NovelToon NovelToon
Trap Of Destiny

Trap Of Destiny

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Spiritual / Iblis / Peramal
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Dian Dipa Pratiwi

Terima atau tidak, mau tak mau manusia harus menerima kenyataan itu. Bahwa mereka terlahir dengan apa adanya mereka saat ini. Sayangnya manusia tak bisa memilih akan dilahirkan dalam bentuk seperti apa. Kalau bisa memilih, mungkin semua orang berlomba-lomba memilih versi terbaiknya sebelum lahir ke dunia.

Terkadang hal istimewa yang Tuhan beri ke kita justru dianggap hal aneh dan tidak normal bagi manusia lain. Mereka berhak untuk berkomentar dan kita juga berhak memutuskan. Mencintai diri sendiri dengan segala hal istimewa yang Tuhan tuangkan dalam diri kita adalah suatu apresiasi serta wujud syukur kepada sang pencipta.

Sama seperti Nara, yang sudah sejak lama menerima kenyataan hidupnya. Sudah sejak dua tahun lalu ia menerima panggilan spiritual di dalam hidupnya, namun baru ia putuskan untuk menerimanya tahun lalu. Semua hal perlu proses. Termasuk peralihan kehidupan menuju hidup yang tak pernah ia jalani sebelumnya.

Sudah setahun terakhir ia menjadi ahli pembaca tarot.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dian Dipa Pratiwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pengecekan Ruko

Sesampainya mereka di sana, ternyata tempatnya cukup luas. Ada dua lantai yang bisa mereka pakai. Tapi, sepertinya memang agak menyeramkan. Terlalu menyeramkan bagi Nara yang bahkan sudah kerap berinteraksi dengan hal-hal seperti itu.

"Bukankah ini terlalu menakutkan?" gumam Nara.

"Kita bisa mengatasinya nanti," jawab Baron dengan santai.

Nara terus berusaha untuk tetap berada dekat dengan pria itu. Sepertinya ia tak akan aman jika berjalan sendirian.

"Tempatnya cukup luas, lengkap dengan kamar mandi di setiap lantai," ungkap si pemilik bangunan.

"Saluran air dan listriknya masih berfungsi dengan baik. Jika ada masalah, kalian bisa menghubungiku," sambunya.

Memang jika dilihat secara kasat mata, kondisi bangunan ini masih cukup baik. Cat temboknya masih cukup bersih, tidak pudar atau pun mengelupas sama sekali. Sebagian dari dindingnya pun dilapisi dengan keramik. Sehingga akan lebih mudah untuk membersihkannya.

Sebenarnya tidak ada yang perlu diragukan dengan ruko ini. Kondisinya masih terbilang cukup baik dan terawat. Untuk harga sewa yang murah, tentu ini sangat tidak masuk akal.

"Kalau boleh tahu, sudah berapa lama tempat ini terbengkalai?" celetuk Nara tiba-tiba.

"Mungkin sudah lebih dari lima belas tahun yang lalu," jawab si pemilik bangunan tersebut.

"Dulunya ini adalah tempat bagi anak-anak di sekitar untuk belajar balet. Itu sebabnya ruangannys memang di desain selebar mungkin dan juga tanpa sekat," jelasnya kemudian.

Nara mengangguk paham. Ini adalah banguan terbengkalai paling lama yang pernah ia datangi. Pantas saja suasananya terasa berbeda. Ternyata sudah lama tak berpenghuni.

"Apa anda selalu datang kemari untuk membersihkan tempat ini?" tanya Nara lagi.

"Tidak juga, hanya sesekali," jawabnya.

Meski sudah tak berpenghuni selama lebih dari sepuluh tahun, ternyata pemiliknya masih kerap datang untuk membersihkan. Sepertinya itu adalah salah satu alasan kenapa tempat ini masih terawat dengan baik.

Nara harus mengakui nyali pria itu, yang mau datang kemari hanya untuk membersihkan ruko miliknya. Bahkan Nara saja tak berani jika harus melakukan hal tersebut sendirian. Saat bersama Baron saja ia masih merasa merinding sesekali. Padahal Baron adalah dukun pengusir roh jahat yang selalu bisa ia andalkan.

'TAP!'

'TAP!'

'TAP!'

Suara derapan langkah kaki mereka terdengar begitu jelas dan menggema karena sangkin sunyi nya tempat ini. Mereka sedang beralih menuju lantai dua. Untuk melihat-lihat seperti apa kondisi tempat itu.

Benar saja, lantai dua tampak persis seperti studio balet. Cermin besar yang terpasang di salah satu sisi tembok menunjukkan jika dulunya ruangan ini berfungsi sebagai tempat berlatih balet.

Nara menatap pantulan dirinya di cermin seberang. Ia mendapati dirinya seperti hukan Nara yang sesungguhnya. Tampak agak menyeramkan dan sedikit lusuh. Namun, perhatiannya langsung teralihkan karena Baron menarik tangannya secara tiba-tiba.

"Bisakan kami menyingkirkan cermin besar itu nantinya?" tanya Baron memastikan.

"Tentu saja!" balas si pemilik ruko.

Baron berencana untuk mengubah beberapa desain interiornya agar sesuai dengan usaha mereka nantinya.

"Kalian juga bisa menyingkirkan lemari ini jika mau. Dulunya lemari untuk menyimpan sepatu balet," jelas si pemilik ruko.

"Tapi ini terbuat dari kayu jati, masih cukup kuat jika kalian mau menggunakannya," sambung pria itu sambil membuka lemari tersebut. Untuk menunjukkan seberapa layak itu digunakan.

Namun pada saat yang bersamaan saat lemari tersebut dibuka, Nara merasakan ada sesuatu yang melewatinya dengan cepat. Energi nya cukup besar, sehingga membuat Nara sedikit pusing. Ia lalu mempererat genggamannya oada Baron. Menahan agar dirinya tak ambruk.

"Kau baik-baik saja?" tanya Baron begitu menyadari ada sesuatu yang terjadi padanya.

Nara lalu mengangguk untuk mengiyakan perkataan pria itu barusan.

"Ku rasa sesuatu dengan energi yang cukup besar barusaja melewatiku tadi. Aku merasa sedikit tergoncang," bisik Nara pada Baron.

"Aku juga merasakannya," balas pria itu.

Namun sepertinya Baron sudah cukup familiar dengan hal seperti itu. Bahkan energi yang terbilang besar pun tak cukup untuk menggoyahkan pertahanan pria itu. Ia tampak baik-baik saja. Seolah yang tadi itu bukan apa-apa baginya.

"Baiklah, kami akan mengambil tempat ini," ungkap Baron.

"Pembayaran uang sewa selama dua bulan pertama akan kami lunasi segera. Selebihnya mungkin kami akan pertimbangkan apakah tetap berada di sini atau tidak," jelas pria itu.

"Baiklah, tak masalah. Kalian boleh membenahi tempat ini setelah membereskan pembayarannya," kata si pemilik.

Baron menyetujui hal tersebut. Mereka lantas segera turun ke lantai pertama untuk melakukan transaksi. Setelah sekuanya beres, si pemilik ruko meninggalkan tempat itu dan membiarkan mereka membenahinya sesuai dengan keperluan.

"Apa kau yakin dengan tempat ini?" tanya Nara khawatir.

"Tenang saja, kita akan membuatnya jadi lebih baik," jawab Baron.

"Hanya perlu membersihkan energi negatifnya dan mungkin sedikit ritual penangkapan," sambungnya.

Baron jelas tahu ada sesuatu yang tak baik di sini dan perlu ia selesaikan. Sesuatu yang tak baik itu baru saja pergi beberapa waktu lalu. Jika tak lekas dibereskan, maka ia akan membuat kekacauan dimana-mana. Dan mencegah hal itu terjadi merupakan tugas Baron.

Pria itu lantas mengeluarkan beberapa barang dari dalam tasnya. Sepertinya ia sungguh bersiap untuk segala hal yang akan terjadi.

Ada cukup banyak dupa dan kertas jimat yang ia bawa. Air suci, ayam hidup, bahkan sampai pedang juga. Dan tali?

"Kau membawa semua ini?" tanya Nara tak percaya.

"Wah....," ucap gadis itu dengan kagum.

"Jadi, apa yang harus kita lakukan?" tanya Nara lagi.

"Kita akan mulai dari lantai pertama dulu," jawab Baron.

"Ini!" ucapnya sambil menyodorkan beberapa buah dupa.

"Kau pernah membaca mantra sebelumnya?" tanya pria itu.

"Sangat jarang," kata Nara.

"Kalau begitu, kau harus melakukaannya dengan baik hari ini," balas Baron.

Mereka mulai membakar dupa tersebut secara satu-persatu. Meletakkannya di setiap sudut ruangan. Lalu menempelkan kertas jimat di area yang dirasa penting.

Dengan sisa dupa yang masih berada di tangannya, Nara mulai memejamkan mata sambil merapalkan mantra khusus yang telah diberikan Baron barusan.

Gadis itu tampak tenang dan pokus. Sesekali ia juga berkeliling ruangan  sambil menyebarkan asap dupa dengan mulut yang masih sibuk merapal mantra.

Setelah selesai, ia meletakkan sisa dupanya di tengah-tengah ruangan.

"Kau melakukanya dengan baik," puji Baron.

Sekarang waktunya membersihkan lantai kedua. Sepertinya tempat itu cukup beresiko. Nara merasakan begitu banyak tekanan sejak tadi saat berada di sana. Ia tak yakin jika mereka akan melakukannya dengan baik.

"Kau yakin?" tanya Nara.

"Ayolah! Aku sudah biasa melakukan hal seperti ini. Kau bisa mengandalkanku," balas Baron.

Meski ia sudah mengetahui yang satu itu, tapi tetap saja ia tak bisa tenang. Ada rasa takut yang tak bisa ia singkirkan dengan mudah. Nara khawatir bagaimana jika hal buruk terjadi.

1
Ernawati Ningsih
Ceritanya bagus banget. Mengangkat sudut pandang peramal dan juga kepercayaan akan takdir. Terus ada bahas soal ritual-ritual gitu. Seru banget
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!