raina menghalangi.
“Lawan ketakutan Anda!”
Setelah hampir satu jam membujuk akhirnya Daisy mencoba melakukannya. Di depannya sudah ada papan target yang siap ditembus peluru. Raina memberinya pistol, pertama memegang tangan Daisy gemetar dan hampir jatuh.
“Jangan gemetar, Nyonya.”
Raina memberinya petunjuk cara menggunakan pistol, menunjukkan caranya menembak dengan benar dan memintanya melakukan. Sejak tadi telinganya telah diberikan pelindung agar suara tembakan yang keras tak mengganggu konsentrasi.
Daisy melakukannya. Dia menatap target sambil membidik.
Dor
Dor
Dor
Tiga tembakan yang dilakukan meleset. Hal wajar karena memang ini adalah kali pertama.
“Fokus, Nyonya!”
“Ayo lagi!”
Raina mendekat dan membuka penutup telinga Daisy. Setelah satu letusan terdengar, tak lama tubuh Daisy ambruk.
Bruk
To Be Continue ....
mati terhormat ditangan orang jahat
bukan mati kelaparan sebagai gelandangan... ahay
kalo mau nafsu makan... pesen aja nasi liwet.. ikan asin.. lalapan.. jangan lupakan pete sama jengkol ya