NovelToon NovelToon
Memeluk Luka

Memeluk Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Cinta setelah menikah / Pengganti / Cerai / Keluarga / Angst
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: fromAraa

terkadang tuhan memberikan sebuah rasa sakit kepada para hambaNya sebagai perantara, agar mereka lebih dekat dengan tuhannya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fromAraa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

jiwa yang hilang

"menghalau kesepian yang datang itu sudah menjadi keahlian diriku sejak dahulu...namun jika harus menghalau rasa sesak dan sakit saat aku kehilangan mu, lantas aku harus bagaimana? harus ku apakan rasa itu? aku tak tahan jika harus berdampingan hidup dengan rasa seperti itu hingga mati"

✓✓✓

5 bulan setelah kepergian nilam, setiap hari yang dilewati hanyalah dianggap angin oleh jovandra. hidupnya kembali monoton seperti sedia kala, saat dirinya belum bertemu dengan nilam.

bekerja adalah satu-satunya kegiatan yang bisa membuat jovandra melupakan sosok wanita nya sejenak.

jovandra selalu memantapkan hati bahwa dirinya sudah melapangkan hatinya atas kepergian nilam, sedikit menyangkal bahwa dirinya merindukan sosok wanita itu, tapi semuanya sirna saat jovandra datang ke pusara nilam.

rasa sesak dan rasa sakit yang begitu menyiksa, mereka selalu mendatangi jiwa milik jovandra saat laki-laki itu berkunjung ke pusara. seakan semesta tak mengizinkan dirinya untuk hidup normal kembali seperti yang lainnya.

sering kali terbesit di pikirannya, "duniaku berhenti saat wanita yang aku cintai pergi dariku untuk selamanya, tapi dunia masih tetap berjalan seperti biasanya seperti tak ada duka didalamnya"

seharusnya memang begitulah aturan dunia yang sesungguhnya, dan jovandra menyadari akan hal itu. namun dirinya selalu saja egois dan ingin dimengerti oleh semesta.

terlalu asik melamun memikirkan segala hal yang seharusnya tak dipikirkan, jovandra sampai tak menyadari seorang laki-laki seumuran dirinya berdiri tak jauh dari tempat duduk nya itu.

"mau sampe kapan lo ngelamun kaya gini jo?"

dia adalah jerry, satu-satunya orang yang selalu merangkul jovandra selain mbak sani dan pak tarno.

jovandra tersadar dari lamunan nya, menghela nafasnya kasar lalu kembali melihat sebuah dokumen yang perlu ia tanda tangani untuk mengelak ucapan jerry barusan.

jovandra paham betul maksud dari ucapan sahabatnya barusan, itu kenapa ia memilih untuk diam dan fokus dengan pekerjaannya.

"gimana kalo kita ke psikiater?"

tanpa basa-basi, jerry langsung mengutarakan maksud kedatangannya ke kantor jovandra.

jovandra yang merasa menjadi lawan bicara orang di depannya itu langsung mengalihkan atensinya kepada jerry,

"kenapa harus kesana? gue ngga se-gila-itu ya jer"

balas jovandra sedikit menekankan kata terakhirnya itu, membuat sang lawan bicara terkekeh gemas atas jawaban jovandra.

"kenapa lo ketawa? apa yang lucu? kayanya yang harus ke psikiater itu lo bukan gue"

jerry semakin tergelak dibuatnya, menggeleng tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh laki-laki jangkung pemilik perusahaan ekspedisi itu.

"dateng ke psikiater itu belum tentu gila jo, justru kita kesana itu biar ngga gila"

jovandra sudah mulai mendidih mendengar perkataan jerry

"kalo gitu lo aja yang dateng kesana, gue liat-liat lo juga udah kena gejala gangguan jiwa"

jerry tak henti-hentinya menertawai tanggapan jovandra. perlahan berjalan menghampiri jovandra yang masih duduk manis di atas kursi kebesaran miliknya itu.

tawa jerry kian menghilang, digantikan oleh raut wajah yang serius, membuat jovandra juga ikut serius menanggapi hal tersebut.

"kalo emang lo sehat, ayo kita buktiin buat konsultasi ke psikiater jo. ngga cuma lo, gue juga akan ikut konsultasi biar lo ngga ngerasa gila sendiri!"

jerry memilih untuk meninggalkan ruangan jovandra setelah mengatakan hal tersebut. meninggalkan sang pemilik ruangan dengan keadaan heran, dirinya masih belum faham dengan apa yang diucapkan oleh sahabat karib nya itu.

menimang-nimang atas apa yang telah diucapkan oleh jerry dalam pertemuan mereka kali ini, antara serius atau hanya untuk bercanda gurau saja?

jerry tetaplah jerry, jovandra sudah mengenal jerry sejak dulu. laki-laki keturunan amerika itu tak akan pernah mengatakan omong kosong keada orang lain apalagi di tengah-tengah kesibukan yang sedang dijalani oleh keduanya.

lagi-lagi jovandra dibuat melamun oleh hal-hal yang tak wajib difikirkan oleh nya.

ia menggelengkan kepala berulang, mencoba menyesap secangkir ekspresso miliknya yang belum lama ia buat, berharap bisa fokus kembali dengan pekerjaan yang menumpuk diatas meja kerjanya.

✓✓✓

sore ini jakarta diguyur hujan yang cukup lebat. namun hal itu tak melunturkan niat seorang jovandra rahandika wicaksono untuk mengunjungi pusara sang istri.

kaki jenjangnya berjalan memasuki area pemakaman umum di daerah jakarta selatan. membawa satu bucket bunga mawar putih yang ia rengkuh di sebelah kanan kirinya, jemari nya ia gunakan untuk membawa sebuah payung berwarna hitam yang besarnya hanya cukup untuk dirinya berlindung dari lebatnya hujan sore ini.

setelah sampai ke tempat yang ingin ia tuju, laki-laki jangkung itu meletakan bucket bunga yang ia bawa diatas pusara yang bertuliskan nama nilam agatha.

menarik nafasnya perlahan yang mulai terasa sesak di dalam sana. mencoba menahan diri agar tak menangis kali ini.

"maaf karna mas selalu dateng kesini la"

setelah mengatakan itu, jovandra mencium ujung batu nisan itu, lalu pergi meninggalkan area pemakaman tersebut.

✓✓✓

mobil milik jovandra memasuki pekarangan rumahnya, diparkirkan dengan apik oleh tuannya. jovandra keluar dari mobil, sedikit berlari menghindari air hujan untuk masuk ke dalam rumah.

"loh mas andra kok basah kuyup begitu?"

tanya mbak sani yang tak sengaja berpapasan dengan jovandra setelah merapikan baju-baju miliknya.

"tadi mampir ke tempat lain dulu mbak, payungnya kekecilan buat saya, jadi basah"

jawab jovandra dengan senyuman khasnya. mbak sani hanya bisa geleng-geleng, memang sekecil apa payungnya hingga tak muat untuk melindungi tubuh jangkung itu, pikirnya.

"ya sudah mas andra bersihin badan dulu saja biar mbak sani buatkan sup untuk makan malam"

jovandra mengangguk, menuruti perintah mbak sani tanpa basa-basi.

setelah membersihkan dirinya, jovandra yang sudah memakai baju itu duduk di tepi ranjang, berniat mengeringkan rambut basahnya.

tiba-tiba ucapan jerry saat di kantor tadi siang kembali memenuhi pikirannya.

"apa iya aku harus ke psikiater?"

Jovandra memandangi sebuah roomchat nya dengan jerry. Laki-laki itu hanya terdiam ketika jerry mengirim sebuah nomor kontak milik salah satu teman kuliahnya yang kebetulan ber profesi sebagai dokter psikiater di jakarta.

Harus diapakan kontak ini? Apakah aku harus menghubungi nya dan mengatakan semua yang terjadi disini? Atau tak perlu datang kepadanya?

Hatinya benar-benar bimbang. Di satu sisi, ia ta siap jika harus meraung-raung di depan orang lain karna menceritakan segala yang ia rasakan. Tapi disisi lain, jovandra juga ingin sekali menemukan titik terang tentang jalan hidupnya disini.

Sebenarnya ia sudah tau bagaimana cara kerja dokter psikiater. Tapi tetap saja, mungkin kali ini memang ia membutuhkan seseorang yang bisa mendengarkan segala sesuatu yang sudah lama ia pendam sendirian.

"Mas andra belum tidur?"

Suara mbak sani membuyarkan lamunan jovandra. Mbak sani adalah satu-satunya orang yang kini jovandra miliki. Jovandra sudah tak ingin lagi tau tentang keberadaan maupun kabar tentang ayahnya. Ia sudah tak ingin mengulik luka lama yang selalu berusaha ia pendam sedalam mungkin tanpa ada yang bisa mengetahui segalanya.

"Belum mbak, abis mandi pengen ngopi bentar" jawab jovandra

"Mbak sani juga belum tidur?"

"Saya kebangun mas karna dapet telfon dari anak yang di kampung"

Jovandra mengangguk. Namun saat mbak sani berniat kembali ke kamarnya, jovandra menghentikan langkah wanita itu.

"M-mbak sani?"

"Njih cah bagus? Butuh sesuatu?"

"Aku mau tanya sesuatu boleh?"

Mbak sani tak menjawab, tapi beliau mulai berjalan ke arah jovandra yang sedang duduk di kursi ruang makan itu. Jovandra mempersilahkan wanita paruh baya itu untuk duduk di kursi yang jaraknya tak jauh darinya.

"Saya..." Jovandra berhenti sejenak, tak begitu yakin akan pertanyaan yang ingin diutarakan kepada mbak sani.

"Tidak usah sungkan, katanya sudah menganggap saya sebagai ibu..."

"Mbak...tadi siang jerry bilang kalau saya harus dateng ke psikiater. Siapa tau saya bisa lebih legowo buat cerita sesuatu yang tidak bisa di ceritakan ke orang lain"

Mbak sani tersenyum lembut, "cah bagus...sebenarnya tidak ada salahnya ucapan mas jerry. Mungkin memang njenengan butuh tempat buat cerita semua keluh kesah yang belum bisa diceritakan kepada orang lain. Tapi semua itu kembali lagi sama pilihan njenengan, kalau seandainya njenengan belum legowo untuk datang kesana, ya tidak usah. Lain kali saja kalau mas andra sudah benar-benar siap"

Jovandra hanya diam, benar kata mbak sani...

To be continued...

1
Yaka
best quote🖐️🔥
Tajima Reiko
Aku jadi terbawa suasana dengan ceritanya, bagus sekali! ❤️
fromAraa: terima kasih/Pray//Pray//Pray/
total 1 replies
Shinn Asuka
Kakak penulis, next project kapan keluar? Aku udah kangen!
fromAraa: nanti yaaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!