Nadya melakukan banyak pekerjaan sampingan untuk melanjutkan kuliah. Semua pekerjaan dia lakukan asal itu halal.
Sampai suatu ketika Nadya diharuskan memberikan les tambahan pada seorang anak SMA yang menyebalkan.
"Jadi, bagian mana yang kamu belum bisa?" tanya Nadya.
"Semuanya," jawab Alex cuek.
"Jadi dari tadi kamu gak ngerti apa yang saya jelasin?"
"Enggak, kan aku cuma merhatiin wajah kamu sama bibir kamu yang komat-kamit."
"Alex!!!" berang Nadya.
"Apalagi tahi lalat kamu yang di pipi. Kok gemesin banget sih!" Alex tersenyum tengil membuat Nadya jengah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Problem baru
Nadya masuk ke kelasnya dengan irama jantung yang tidak beraturan. Bagaimana tidak, dia sudah membuat masalah dengan seniornya yang terkenal berandalan. Ini semua karena kecerobohannya sendiri. Sekarang dia harus memikirkan uang ganti rugi untuk pemuda itu. 2 juta bukan jumlah uang yang kecil untuk Nadya. Nominal itu bisa dia gunakan untuk keperluannya atau bisa juga untuk tambahan biaya semesternya.
"Aku tau harga kaosnya pasti mahal, tapi 2 juta? Yang bener aja!" Nadya membatin sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, dia takut sesuatu terjadi padanya apabila dia tidak menepati janjinya untuk mengganti kaos sang senior.
Seberapa sering pun Nadya menghindar dari pemuda itu, cepat atau lambat dia pasti akan bisa menemukan keberadaan Nadya apalagi mereka berada dalam satu kampus yang sama. Jadi, mau tidak mau Nadya harus berusaha mendapatkan uang 2 juta itu dalam waktu dekat agar dia terhindar dari masalah dengan seniornya.
Nadya bingung harus meminta bantuan siapa. Dikepalanya hanya terfikir sebuah nama. Meylani. Tapi, apakah gadis itu mau meminjamkannya uang?
"Mey?" Tanpa pikir panjang akhirnya Nadya menemui Meylani saat kelasnya sudah berakhir.
"Nadya? Ada apa?" respon Meylani saat melihat Nadya seperti sengaja menemuinya.
"Boleh minta tolong gak?" Nadya sebenernya sungkan mengatakan hal ini, apalagi dia tak terlalu dekat dengan Meylani. Tapi apa daya, dia memang tak memiliki sesiapun untuk dipinjami uang.
"Apa?"
"Ehm, maaf ya Mey ... kamu bisa gak, ehm ... itu ..." Nadya ragu-ragu. Dia takut merepotkan Meylani dan dia tak mau berhutang budi pada orang lain.
"Kamu perlu sesuatu, Nad?" tebak Meylani.
Nadya mengangguk. Dia menceritakan permasalahannya pada Meylani secara terus terang. Meski sebenarnya dia ingin menutupi kejadian ini dari siapapun, tapi kerena mendesak dia harus terbuka pada Meylani agar gadis itu dapat membantunya. Dia juga mengatakan bahwa dia membutuhkan uang senilai 2 juta rupiah.
"Kamu buat masalah sama senior tingkat akhir?" Meylani tampak kaget. Meski Nadya tidak menyebutkan nama sang senior, tampaknya dia bisa menebak siapa orang itu dari cerita Nadya.
"Iya, aku gak sengaja buat bajunya kotor." Nadya tertunduk sedih.
"Jangan bilang kalau orang yang kamu maksud ini Kak Dewa, Nad!" tebak Meylani kemudian.
Nadya menundukkan kepalanya. Dia juga tau jika senior berandalan itu bernama Dewangga. Bagaimana tidak tau, Meylani dan Sandra saja dia kenal apalagi mahasiswa tingkat akhir yang suka membuat onar tersebut.
Melihat sikap diam Nadya, Meylani sudah dapat mengartikan jika tebakannya benar.
"Nad ... kayaknya aku gak bisa bantu deh. Maaf." Meylani menatap Nadya dengan sorot sungkan. "Uangku udah aku pakai untuk bayar tagihan kredit card kemarin. Sisanya cuma gopek, nih! Itupun buat jajan sampai dikirimin uang lagi sama mama," jelasnya lagi.
Nadya terdiam, tapi dia tak mungkin menyalahkan Meylani. Memang tak seharusnya dia meminjam pada gadis itu. Mereka juga tak dekat. Dia paham kenapa Meylani tidak dapat meminjamkannya uang.
"Kamu mau tanya ke Sandra, gak?" Meylani memberikan opsi, dia mengerti juga kesulitan Nadya saat ini, apalagi jika sudah berhubungan dengan Dewa maka yang bukan masalah pun akan dipermasalahkan oleh pemuda itu.
"Jangan, jangan, Mey!" Nadya langsung menolak tawaran Meylani, dia tak mau semakin banyak orang yang tau problem barunya ini.
"Ya udah deh, aku cuma mau ngasih kamu saran aja. Soalnya kalau udah menyangkut soal Kak Dewa biasanya agak susah. Mungkin Sandra mau minjami kamu, apalagi kamu kan terikat pekerjaan sama dia. Eh, btw kamu masih ngajarin privat si Alex, kan?"
"Masih ..." jawab Nadya seadanya.
"Nah, coba aja. Tapi aku juga gak maksain sih. Semoga masalah kamu sama Kak Dewa cepat selesai ya, Nad."
...***...
Sudah 2 hari berselang setelah tragedi Nadya mengotori baju Dewangga. Hal itu membuatnya harus berhati-hati di kampus sebab dia takut berpapasan dengan cowok itu.
Problem baru ini juga membuat Nadya kehilangan konsentrasinya. Mulai dari kuliah, bekerja di outlet sampai pada Sabtu malam saat dia kembali mengajar privat di kediaman Alex.
"Kamu sedang mikirin apa, Nad?" Alex bertanya pada Nadya. Gadis itu memang sulit ditebak sangking seringnya Nadya berdiam diri, tapi kali ini memang agak berbeda, biasanya Nadya akan diam hanya pada saat diluar jam mengajar. Tapi sekarang, gadis itu melamun disela-sela jam belajar mereka. Ini hal yang tidak pernah terjadi sejauh Alex diajari oleh gadis mungil itu.
"Nad?" Alex bahkan memanggil Nadya lagi, karena Nadya bahkan tak merespon pertanyaan Alex meski pemuda itu sudah bertanya-tanya.
"Eh? Ya?" Nadya kaget saat melihat Alex sudah menatapnya dengan serius sekarang. "Ada masalah? Ada yang gak kamu pahami soal pelajarannya?" tanyanya pada Alex.
Alex menggeleng pelan. "Harusnya aku yang nanya sama kamu, kamu ada masalah? Ada apa?" tanyanya.
"Gak..."
"Kamu yakin?"
Nadya mengangguk sembari berlagak tersenyum tapi Alex tau itu bukan senyuman Nadya yang biasanya. Senyumannya tampak dipaksakan.
"Kamu boleh cerita ke aku apapun masalah kamu, Nad."
"Eh?" Jelas saja Nadya terkejut dengan perkataan Alex yang terdengar sangat dewasa itu.
"Kenapa?"
"Gak ada. Cuma kamu terdengar sok dewasa aja," kata Nadya sambil menahan kekehannya.
"Aku memang dewasa, Nad. Aku bukan anak kecil lagi kalau kamu lupa."
Sekarang Nadya benar-benar terkekeh. "Dasar bocah!" gumamnya disela-sela tawanya yang masih terdengar nyaring.
Meski mendengar ucapan Nadya yang mengatakannya bocah, tapi Alex senang akhirnya dia bisa melihat Nadya tertawa lagi seperti kemarin.
"Biarin kamu bilang aku bocah, bocah bocah begini bisa ..."
"Udah, lanjutin belajarnya!" kata Nadya memotong ucapan Alex.
Alex menggerutu, tapi Nadya tak memedulikannya. Dia melanjutkan sistem pengajaran hari itu sampai selesai.
"Nad?" Alex mencekal pergelangan tangan Nadya. Dia menatap dalam pada netra gadis itu, membuat Nadya cukup gugup karena tatapannya.
"Kenapa?" Nadya bertanya sembari melepas tangannya dari cekalan tangan Alex. Dia tidak mau terjerumus dengan kedekatan mereka, karena Nadya tau dirinya sendiri. Dia akan sulit keluar jika sengaja mendekatkan diri dengan orang lain.
"Kamu yakin gak ada masalah?"
Nadya tak mungkin mengatakan pada Alex mengenai masalahnya. Belum lagi dia yakin Alex tak bisa mengatasi masalahnya kali ini. Mungkin Alex memang anak orang kaya tapi apa iya dia mau meminjamkan Nadya uang sejumlah itu? Meylani saja tidak bisa meminjamkannya, pikir Nadya.
"Gak ada."
Alex diam, tapi dia yakin ada sesuatu yang membuat Nadya agak berbeda hari ini.
"Saya permisi," kata Nadya pamit.
"Nadya?"
Alex buru-buru mengejar langkah Nadya, hingga gadis itu kembali menoleh padanya.
"Ada apa lagi, Lex? Saya udah bilang saya gak ada masalah. Sekalipun saya punya masalah, itu adalah urusan saya yang gak perlu saya bagi ke kamu," tegasnya.
Sekali lagi Alex terdiam. Dia semakin yakin jika Nadya memiliki problem yang cukup berat. Apakah lancang jika dia ingin mencari tau masalah gadis itu dan berniat membantunya meski secara diam-diam?
"Aku anterin kamu pulang ya," kata Alex melembut. Dia tak mau menjawab ujaran Nadya lagi mengenai sebuah masalah yang tak ingin Nadya ungkapkan. Dia memilih mengalihkan pembicaraan mereka dengan berniat mengantar gadis itu pulang.
"Gak usah, makasih."
"Tapi, Nad?"
"Saya mohon sama kamu, jangan terlalu baik sama saya!" ujar Nadya terus terang, dia sudah tak dapat memendam lagi hal ini, dia merasa takut untuk terlalu dekat dengan Alex dan segala kebaikan pemuda ini.
Mungkin dulu dia menganggap Alex bocah tengil yang nakal, tapi lama kelamaan Nadya juga bisa merasa bahwa sikap Alex terlalu baik padanya. Dan Nadya tidak bisa menerima hal itu karena seperti yang dia pikirkan tadi, dia tak mau terjerumus dan sulit untuk keluar nantinya.
"Aku mau baik sama siapapun itu hak aku, Nad," kata Alex dengan senyumannya. Dia menanggapi Nadya dengan santai meski dia tau jika saat ini Nadya sangat serius dengan kata-katanya.
Kali ini Nadya yang terdiam, dia sadar bahwa dia terlalu jauh berkata-kata. Apa dia sudah menyinggung Alex? Bagaimana jika pemuda itu sakit hati atas ucapannya kali ini? Ah, kenapa juga dia harus memikirkan hal itu.
...Bersambung ......
💪💪💪💪💪
💖💖💖💖💖