MUSUHKU MENJADI SUAMIKU

Albian gegas menjauhkan Keyra dari Arvan, pria yang telah menubruk Keyra tersebut.

"Apa kabar saudara sepupu?" tanya Arvan dengan tersenyum.

Namun Albian mengabaikannya. Dia terus menarik tangan Keyra menuju kantin.

"Dia sepupumu?" tanya Keyra.

"Secara garis keturunan? iya!"

"Emangnya mau di tarik dari garis mana lagi?" keluh Keyra.

"Jangan membahas tentang dia lagi! Nanti nafsu makanmu berkurang."

Keyra mengernyitkan keningnya dan mencoba memahami maksud dari ucapan Albian. "Apa kau tidak akur dengan sepupumu?"

"Sudah aku katakan, jangan bahas tentang dia lagi!" tukas Albian dengan menaikkan intonasi bicaranya.

"Hm, baiklah."

Baru saja Keyra dan Albian melangkah masuk ke dalam kantin, mereka pun langsung di sambut oleh Rudy. "Apa kalian sudah berbaikan?" tanya Rudy.

"Flo telah mencarimu kemana-mana. Apa kau sudah bertemu dengannya?" ujar Albian, mengabaikan pertanyaan Rudy.

"Biarkan saja dia - "

"Apa kau benar-benar akan mengabaikanku?" sela Florin yang datang dengan tiba-tiba.

"Maaf, bro. Aku tidak akan ikut campur", kata Albian seraya membawa Keyra pergi.

Sementara Rudy harus mengejar Florin yang telah bergegas pergi meninggalkannya.

"Pffft... " Albian menahan tawanya kala melihat Rudy kelabakan menghadapi sang pacar.

"Apa kau golongan orang yang senang melihat orang susah?" tanya Keyra kesal.

"Bukan!" jawab Albian tegas. "Jangan hiraukan mereka! Bukankah tadi kau sudah sangat lapar? Ayo, kita ke meja sana!" tunjuk Albian pada salah satu meja kosong.

"Hm, baiklah", jawab Keyra menuruti ucapan Albian. Mereka pun berjalan bersama menuju meja kosong itu. Namun siapa sangka Keyra hampir saja terjatuh karena kaki seseorang hendak menjegalnya.

"Apa kau tidak punya cara baru untuk membuat orang celaka?" Sergah Albian yang berhasl menahan bobot tubuh Keyra.

Sontak mahasiswi berambut panjang itu ketakutan menatap sorot tajam netra Albian. "Bu- bukan aku", katanya dengan gugup.

Namun Albian mengabaikan ucapannya. Albian gegas membawa pergi Keyra menuju meja yang telah dia tunjuk sebelumnya.

"Terimakasih", jawab Keyra kala bokongnya berhasil menempel di kursi.

"Untuk apa?"

"Menolongku dari rasa malu! Jika saja kau tidak sigap membantuku, mungkin aku sudah jatuh dan terjerembab di lantai."

"Lalu?"

Keyra mengernyitkan keningnya, mencoba mencerna pertanyaan singkat Albian. "Lalu apa?" ulangnya.

"Iya! Apa kau tidak berniat membalasnya?"

"Apa yang kau inginkan?" tanya Keyra seraya bangkit berdiri.

"Kenapa kau berdiri?"

"Aku akan mentraktirmu makan. Cepat katakan kau ingin makan apa? Aku akan memesannya untukmu."

Albian menghela nafas berat seraya menatap Keyra. "Terserah kau saja!"

"Oke, jangan menyesal ya!" ujar Keyra mengingatkan. Lalu dia pergi memesan makanan.

Setelah 5 menit menunggu, Keyra datang dengan nampan ditangannya.

"Ini buatmu!" kata Keyra yang membuat Albian melongo.

"Ini? Apa maksudmu?"

"Aku sudah mengingatkanmu! Sudah terlambat untuk menyesal!" tukas Keyra.

"Tapi tidak - "

"Shhhtttt... Dilarang ribut saat makan!"

Albian gegas menukar mangkuk miliknya dengan milik Keyra.

'Hei! Kenapa kau menggantinya?" kesal Keyra.

"Perut kosong tidak baik di isi dengan bakso pedas. Sebaiknya kau makan bubur ayam. Itu lebih sehat", sahut Albian dengan tersenyum.

"Kembalikan baksoku!" Keyra berdiri dan mencoba mengambil kembali mangkuk baksonya, namun Albian telah lebih dulu memakannya.

"Apa kau mau?" tanya Albian saat mulutnya masih penuh dengan bakso.

Keyra hanya bisa pasrah seraya menelan salivanya. "Buat kamu aja deh", katanya kala bokongnya telah menempel kembali di kursi. Lalu tangannya gegas mengusap perut kecilnya yang kembali berbunyi. "Sepertinya aku harus memakan bubur ayam ini! Sudah tidak sempat untuk menggantinya", lanjutnya dengan memasukkan sesuap demi sesuap bubur ayam.

Albian merasa sedikit bersalah kala melihat ekspresi menyedihkan Keyra. "Hm Kei, bagaimana jika aku mengganti baksomu?"

"Tidak perlu!"

"Apa kau yakin? Aku tidak mau saat kita pergi fitting baju nanti, kau masih kelaparan."

Uhuk, uhuk.

Keyra tersedak kala baru saja meneguk segelas air minum.

"Hati-hati Kei!"

Keyra menepuk-nepuk dadanya. Lalu setelah dia merasa baikan, dia pun menatap Albian dengan serius. "Apa yang sudah kau katakan? Bagaimana kalau ada yang mendengarnya?" tanya Keyra dengan setengah berbisik.

"Apa kau berniat untuk merahasiakannya?" tanya Albian balik.

"Apa kau pikir aku akan mengumumkannya dan menjadikannya trending topic di mading kampus ini?" balas Keyra dengan nada kesal.

"Terserah kau saja!" jawab Albian seraya bangkit berdiri.

"Hei, kau mau kemana?"

"Jika kau ingin merahasiakannya dari orang-orang, bukankah sebaiknya kita tidak boleh sering terlihat bersama?"

Menurut Keyra apa yang dikatakan Albian sedikit masuk akal. "Iya, tapi tadi kita kan datang bersama."

"Lalu, apa ada yang mengharuskan kita pulang bersama?"

Keyra membisu mendengar jawaban Albian.

"Lima menit lagi kau ada kelas. Jangan kelamaan bengong! Nanti terlambat!" ujar Albian seraya berjalan menjauhi Keyra.

Mendengar ucapan Albian, Keyra bergegas bangkit dari tempat duduknya dan mengejar langkah Albian.

"Kau pasti sengaja membuatku terlambat kan?" tuduh Keyra kala langkahnya telah sejajar dengan Albian.

Albian menoleh dan sedikit menunduk. "Jangan suka berprasangka buruk pada orang lain, supaya orang lain pun tidak berprasangka buruk padamu!" katanya seraya meninggalkan Keyra.

"Hei! Siapa yang berprasangka buruk?" teriak Keyra. Namun Albian mengabaikan ucapan Keyra.

*-*

Setelah mata kuliah terakhir selesai, Keyra bergegas pergi menemui Albian. Dia berlari menuju kelasnya Albian. Tiba-tiba seseorang memanggil namanya.

"Kei!" panggil seorang pria dari arah belakang Keyra.

Sontak Keyra menoleh ke belakang. Lalu mencoba mengingat pria yang ada dihadapannya. "Kau, Arvan kan?"

"Wah, ternyata sepupuku itu tidak sejahat yang aku pikirkan. Dia sudah memperkenalkanku padamu", sahut Arvan dengan tersenyum.

"Maaf, aku sedang sibuk!"

"Tunggu dulu!" seru Arvan hingga menghentikan langkah Keyra.

Namun Keyra mengabaikannya. Dia tidak ingin di sebut sebagai orang yang tidak menepati janji oleh Albian.

"Apa kau tidak ingin mengetahui alasan Albian mau menikah denganmu?"

Alasan apa lagi? Bukankah pernikahan ini terjadi karena hutang budi keluargaku? Tanya Keyra dalam batinnya. Namun dia sedikit penasaran dengan ucapan Arvan.

Arvan tersenyum kala Keyra membalikkan badannya.

"Aku hanya punya waktu 5 menit. Cepat katakan apa alasannya?" tukas Keyra.

"Galak amat non!" sahut Arvan dengan tersenyum. 'Aku akan mengatakannya, tapi tidak di sini", lanjut Arvan yang membuat Keyra mendelik.

Sikapnya mencurigakan. Apa aku harus percaya pada ucapannya? Batin Keyra ragu.

"Jangan takut Kei! Aku tidak akan melakukan apapun padamu!"

Siapa yang percaya pada orang sepertimu? Meski Albian dan aku tidak pernah akur, tapi aku merasa Albian masih lebih dapat di percaya. Batin Keyra.

"Kei! Kenapa bengong di sana? Apa kau tidak ingin tahu yang sebenarnya?" tawar Arvan dengan sedikit memaksa.

"Aku - "

"Jangan kuatir Kei", sela seseorang yang Keyra kenal. Lalu dia berjalan mendekati Keyra. "Biarkan aku ikut menemanimu", lanjutnya menawarkan diri.