NovelToon NovelToon
Legenda Pedang (Mata Dewa)

Legenda Pedang (Mata Dewa)

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Kebangkitan pecundang / Dan budidaya abadi / Epik Petualangan / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan
Popularitas:27.4k
Nilai: 4.8
Nama Author: Rahmat Kurniawan

Ketika kelahirannya membawa petaka.
Ketika dirinya harus kehilangan kedua orang tuanya.
Ketika dirinya harus tinggal di kekaisaran Zhang untuk menutupi identitasnya.

Malam itu, puluhan orang datang menyergap rumahnya. Pertarungan pecah antara ayah dan ibu Lin Hao dengan orang-orang itu. Demi melindungi Lin Hao kecil, mereka rela sampai mengorbankan nyawa.

Lin Hao kecil memilih untuk melarikan diri. Naas dirinya tetap tertangkap. Namun siapa sangka, perkataan salah seorang dari orang yang menangkapnya itu membuat emosi Lin Hao tak terkontrol. Mata Dewanya bereaksi. Guncangan hebat tercipta. Orang-orang yang menangkapnya itu langsung kehilangan nyawa. Saat ini pedang pemberian ibunya juga menimbulkan reaksi dan memanggil sosok makhluk abadi.

Lantas apa yang terjadi dengan Lin Hao? Mampukah dia membalas dendam atas kematian kedua orang tuanya?
Nantikan kisahnya di Legenda Pedang (Mata Dewa)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahmat Kurniawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch. 2 ~ Kematian Sepasang Pedang Walet

Lin Hao mengambil sikap ancang-ancang, dia tahu pertarungan tidak bisa dihindari. 

Dua orang mengenakan penutup kepala segera maju menyerang. Lin Hao menyambut keduanya sekaligus. 

Satu tebasan miring disambut dengan tepisan kuat. Namun, pasokan energi dari keduanya sangat jauh berbeda. Lin Hao merasakan tangannya yang kebas, bergetar. Dia bergerak mundur, tapi orang itu tidak berniat membiarkan dirinya mengambil jarak.

Keduanya memojokkan Lin Hao dengan sangat cepat. Jelas sekali perbedaan pengalaman bertarung membuat Lin Hao sangat dirugikan. Dia tidak bisa lagi mengangkat pedang untuk menepis serangan masuk, sehingga itu tepat menyayat lengannya. Darah segar mengalir deras dari sana. Lin Hao meringis perih. Satu tendangan kuat masuk membuatnya jatuh terseret di atas tanah.

Kedua orang itu tersenyum remeh dibalik penutup kepala. Salah satu dari mereka mendekat, memegang kepala Lin Hao, menyeret anak itu. Tapi, belum lama dia melakukannya, mendadak sebilah pedang tajam mengayun cepat, berhasil memotong lengannya.

Slash..

Lengan itu tergeletak di atas tanah. Pemiliknya panik, darah telah mengucur deras dari bekas potongan itu. Seorang wanita cantik muncul dengan tatapan marah. Nanar matanya memancarkan kobaran emosi yang membuat dua orang tadi bergidik ngeri.

“Berani sekali kalian menyentuh putraku!” Wen Li menatap tajam dua orang itu. Tampak bagian pipinya terdapat bekas darah dari pertarungan sebelumnya. 

Lin Hao segera bangkit, menatap ibunya dengan nanar mata berkaca-kaca. 

“Ibu, mari kita bantu ayah membunuh mereka semua!” Lin Hao menggenggam erat lengan ibunya. Berharap wanita itu menyetujui perkataannya.

“Hao’er. Ayah dan ibu masih bisa mengalahkan mereka semua tanpa kamu turun tangan. Pergilah sejauh yang kau bisa dan jangan pernah kembali. Ayah dan ibu akan menyusulmu nanti setelah kami selesai membunuh mereka semua!” ucap Wen Li dengan memasang senyum tulus.

Lin Hao masih ragu, sementara dua orang itu telah bergerak menyerang. Tanpa menunggu reaksi anak itu, Wen Li segera mendorong tubuh Lin Hao hingga posisi keduanya cukup berjauhan. Wanita itu juga sempat memberikan pedang pada Lin Hao saat mendorongnya tadi. 

Pertarungan dua lawan satu itu langsung terjadi. Lin Hao melihat itu dengan perasaan kacau. Dia tampak geram hingga pupil matanya mengeluarkan cahaya emas. Pepohonan bergoyang kencang, tapi itu tidak berlangsung lama mereda. Lin Hao berubah tenang saat melihat senyum tulus dari sosok Wen Li. Saat itu wanita tersebut telah berhasil membunuh satu orang. 

“Pergilah Nak.” Itu ucapan terakhir yang Lin Hao dengar sebelum anak itu benar-benar memutuskan untuk pergi. 

“Aku akan menunggu kalian!” 

Sepeninggalan Lin Hao, Lin Dan keluar dan menghampiri istrinya yang saat itu telah berhasil membunuh lawannya. 

“Hao’er kemana?” tanya Lin Dan, memastikan kalau anak mereka itu baik-baik saja. 

“Dia telah pergi.” 

“Semoga saja Hao'er selalu mendapatkan kemudahan dalam perjalanannya.” Lin Dan cukup khawatir, tapi dia juga tidak bisa membiarkan Lin Hao tetap berada di rumah ini. “Istriku, mari kita sambut tamu kita dari kekaisaran Liu. Jangan biarkan mereka masuk terlalu dalam dan menemui Hao'er.” 

“Benar, Suamiku!” 

Terlambat, puluhan orang telah berkumpul mengelilingi mereka sebelum mereka benar-benar beranjak dari tempat. Suami istri itu saling memunggungi dengan pedang teracung di depan. Bersiap dengan segala kemungkinan yang terjadi.

“Sepasang Pedang Walet. Apakah kalian akan menyangka kami mendatangi kalian sampai ke sini? Omong-omong, kemana perginya anak kalian yang memiliki mata dewa itu?” Salah seorang pria dengan pakaian putih bercorak naga berkata dengan sinis. Dia langsung menyebutkan gelar yang dimiliki oleh sepasang suami istri tersebut. 

Baik Lin Dan maupun Wen Li tidak ada yang menjawab. Mereka malah sibuk memperhatikan orang-orang yang datang itu, menghitung kemungkinan menang melawan puluhan orang sekaligus. Tapi saat menyadari ada beberapa orang yang memiliki kekuatan setara dan sedikit di atas mereka, ini membuat keduanya merasa tidak memiliki peluang untuk menang.

“Istriku, kalaupun kita harus mati hari ini, kita juga harus membawa mereka semua bersama kita.” Lin Dan bertekad kuat. 

“Benar, suamiku. Mari kita tunjukkan kepada mereka, apa itu julukan Sepasang Pedang Walet!” 

Orang-orang yang mengelilingi sepasang suami istri itu segera maju menyerang. Keduanya menyambut dengan gerakan lihai. Keduanya sangat kompak selama bertarung, saling melengkapi dan melindungi satu sama lain. Mereka berhasil melumpuhkan dua sampai tiga orang dalam satu menit. Itu terus bertambah. Teknik Sepasang Pedang Walet yang mereka gunakan itu membuat mereka bergerak sangat indah selayaknya burung walet yang menari dan mengejar musuh dengan pedang. Lawan sulit mendapat celah, bahkan hingga lima menit pertarungan berjalan, keduanya belum mendapat sentuhan dari lawan. 

“Dasar tidak berguna!” gumam kesal salah seorang kultivator yang sedari tadi menonton pertarungan itu. Kultivasinya berada satu tingkat lebih tinggi dari Sepasang Pedang Walet.

Dia menoleh pria botak yang ada di sampingnya, lantas mengeluarkan satu kalimat. “Apakah tetua Feng masih akan berdiam dan membiarkan Sepasang Pedang Walet itu membantai semua orang-orangmu?” 

Pria botak yang dipanggil tetua Feng menoleh. “Lalu bagaimana denganmu, Tetua Jin?” tetua Feng bertanya balik.

Keduanya saling mengangguk, setelah itu memutuskan untuk sama-sama bertindak. Pertama-tama mereka mencoba untuk memisahkan suami istri itu. Akan tetapi, itu tidak semudah yang dibayangkan.

Pria botak mencoba mengaliri energi Qi pada pedangnya, melakukan perubahan unsur elemen api lalu menebas ke arah depan. 

Sabit api terbentuk, melesat cepat dan menargetkan Wen Li. Wanita itu refleks menepis dengan pedang. Lin Dan membalas dengan melepaskan bilah petir. 

Pria botak menghindar. Saat itu tetua Jin mengambil kesempatan dengan melepaskan puluhan pedang sekaligus. Pedang-pedang itu menukik tajam ke arah sepasang suami istri. 

Permainan pedang yang lihai cukup mampu untuk menepis semua pedang yang dikendalikan oleh tetua Jin. Itu menimbulkan bunyi dentingan yang beruntun. Pedang-pedang itu menghilang setelah ditepis. Hingga satu pedang yang tidak keduanya sadari datang bersama dengan tetua Jin yang membawanya.

Slash…

Berhasil menembus perut Wen Li. Wanita itu melebarkan mata, mulutnya mendadak memuntahkan darah segar. Tetua Jin tersenyum senang, lalu dia menarik pedangnya, menyebabkan koyak pada daging tubuh wanita itu bertambah besar.

“Istriku!” 

Lin Dan menangkap tubuh Wen Li yang ambruk. Wanita itu sempat hendak mengeluarkan kata-kata, tapi nyawanya terlanjur melayang. Lin Dan berteriak histeris. Saat ini dia kehilangan akal sehatnya. Memeluk jasad wanita yang merupakan separuh hidupnya itu. Dengan amarah yang menggebu-gebu, dia meraih pedang yang tergeletak di sampingnya, lalu bertarung dengan brutal. 

“Kalian harus membayar nyawa istriku!” ucapnya dengan intonasi dingin. 

Satu dua orang berhasil dibunuh dengan ganas. Orang-orang yang maju menyerang itu segera bergerak mundur. Tapi, Lin Dan tidak membiarkan mereka pergi begitu saja. Dia mengejar mereka. Namun karena bertarung dengan penuh emosi itu justru membuat Lin Dan memiliki banyak celah. Sehingga mudah saja bagi pria botak dan tetua Jin untuk melumpuhkan lelaki itu.

1
Sofandsyah
Up..up...yg banyak thoor
Sarip Hidayat
waaah
berman Lase 😎😎😎😎😎
mantull Thor
BaronMhk
semangat lin hao
Maz Tama
menarik alur cerita nya
Jimmy Avolution
up...up...up...
Jimmy Avolution
gaspol thor
Jimmy Avolution
gaskeun
Jimmy Avolution
lanjut
Jumadi 0707
kog pengangkatan murid lin haou gk dibahas tau tau diksh baju gk ada pengenalan gurunya siapa
Huang Albern
good
Sarip Hidayat
waah ujian yg sangat hebat
Jumadi 0707
enak jg mulainya Thor lanjuut
algore
joz
algore
jos
algore
joz
algore
jos
berman Lase 😎😎😎😎😎
mantulll boskuu
algore
joz
algore
jos
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!