Ryo seorang pengusaha yang sukses harus menelan musibah dari tragedi yang menimpanya. Sebuah kecelakaan telah membuatnya menjadi lumpuh sekaligus buta. Istrinya sudah tidak Sudi lagi untuk mengurusnya.
Aura, adik sang istri tak sengaja hadir ditengah mereka. Aura yang memerlukan uang untuk kebutuhan hidupnya kemudian ditawari sang kakak sebuah pekerjaan yang membuat semua kejadian cerita ini berawal.
Pekerjaan apakah yang ditawarkan pada Aura?
dan bagaimana nasib Ryo selanjutnya?
Biar tau kisah selengkapnya, yuk ... di intip kisahnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yurika23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12 - Pindah ke Apartemen
Setelah selesai makan, Aura membantu Ryo ke ranjangnya.
“Jes, besok aku ingin pindah ke apartemen, aku baru membelinya, Yunda sudah menyiapkan semuanya, tinggal ditempati saja. Disini terlalu luas untukku. Tolong hubungi Yunda, dan bilang padanya untuk mengantarku pagi-pagi” perintah Ryo yang sudah berada di kasur.
“Apa para pelayan disini ikut juga kesana Mas?” tanya Aura.
“Tidak, aku tidak ingin terlalu banyak orang. lagipula kau kan yang akan menjagaku. Menjadi kaki dan mataku”
Deg!
Seolah dibenturkan ke tembok, Aura mendadak pusing, entah kenapa kata-kata Ryo sangat menghujam ke batin Aura.
'Berati di apartemen nanti hanya ada aku dan ... akh! aku harus segera menyudahi pekerjaan ini' batin Aura yang mulai gelisah.
"Jes?, apa kau keberatan?" suara Ryo membuyarkan pikiran Aura.
“Ah, tentu saja tidak Mas ... i-iya baiklah” Aura menyelimuti Ryo dengan selimut tebal kemudian akan melangkah ke pintu dengan wajah sedikit pucat.
“Hey, sepertinya kau berubah hari ini.”
Aura spontan menoleh kaget. “Maksud, Mas … ? Tanya Aura takut penyamarannya terbongkar.
“Ah, sudahlah, aku mau istirahat dulu,” ucap Ryo kemudian memiringkan tubuhnya membelakangi Aura.
Aura berfikir kembali ketika meninggalkan Ryo di ranjangnya. Jika besok pindah ke apartemen berarti ia hanya akan berdua saja dengan Ryo, tidak ada Mbok Jum, Sari, Pak Dimin, supir atau satpam. Dia akan benar-benar melakukan semua sendiri untuk Ryo.
‘Hah, kenapa beban ini semakin hari semakin berat saja’ ungkap Aura di batinnya.
Aura mengabarkan berita itu ke Jesica. Tapi seperti biasa Jesica tidak perduli dengan apapun kesulitan Aura, dan ia juga sudah tidak perduli ataupun cemburu dengan suaminya yang nanti akan berdua di apartemen dengan adiknya.
Aura seolah ingin menyerah dengan tugas itu. Tapi ia tidak memiliki pilihan lain disamping ia juga memikirkan nasib Ryo jika bukan ia yang mengurusnya lalu siapa yang akan menjadi kaki dan matanya.
Dengan berat hati Aura melanjutkan pekerjaan beratnya.
Besok Sorenya, mereka sudah pindah ke apartement milik Ryo.
Aura sudah menyiapkan air hangat di bathtub untuk mandi Ryo, sarapan, jus dan obat semua sudah tersedia di meja kaca.
“Mas, waktunya mandi, aku sudah menyiapkan air hangat” ucap Aura.
“Dari kemarin-kemarin di mansion aku selalu dibantu para pelayan atau pak Dimin untuk urusan mandiku, baru hari ini kau bersedia membantuku mandi,” ujar Ryo.
“Maaf, Mas. Kemarin-kemarin aku belum bisa” jawab Aura sebisanya.
“Bukakan bajuku” perintah Ryo.
Aura sedikit ragu dengan perintah kakak iparnya itu. Tapi mau tidak mau ia harus menurutinya.
Sambil menelan sesuatu di tenggorokannya, Aura mulai melepaskan satu persatu kancing kemeja Ryo, dengan sedikit canggung, wanita itu kemudian membuka kemeja pria didepannya. Kemudian dilanjut dengan membuka kaos putih yang masih membalut tubuh pria itu. Ketika kaos putihnya telah dibuka, tersibak dada bidang Ryo dan perut yang datar, membuat Aura spontan menundukkan kepalanya karena malu, walaupun ia tahu Ryo tidak mungkin bisa melihatnya menunduk.
Aura segera membawa Ryo menuju bathtub. Wanita itu memapah Ryo menuju air hangat. Pria itu membuka celana boxernya di dalam bathtub, kemudian meletakkannya di lantai kamar mandi.
Aura memalingkan wajahnya.
“Hey, kau dimana?” panggil Ryo.
“Aku, disini Mas.”
“Kenapa diam?, ayo mandikan aku!”
‘Hah?, memandikan kakak iparku?, ini benar-benar gila!’ batin Aura yang jika bukan karena untuk melunasi hutang Bagas yang banyak, ia tidak akan melakukan pekerjaan yang disuruh kakaknya itu.
“I-iya.” setelah diam beberapa saat, Aura kemudian akan mulai menggosok punggung Ryo dengan ragu sekaligus gemetar. Wanita itu berlutut di samping bathtub.
Tubuhnya mulai panas dingin, degup jantungnya berdenyut tak beraturan. Jemarinya seolah bergetar ketika spons mandi yang di genggamnya menyentuh punggung kakak iparnya.
‘Aku tidak bisa melakukan ini’ batin Aura menghindari sesuatu yang salah.
“Oya Mas, aku lupa!, aku menaruh handphone-ku di ruang makan, saudariku mau telpon sekarang, maaf ya Mas, aku tinggal dulu sebentar, kalau sudah selesai kau bisa panggil aku!” tanpa menunggu persetujuan Ryo, Aura buru-buru keluar kamar mandi. Ryo yang heran hanya bisa menautkan alisnya.
‘Ada apa dengannya?’ batin Ryo tak mengerti dengan keanehan sikap wanita itu.
Untungnya malam itu Ryo tertidur tanpa menginginkan Aura di dekatnya. Ketika malam menjelang, Aura selalu diliputi kecemasan, khawatir kakak iparnya menginginkan tidur bersamanya. Aura bersembunyi di tempat yang tidak terdengar Ryo. Ia menelpon Jesica.
‘Ya, ada apa?’ jawab Jesica dari balik telpon.
“Kak, jam berapa kakak akan pulang?, ini sudah menjelang malam” suara Aura sedikit tertahan khawatir terdengar Ryo.
‘Memangnya kenapa kalau aku pulang malam?’ jawab Jesica enteng.
“Hah?, kak! Bagaimana kalau Mas Ryo mengajakku tidur di ranjang?” ucap Aura dengan nada cemas.
‘Ya kau tinggal temani saja, lagipula dia memang bisa apa?, pria lumpuh sepertinya hanya seperti bayi, dia tidak akan membuatmu puas.’ Terdengar suara desahan pria di samping Jesica, dan pertanyaan ‘Siapa?’, ‘Adikku’,” jawab Jesica di sebrang telpon.
“Kak! Jangan bercanda!” geram Aura.
"Pokoknya kau kerjakan saja yang kuminta, Aura. Masalah uang nanti kubayar kau dua kali lipat jika kau menemaninya di ranjang!"
“Kakak!, apa kau sudah gila?!, lalu apa kau bersama pacarmu disitu?!” Aura mulai tidak tahan dengan kelakuan kakaknya.
‘Ck!, sudahlah ini bukan urusanmu. Tuuuut ….’ Jesica memutus telponnya sepihak.
Aura dengan mata membulat dan mulut yang menganga melihat ponselnya sendiri dengan keheranan.
‘Apa-apaan Kak Jesica!’ geramnya di batin.
Aura memegang keningnya. ‘Kenapa jadi aku yang bingung seperti ini’ gumamnya tidak habis pikir dengan kelakuan kakaknya.
Tiba-tiba Ryo memanggil dirinya.
“Jes! Jesica!”
Aura terperanjat kaget, nafasnya tercekat untuk yang kesekian.
“I-iya, Mas!” dengan langkah dipercepat, Aura menghampiri kamar utama (Master Badroom) tempat Ryo merebahkan tubuh.
“Ada apa, Mas?”
“Kamu sedang apa sih, kenapa tidak tidur disampingku?” tanya Ryo yang meraba-raba bantal disebelahnya.
“A-aku sedang membereskan meja makan” jawab Aura yang bingung dengan kebohongannya sendiri.
“Hah, membereskan meja makan?, aneh. Yasudah, sini … “perintah Ryo sambil menepuk-nepuk kasur di sebelahnya.
Ryo bangun dari berbaringnya, ia duduk bersandar di ranjang besar miliknya.
Aura menelan ludah, degup jantungnya lagi-lagi berdetak tak beraturan, tiba-tiba saja ia menjadi sedikit gemetar. ‘Bagaimana ini, apa yang harus kulakukan?!’ Aura masih dalam kebingungannya.
“Loh, kenapa belum kesini?, kau sedang apa sih, buka baju?” tanya Ryo yang membuat jantung Aura semakin kacau.
‘Hah?!, buka baju?!’ pekiknya di batin.
Dengan perlahan, Aura menaiki ranjang yang seharusnya bukan tempatnya berada. ‘Duh, bagaimana ini’ gumamnya dengan kebingungan yang semakin besar.
Perlahan wanita cantik itu menaiki ranjang kakak iparnya. ‘Seharusnya bukan aku yang berada disini!. Kak Jesica benar-benar keterlaluan!’ celetuknya lagi di batin.
Tangan Ryo meraba-raba, kemudian menggapai lengan Aura.
“Kenapa jauh sekali?, apa kau tidak mau berdekatan denganku?” ujar Ryo.
Aura sedikit demi sedikit mendekat kearah Ryo. Dengan jantung yang berdegup kencang dan aliran darah yang sangat cepat, ia lagi-lagi menelan ludahnya, gugup.
Ryo mulai mengelus rambut Aura, menyentuh wajahnya.
“Entah kenapa aku merasakan hal yang berbeda dari dirimu. Kau bukan seperti Jesica yang kukenal”
“Be-benarkah, Mas?” kegugupan Aura semakin menyebar.
“Ya, inilah Jesica yang kuingin dari dulu.” Ryo kemudian mendekat kearah Aura, kemudian memeluk kepala wanita itu, lalu membenamkannya di dada Ryo. Pria itu mengelus rambut Aura yang halus.
“Harum tubuhmu juga berbeda dari biasanya” ujar Ryo yang membuat Aura semakin bingung harus berbuat apa.
“Um, ini … aku memang membeli parfum baru” kilah Aura.
Ryo kemudian meraba wajah Aura, jemarinya mencari bibir wanita itu, kemudian dagu Aura digenggam dua jemarinya, lalu … Ryo baru akan mendekatkan bibirnya.
Aura buru-buru menghindar. “Eng, Mas … aku lupa kalau tadi ada telpon dari Yunda, aku ambilkan ponselmu, ya,” Aura buru-buru bangkit beranjak dari ranjang, kemudian mengambil ponsel Ryo di meja kaca dekat sofa kamar.
“Ck!, masalah kerjaan?, itu bisa nanti” ucap Ryo malas.
Tapi Aura tetap mengambilkan ponsel Ryo dan memberikan pada pria itu. Aura sengaja memencet nomer Yunda dan menghubunginya. Akhirnya Ryo terpaksa menelpon Yunda.
Malam itu Aura selamat dari ketakutannya berada di ranjang, tapi entah esok atau malam-malam selanjutnya.