NovelToon NovelToon
Mawar Merah Berduri

Mawar Merah Berduri

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nur Aini

Mawar merah sangat indah, kelopak merah itu membuatnya tampak mempesona. Tapi, tanpa disadari mawar merah memiliki duri yang tajam. Duri itulah yang akan membuat si mawar merah menyakiti orang orang yang mencintainya.

Apakah mawar merah berduri yang bersalah? Ataukah justru orang orang yang terobsesi padanyalah yang membuatnya menjadi marah hingga menancapkan durinya melukai mereka??!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19 Hunting

PUNCAK.

"Ya, kita telat In. Sekarang sudah panas. Mataharinya sudah tinggi." ujar Adit.

"Tapi pemandangannya tetap bagus kok, Dit. Meski mataharinya terik, hawanya dingin."

"Namanya juga di puncak, sayang."

Adit terus memetik kameranya kesegala arah untuk mendapatkan view yang bagus. Tapi, lagi lagi kameranya terarah pada satu titik fokus yaitu Inne.

Inne tidak menyadari dirinya di foto. Karena memang Adit sangat suka memoto Inne dengan cara mencuri seperti ini. Hasilnya jadi lebih bagus saja menurutnya.

"Dit, lihat deh burung itu!" Tunjuk Inne kelangit, dimana diatas sana ada segerombolan burung terbang membentuk formasi melingkar.

Adit pun menghampiri Inne yang malah memilih duduk di kursi kayu panjang di bawah pohon beringin.

"Udah aku foto kok, tapi gak bagus cahayanya terlalu terang."

"Bagus dong kalau cahayanya terang."

"Gak lah, In. Jadinya nge blur gitu."

"Oh gitu."

Adit mengganti lensa kameranya. Karena merasa yang tadi kurang bagus.

"Wuih, ada lensa baru nih."

"Iya dong."

"Banyak amat koleksinya pak."

"Harus, In. Lagian aku tu suka banget sama yang namanya fotografi. Jadi, aku harus punya lensa yang bagus supaya hasilnya juga bagus."

"Iya deh, yang banyak uang."

"Bukannya karena banyak uang, sayang. Tapi aku mencintai dunia fotografi. Jadi aku harus punya yang terbaik dong."

"Iya deh."

Adit kembali berdiri, dia mulai memetik kameranya lagi. Inne pun tidak tinggal diam, dia memotret pemandangan menggunakan kamera hp nya.

Saat Inne berdiri di sana, lensa kamera Adit kembali tertuju padanya.

Cekrek

Saat itu juga Inne menyadari Adit memotonya.

"Adit ih. Kalau mau foto bilang dong, supaya aku berpose yang bagus gitu." rutuk Inne mendekati Adit untuk melihat fotonya.

"Aku lebih suka pose yang tak sengaja seperti ini." Memperlihatkan hasil foto nya pada Inne.

"Wihhh, bagus. Kok bisa?"

"Iyalah, apa tadi aku bilang."

"Eh tapi benaran bagus loh, Dit. Apa karena lensanya bagus kali ya."

Adit menahan senyumnya, dia salah tingkah saat mendapat pujian seperti itu dari Inne.

"Buat aku ya foto ini."

"Bayar dong."

"Ih kok gitu?"

"Iyalah foto ini mahal."

"Terus kamu mau aku bayar gitu?"

"Iya."

"Memangnya aku siapa?" tanya Inne.

"Siapa?"

"Pacar kamu lah. Masak pacar sendiri harus bayar."

Adit menahan rasa senangnya saat ini. Dia seakan merasakan begitu banyak kupu kupu disekitarnya. Adit sangat bahagia saat Inne mengaku sebagai pacarnya. Itu sungguh hal yang langka.

Inne tipikal cewek yang cuek. Jarang mengungkapkan rasanya pada Adit. Jadi, sekalinya Inne seperti ini, membuat Adit meleleh.

"Ya udah, kamu harus bayar dengan yang lain deh."

"Bayar dengan apa?"

Adit menyentuh pipinya.

"Enak aja. Gak mau." tolak Inne.

"Ih sayang kok gitu." Adit cemberut.

Inne geli melihat Adit bertingkah manja seperti itu.

Cuppp

Mata Inne membola saat Adit yang malah tiba tiba mencium pipinya.

"Adit!!"

"Dikit doang sayang." Sahut Adit yang mulai berlari.

Inne tidak tinggal diam, dia pun mengejar Adit. Dua sejoli yang kasmaran itu saling kejar mengejar ditengah teriknya matahari dan ditengah tengah hembusan angin pegunungan yang menyejukkan.

"Udah ah capek." Inne kembali duduk.

"Sama." Adit ikut duduk disamping Inne. Bukan Adit namanya kalau dia hanya duduk saja. Tentu saja Adit malah berbaring dengan menjadikan pangkuan Inne sebagai bantalan.

"Aku lihat foto ya, Dit." Meraih kamera ditangan Adit.

Inne mulai melihat hasil jepretan Adit. Yang ternyata lebih banyak foto dirinya dari pada foto pemandangan.

"Katanya mau foto pemandangan indah, ini kok foto aku semua, Dit?"

"Hmm, itu karena kamu selalu ada disetiap pemandangan indah yang aku lihat." jawab Adit dengan matanya yang terpejam.

"Gombal." Inne merona. Dia salah tingkah saat ini. Dia benar benar tidak menyangka ternyata Adit secinta itu sama dia.

Saat sedang dalam suasana seperti ini, Inne teringat tentang apa yang telah dia lakukan pada Adit. Bayangan kebohongannya dan saran dari abang Marlo pun teringat jelas dalam pikirannya.

"Dit..."

"Hmm."

Inne tampak ragu untuk bicara. Tapi dia berencana untuk memberitahu Adit tentang Brian.

"Tentang Brian..."

"Kenapa malah tiba tiba membahas dia sih. Mood aku lagi bagus saat ini, In. Mendengar namanya membuat bad mood." ucap Adit tanpa membuka matanya.

"Maafkan aku, Dit." Batin Inne.

Lalu, tangannya dia bawa untuk mengusap kepala Adit.

"Lapar gak, In?" tanya Adit.

"Iya, lapar."

"Ya udah, kita cari makan dulu yuk." Adit bangkit dari posisi berbaringnya.

"Ayok."

Adit meraih tangan Inne, lalu satu tangannya memegang kameranya.

"Mau makan apa?"

"Terserah kamu deh, Dit."

"Pecel lele?"

"Gak mau ah bosan."

"Iga bakar?"

"Boleh deh."

"Oke, kita cari tempat makan iga bakar."

Mereka menuju tempat makan yang suasananya sangat indah dan sejuk. Inne sangat suka tempat ini. Dan Adit pun membali menggunakan kameranya untuk mengabadikan pemandangan indah didepan matanya, yaitu senyuman bahagia Inne Aprilia.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!