Kisah petualangan dua orang gadis yang sudah bersahabat sejak umur 6 tahun di sebuah panti asuhan HOPE yang berada di West New York- Amerika.
Dengan mengandalkan otak dan kemampuan mereka, mereka berdua membuka sebuah "Agency DC2" di New Jersey-Amerika. Dibawah naungan NJSP (New Jersey State Police)- Komisaris Cyderyn Baycora.
************
Bagaimanakah kisah-kisah mereka dalam menyelesaikan kasus-kasus rumit dan penuh misteri?
Yang penasaran, ikuti kisah mereka di novel ini 😊🍻
Note : Bila kalian tidak berkenan, tinggalkan saja... Jangan memberikan rating buruk yach... Komen saja apa yang kurang, Insya Allah akan author perbaiki...😊
Jangan lupa VOTE, COMMENT, LIKE, DAN SUBSCRIBE... plus GIFT-nya yach untuk mensupport Author. Terima kasih 🙏❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora79, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CASE CLOSED!
Count Hadley hanya bisa menggelengkan.kepalanya mendengar ide b*doh rekannya itu.
"Wanita itu dalam keadaan siaga penuh dan waspada, dia juga bersenjata. Kita tidak.akan mungkin bisa melarikan diri dari rumah ini. Disamping itu, kemungkinan besar wanita itu sudah memberikan informasi kepada polisi..." ujar Count Hadley.
"Haaah! Begini sajalah, Bos... Anda kan punya otak, jadi Anda pasti bisa menemukan jalan keluarnya. Terserah Anda sajalah, jika anda tidak mau menghabisi wanita itu!" ujar Levon Smith tidak berdaya.
"Aku sudah berkali-kali mengecoh banyak orang, tapi tidak dengan wanita itu. Dia terlalu cerdik..." ujar Count Hadley.
"Cincin itu ada di saku rahasiaku, aku tidak berani meninggalkannya begitu saja. Dia tidak tahu menahu tentang Von Otis..." ujar Count Hadley kepada Levon.
"Aku pikir Von Otis baru akan berangkat minggu depan," ujar Levon Smith.
"Rencananya begitu... Tapi sekarang, salah satu dari kita harus membawa cincin ini ke Fair Street dan menyerahkannya kepadanya," ujar Count Hadley merubah semua rencananya.
"Tapi..., kotak penyimpanan rahasianya belum.jadi, Count..." ujar Levon.
"Dibawa gitu aja... Mau bagaimana lagi? Waktunya sudah sangat mendesak!" ujar Count Hadley.
"Kita akan menipu si Danaya. Si wanita kep*rat tol*l itu tidak akan bisa menangkap kita, jika dia bisa mendapatkan cincin ini. Kita kasih dia alamat palsu, saat dia sadar jika alamat itu palsu, cincin ini sudah sampai di Perancis dan kita sudah tidak berada di negara ini lagi," ujar Count Hadley menjelaskan rencana barunya.
"Rencana yang sangat bagus, Count!" ujar Levon Smith sambil menyeringai.
"Sekarang kamu temui Von Otis dan minta dia untuk bersiap. Aku yang akan menghadapi si tol*l Danaya dan mengatakan jika cincin itu berada di Maine. Sial*n, telingaku sakit mendengar suara biola si brengs*k itu! Mendekat kemari, Smith! Jangan terlalu dekat dengan pintu kamar itu... Ini cincinnya!" ujar Count Hadley sambil memberikan cincin Pink Mazarin itu kepada Levon Smith.
"Sh*t!... Berani sekali Anda membawa-bawa cincin berharga ini kesana kemari, Count!" umpat Levon Smith kesal.
"Memangnya, dimana lagi tempat teraman untuk menyimpan cincin itu? Kita saja bisa mencurinya dari Museum The Met, maka orang lain juga akan bisa mencurinya dariku..." ujar Count Hadley acuh.
"Sini.... Aku coba lihat dulu!" pinta Levon sambil menjulurkan tangannya.
Count Hadley menatap rekannya dengan ragu, dia mengachkan tangan kotor yang terulur kepadanya.
"Anda pikir, aku akan merampasnya? Jujur saja, Count... Aku sudah mulai muak dengan semua cara-cara anda!" geram Levon Smith kepada Count Hadley.
"Woaah! Tenang, Smith... Jangan marah! Kita tidak boleh bertengkar. Ayo, kita ke jendela untuk melihat keindahan cincin berlian ini dengan jelas. Nih, arahkan cincin itu ke lampu..." ujar Count Hadley meredakan amarah Levon Smith.
"Oke.... Terima kasih..." ujar Levon sumringah.
Ketika Levin Smith ingin mengarahkan cincin itu ke lampu yang berada di dekat jendela, tiba-tiba Danaya melompat keluar dari balik hordeng dan langsung merebut cincin berlian itu.
Danaya menggenggam berlian itu di satu tangannya, sedangkan tangannya yang lain mengacungkan senjata ke arah kepala Count Hadley. Kedua penjahat itu terhuyung mundur karena terkejut. Sebelum mereka sadar dengan apa yang terjadi, Danaya sudah menekan bel listrik yang berada di dekatnya.
"Jangan coba-coba melawan Tuan-tuan... Saya mohon, jangan melawan! Akan sangat disayangkan jika perabotan rumah saya yang bagus ini menjadi rusak! Posisi kalian tidak menguntungkan, sadarlah! Polisi sudah berada dibawah untuk menjemput kalian..." ujar Danaya sambil terus menodongkan senjatanya.
Karena terperanjat, Count Hadley sampai bisa menguasai amarah dan ketakutannya.
"Ba...ba... bagaimana bisa?!" ujar Count Hadley masih terkejut.
"Ya, bisalah! Danaya adalah seorang Detektif cerdik dan cerdas... Hahahahaha!" ujar Danaya sambil tertawa sombong.
Count Hadley langsung melakukan gerakan menyerah kalah.
"Anda sungguh sangat luar biasa, Danaya! Saya percaya jika Andalah si Iblis itu sendiri..." ujar Count Hadley pasrah.
"Anda benar... Saya dan si Iblis berdiri berdampingan..." ujar Danaya dengan smirk ciri khasnya.
Selagi Danaya dan Count Hadley berbincang, otak Levon Smith yang lamban mulai mencerna apa yang terjadi. Terdengar suara langkah-langkah tegas memecah keheningan di ruangan itu.
"Po...polisi?" ujar Levon Smith gagap.
Para polisi itu menyerbu masuk, lalu terdengar suara gemerincing borgol yang dikatupkan.
"Cling.... Cling..."
Kedua penjahat itu pun digiring ke sebuah mobil yang menunggu di luar rumah mereka. Cecilia duduk di sofa bersama Danaya, sambil memberikan ucapan selamat atas keberhasilannya dalam menangkap si pencuri berlian langka itu.
Tiba-tiba, percakapan mereka terganggu dengan masuknya Estrella yang membawa sebuah nampan berisi kartu nama.
"Lord Osbert, Nona..."
"Persilahkan dia masuk, Estrella. Dia adalah wakil resmi pejabat tinggi Kerajaan Inggris yang berada di Amerika. Orangnya baik dan sangat setia, tapi agak sedikit konservatif. Gimana kalau kita bersandiwara sedikit? Dia tidak tahu-menahu tentang apa yang terjadi soalnya..." ujar Danaya kepada Cecilia sambil mengerlingkan mata indahnya.
"Serah loe aja, Dany! Hahahaha..." jawab Cecilia sambil terbahak.
Tidak lama kemudian pintu ruangan kami terbuka, masuklah sosok berperawakan kurus yang anggun. Danaya mendekatinya sambil menjabat tangannya dengan ramah, namun lelaki itu tidak menanggapi.
"Apa kabar, Lord Osbert? Hawa diluar memang sangat dingin, tapi di dalam sini terasa hangat. Apakah saya boleh membuka mantel Anda?" sapa Danaya ramah sambil tersenyum.
"Tidak usah, terima kasih! Saya tidak ingin membukanya," jawab Lord Osbert tegas.
Danaya tetap keukeuh dengan cara memegangi lengan mantel Lord Osbert.
"Izinkan saya, Lord! Rekan saya Cecilia, pasti akan menyarankan demikian juga. Mengingat perubahan suhu yang bisa membahayakan kesehatan kita," ujar Danaya bersikeras.
Bangsawan itu mengibaskan tangan Danaya yang berada di lengan mantelnya dengan kesal.
"Saya tidak akan lama di sini... Saya hanya ingin melihat perkembangan tugas yang dipercayakan kepada Anda," ujar Lord Osbert lugas.
"I...itu sebuah tugas yang sangat sulit, Lord... Sangat sulit sekali..." ujar Danaya dengan wajah sendunya.
Cecilia hanya bisa diam dan menahan tawanya melihat kelakuan Danaya yang susah ditebak.
"Haaah! Saya sudah menduganya!" ujar Lord Osbert dengan nada mencemooh.
Tiba-tiba tawa Cecilia meledak melihat sikap si tua bangka yang sombong itu.
"Whuahahahahahahaha...."
"Upppsss! Sorry... Sorry, Lord! Saya sudah tidak bisa menahan ketawa atas drama yang rekan saya mainkan... Hahahahaha" ujar Cecilia sambil terus tertawa.
"Drama? Apa maksud anda?" tanya Lord Osbert bingung.
"Haaah! Sudahlah....Cia, loe gak asik ah! Dasar teman la*nat! Huuuuh!" ujar Danaya sambil memberengut kesal.
"Hahahahaha...! Silahkan masukkan tangan Anda ke arah kantong mantel sebelah kanan, Lord..." ujar Cecilia setelah menghentikan tawanya.
"Apa maksud Anda, Miss. Cia?" tanya Lord Osbert tambah bingung.
"Oh, come on! Lakukan saja seperti apa yang saya minta, Lord..." jawab Cecilia acuh.
Tidak lama kemudian, Lord Osbert terpaku melihat sebuah cincin berlian ditangannya yang gemetar.
"A...a...apa ini? Bagaimana bisa ada di saku mantel saya? Apa maksudnya dengan semua ini, Miss. Dany?" tanya Lord Osbert tergagap.
"Maafkan rekan saya, Lord Osbert... Dia sekalinya bercanda, sangat keterlaluan! Hehehehe. Selain suka menciptakan suasana dramatis, dia tadi yang memasukkan cincin berlian itu ke saku mantel Anda, pada awal Anda datang..." ujar Cecilia menjelaskan sambil meminta maaf.
"Ya... Maafkan saya, Lord Osbert..." sambung Danaya sambil tersenyum konyol.
Lord Osbert menghela nafas lega... Lalu dia dia berbicara...
"Saya jadi penasaran, Miss. Dany... Tapi...Ya... Ini adalah cincin berlian Pink Mazarin yang asli. Pihak Museum sangat berhutang budi kepada kalian, khususnya anda, Miss. Dany. Saya memang menganggap lelucon Anda tadi kurang pantas, namun saya ingin menarik kembali ucapan saya tentang kemampuan Anda. Bagaimana...." ucapan Lord Osbert terhenti.
"Kasus ini sudah selesai dengan sempurna dan saya akan mengirimkan rinciannya kepada Anda. Saya sangat yakin, sukacita atas penemuan berlian berharga ini akan menggantikan rasa kesal anda terhadap lelucon saya, Lord Osbert..." ujar Danaya memotong ucapan Lord Osbert sebelumnya.
"Baiklah!... Estrella, antar tamu kita keluar... Lalu kamu siapkan makan malam dengan menu istimewa, karena kita akan merayakan atas terselesaikan kasus ini drngan sempurna!" teriak Danaya kepada Estrella.
"Baik, Nona...!"
...----------------...