NovelToon NovelToon
Fanatic Obsession

Fanatic Obsession

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Wanita Karir / Karir / Dendam Kesumat / Menyembunyikan Identitas / Office Romance
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Janice SN

Stella adalah seorang aktris terkenal, baginya hidup ini terasa mudah saat begitu banyak penggemar yang mencintainya. Tetapi lama-lama salah satu penggemar membuat Stella tak merasa nyaman, dia selalu mengatakan bahwa Stella harus bersikap baik dan mematuhinya, jika tidak, kejadian tak diinginkan akan terjadi.

Lalu Stella mulai mencurigai seseorang, apakah orang itu akan tertangkap? Atau Stella malah terperangkap jauh dalam genggamannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Janice SN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kesialan

"Apa kau baik-baik saja?"

Stella yang sedang melamun memikirkan kejadian semalam. Perempuan itu kesal, ingin marah tapi tak bisa, atau masalahnya akan semakin rumit. Stella tersenyum kecil, ia menyahut. "Tidak apa-apa, agensiku sedang mengatasinya," jawab Stella yang terlihat santai, padahal perempuan ia tu sangat khawatir, ia tahu agensinya juga kesulitan menangani kasus ini karena tiba-tiba begitu banyak komentar yang menghujat dirinya, apalagi banyak orang-orang yang mengatakan kenal padanya dan menceritakan hal-hal yang buruk tentangnya.

Austin mengangguk saja, lelaki itu terlihat prihatin. Kemudian Austin membaca naskah yang berada di tangannya.

Stella berfikir kembali, bagaimana jika dirinya menjadi perebut suami orang, apakah karirnya juga akan berakhir? Apakah dirinya akan dihempaskan dari dunia entertainment ini?

"Bisakah kau membantuku?"

Stella menoleh dan mengangguk tanpa minat. Dirinya tak boleh diam begini, atau otaknya akan memproses kata-kata yang akan membuat dirinya sendiri semakin buruk. Kemudian Stella membantu Austin yang sedang menghapal dialog. Stella lalu memegang naskahnya.

Austin kemudian, mulai mempraktikkannya. "Serena, apa kau benar-benar mencintaiku? Apa kau memang tidak bisa hidup tanpa?"

Stella mengalihkan pandangannya ke arah lan, kenapa Austin begitu pandai memainkan eskpresi? Oh lihatlah, matanya yang dalam, mata yang mampu membuat seseorang terlena karenanya...

"Apa kau akan ikut jika aku mati? Apakah kau sanggup melakukannya?"

Di dalam hati, Stella berkomentar pedas. Dirinya kesal dengan dialog yang terlalu pasaran ini, dan kenapa sang penulis tak memberikan dialog keren? Kenapa isi dari naskah ini kebanyakan tentang teori cinta?

"Aku cin... Ah aku lupa!" Austin langsung merebut naskah itu. "Mengapa bagian ini terlihat sulit? Aku bahkan harus terlihat menangis."

Stella hanya menghela nafas. Pria ini sepertinya berpura-pura lupa, masa dialog yang mudah ini tak tahu. Stella berdiri dari duduknya, perempuan itu berjalan. Dirinya harus mencari Morgan. Semalam, lelaki itu langsung pergi, katanya dia ingin membereskan sesuatu, entah apa yang dilakukannya. Tapi tiba-tiba, kakinya menginjak sesuatu, yang membuat tubuh Stella hilang keseimbangan.

"Ahk! Si--" Stella yang hendak mengatakan hal kasar itu langsung terdiam saat sebuah tangan menangkup pinggangnya, Austin menolongnya.

Austin yang sedari awal mengikuti Stella berhasil menolongnya, pria itu melepaskan tangannya saat Stella berhasil berdiri. Austin kemudian berbicara. "Harusnya kau jangan pergi terburu-buru, kau bisa terluka."

"Terimakasih," ujar Stella. Dirinya merasa berterima kasih, melihat Morgan yang pernah terluka karena terdorong olehnya membuat Stella bergidik, bagaimana jika punggungnya juga menghantam tanah? Apa akan begitu sakit? Stella menggelengkan kepalanya, memikirkannya saja membuatnya ngeri. Stella kembali berbicara pada Austin. "Terimakasih banyak, aku akan lebih berhati-hati."

Austin mengangguk, lelaki itu terus menatap Stella, bahkan ketika perempuan itu pergi dari hadapannya.

Beberapa saat kemudian, Stella kembali ke lokasi syuting. Austin yang sedari tadi menunggunya, langsung tersenyum. "Kau dari mana? Para staf mencari mu."

"Aku mencari Morgan," jawab Stella yang sepertinya kehabisan tenaga. Perempuan itu seperti sudah berlarian.

"Morgan sedang libur beberapa hari," terang Austin. "Kenapa kau tidak tahu? Bukankah kalian begitu dekat?" tanyanya keheranan.

Pertanyaan itu membuat Stella kesal, ya, bukankah hubungannya dengan Morgan sudah seperti saudara? Tapi kenapa lelaki itu tidak memberi tahu apapun? Bahkan apa katanya? Libur beberapa hari? Seharusnya dirinya yang cuti, kerena dirinya sedang mendapatkan masalah, bahkan saat datang pertama kali ke lokasi syuting, begitu banyak orang yang memandangnya sinis.

"P-ponselku mati, aku belum sempat mengeceknya," jawab Stella. "Ayo, ayo kita fokus saja pada naskahnya."

Kemudian mereka berdua mempraktikkannya terlebih dahulu, membaca naskah, dan mulai menghafalnya satu sama lain.

***

Setelah hari yang cukup panjang. Stella merebahkan tubuhnya. Soal ponselnya mati, itu adalah kebenaran. Dirinya terlalu kesal dengan artikel itu, bahkan Stella menjadikan akun media sosialnya menjadi privasi, dirinya tak mau komentar kebencian terus berkeliaran di seluruh postingannya. Tetapi Stella memiliki ponsel kecil, ponsel yang bisa menerima pesan dari Morgan, tapi lelaki itu tidak mengirimkan pesan.

"Tapi bagaimana jika terjadi sesuatu pada Ranu?" monolog Stella, perempuan itu segera mengambil ponselnya di rak, dan menyalakannya.

"Dari siapa ini?" Stella terkejut begitu banyak panggilan dari nomor tidak dikenal. Perempuan itu segera memanggil panggilan pada nomor itu. Baru deringan pertama, langsung diangkat.

"Halo ini si--"

["SIALAN KAU! KENAPA BARU MENJAWAB HAH!"]

Stella menjauhkan ponselnya dari telinganya. Benar-benar menyebalkan. Tapi Stella berusaha untuk tidak berapi-api. "Ada apa denganmu? Kenapa kau meneleponku beberapa kali? Apa kau ingin meminta maaf?"

Terdengar decakan dari panggilan telepon.

["Di mana kau menyembunyikan Asta! Kau sungguh tak tahu malu! Aku itu sedang hamil, beraninya kau menggoda pacar orang? Apa kau ingin membalaskan dendam?! Kau itu memang tidak pantas untuk Asta, kau hanya beban untuknya! Cepat katakan, di mana kau menyembunyikannya jalang?!"

Stella bisa mendengar setiap kata yang diucapkan Selfa. Entah apa yang terjadi di antara mereka sampai dirinya harus menjadi kambing hitam. "Aku tidak menyembunyikan pacarmu. Tapi aku akan membantumu mencarinya." Stella langsung bergegas memutuskan sambungan, perempuan itu segera bersiap-siap untuk pergi keluar.

Ini memang bukan urusannya, tapi bagaimana jika Asta melakukan hal gila untuk mengakhiri hidup? Pria itu tidak boleh mati! Pokoknya tidak boleh! Karena anaknya akan segera lahir, Asta tidak boleh meninggal dan terlepas dari tanggung jawab. Stella pun berlari keluar, kemudian masuk ke dalam mobil.

Sebenarnya entah apa yang terjadi di dalam rumah tangga mereka, kenapa bisa Asta sampai hilang kendali? Stella mengemudikan dengan kecepatan tinggi. Perempuan itu mencari ke suatu tempat yang selalu di datangi Asta, setelah sampai, Stella segera masuk dan mencarinya.

"Oh, lihatlah. Pacarmu datang!" seru seorang pria yang sedang mabuk.

Stella menghiraukannya, perempuan itu mendekati Asta yang sudah terpengaruh alkohol. "Hei kau pulanglah! Selfa khawatir padamu!"

Asta malah tertawa keras sambil tersenyum. Pria itu memandang Stella. "Apa kau pacarku? Kenapa cantik sekali?"

Plak!

Stella menampar Asta. "Sadarlah bajingan! Jangan membuat masalah!" bentaknya keras. Ada rasa senang saat tangannya menampar pipi Asta, kapan lagi ia bisa melakukannya?

Asta tentu saja kesakitan. "KITA PUTUS! BAGAIMANA BISA KAU MENAMPAR PACARMU SENDIRI?!" Asta mulai kehilangan kendali, lelaki itu memegang kedua pundak Stella.

Perempuan itu tak diam saja, dia mendorong Asta menjauh. Teman-temannya yang sedang mabuk hanya menonton, mereka sama bajingan nya dengan Asta. Kemudian Stella pergi dan kembali ke mobil, sebelum itu dia sudah mengirimkan alamat kepada Selfa. Tugasnya sudah selesai. Stella menyalakan mobilnya untuk pulang.

Di perjalanan, pikirannya memikirkan Asta. Seharusnya tadi dirinya berbuat lebih, minimal memukul perut, menjabat rambut atau membuat kakinya terluka. Tapi dirinya tak melakukannya dan kini Stella sungguh menyesal. Pikiran itu membuatnya tak menyadari sebuah mobil yang melaju kencang ke arahnya.

Bruk!

Kecelakaan mengenaskan yang tak dapat Stella hindari. Rasanya, kesialan terus menghantui garis takdirnya.

1
Iren Nursathi
lanjut dong penasaran nih thor
Janice SN: Udah kak🤗🤗
total 1 replies
Iren Nursathi
lanjuuuuuuut thor
Janice SN: udah kak🤗
total 1 replies
Selfi Selfi
semangat kk...
lanjutkan



kita saling suport yukヾ(^-^)ノ
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!