"Rediscovering Love: A Tale Of Relationships"

Hari berganti, dan suasana di rumah terasa berbeda. Sebastian merasakan kehampaan yang menyelimuti rumah sejak kepergian Luna. Meskipun hatinya terasa berat, egonya sebagai seorang pria yang terluka membuatnya memutuskan untuk menjalani hari ini seperti biasanya. Dia tidak ingin menunjukkan kelemahannya, bahkan pada dirinya sendiri.

Sebastian bangun pagi-pagi seperti biasa. Dia menyiapkan diri untuk bekerja, berusaha sekuat tenaga untuk tidak memikirkan pertengkaran semalam. Di meja makan yang biasanya dipenuhi dengan percakapan pagi bersama Luna, kini hanya ada keheningan. Dia mengambil kopi dan sarapan seadanya, mencoba fokus pada rutinitasnya.

Saat berangkat ke kantor, Sebastian merasa seolah-olah ada beban yang menempel di pundaknya. Namun, dia menepis perasaan itu dan mengendarai mobilnya dengan tatapan kosong. Jalanan yang biasanya dilalui terasa lebih sunyi.

Di kantor, Sebastian mencoba mengalihkan pikirannya dengan pekerjaan. Tumpukan berkas dan rapat yang padat memberinya kesempatan untuk melupakan masalah pribadinya, meskipun hanya sementara. Namun, di setiap jeda, pikirannya kembali pada Luna, pada kata-kata kasar yang ia ucapkan, dan pada tamparan yang diterimanya.

Rekan kerjanya, yang biasanya menyambut dengan ceria, merasakan ada sesuatu yang berbeda dari Sebastian hari itu. Tatapannya kosong, dan senyumnya tidak setulus biasanya. Meskipun dia berusaha keras untuk fokus, beberapa kesalahan kecil tetap terjadi, sesuatu yang tidak biasa baginya.

Salah satu rekan kerja, Andi, yang juga sahabat dekatnya, menyadari perubahan ini. Saat makan siang, Andi mendekati Sebastian di kantin.

"Hei, Bas. Kamu baik-baik saja? Kelihatan berbeda hari ini," tanya Andi dengan nada prihatin.

Sebastian mencoba tersenyum, meskipun terasa dipaksakan. "Aku baik-baik saja, hanya sedikit lelah. Banyak pekerjaan yang harus diselesaikan," jawabnya singkat.

Andi mengangguk, tetapi tidak sepenuhnya yakin. "Kalau ada yang ingin kamu bicarakan, aku selalu siap mendengarkan, bro."

"Terima kasih." balas Sebastian, meskipun dia tidak merasa siap untuk membicarakan masalah pribadinya.

Sore harinya, setelah melalui hari yang melelahkan di kantor, Sebastian kembali ke rumah yang terasa lebih sunyi dari sebelumnya. Dia membuka pintu dan disambut oleh keheningan yang menyakitkan. Setiap sudut rumah mengingatkannya pada Luna, pada tawa dan percakapan mereka yang kini hanya tinggal kenangan.

Sebastian duduk di sofa, memandangi foto pernikahan mereka yang tergantung di dinding. Dia merasakan sesak di dadanya, dan untuk pertama kalinya sejak Luna pergi, dia membiarkan dirinya merasakan kesedihan yang selama ini ditahannya.

...****************...

Sebastian memasuki lokasi proyek baru dengan perasaan yang tidak baik. Dia merasa tegang dan khawatir tentang berbagai masalah yang mungkin dihadapinya di sana. Namun, sebagai seorang profesional, dia tahu bahwa dia tidak bisa menghindari tanggung jawabnya untuk meninjau pelaksanaan proyek tersebut.

Saat dia melangkah masuk, dia melihat seorang wanita muda yang tampak sibuk mengatur beberapa dokumen di meja depan. Tanpa memperhatikannya lebih jauh, Sebastian hanya memberikan tatapan singkat sebelum melanjutkan perjalanannya menuju lokasi proyek.

Wanita muda itu, yang ternyata adalah Sarah, anak Pak Arif, melihat Sebastian namun dia memilih untuk tidak mengganggu dan terus fokus pada pekerjaannya. Meskipun dia merasa penasaran dengan pria itu, dia merasa bahwa ini bukanlah saat yang tepat untuk mengenalkan diri.

Saat Sebastian mulai meninjau proyek dan berbicara dengan anggota timnya, dia terus merasa terganggu oleh kekhawatirannya dan tidak bisa benar-benar fokus pada pekerjaannya. Dia merasa tidak nyaman dan terus mencari-cari cara untuk mengakhiri kunjungannya secepat mungkin.

Sementara itu, Sarah terus sibuk dengan pekerjaannya, tetapi dia tidak bisa menghilangkan rasa penasaran tentang pria itu. Dia bertanya-tanya siapa orang itu dan mengapa dia terlihat begitu tegang.

Setelah beberapa saat, Sebastian dan Sarah secara tidak sengaja bertemu di lorong proyek. Mata mereka bertemu sejenak, namun Sebastian memilih untuk tidak mengajak bicara lebih lanjut dan melanjutkan perjalanannya.

Sarah merasa sedikit kecewa, namun dia mengerti bahwa mungkin ini bukanlah saat yang tepat untuk mengganggu pria itu. Dia kembali fokus pada pekerjaannya dan berharap suatu saat dia akan memiliki kesempatan untuk berbicara dengan Sebastian.

Ketika Sebastian meninggalkan lokasi proyek, dia merasa lega bahwa kunjungannya telah selesai dan dia dapat kembali ke kantor. Namun, ada perasaan yang aneh mengganggunya, seperti sesuatu yang tidak selesai.

Sementara itu, Sarah masih penasaran tentang pria itu.

............................

...Sampai jumpa di part selanjutnya guys 😋...