NovelToon NovelToon
AIRLANGGA 2 Dewaraja Ring Medang

AIRLANGGA 2 Dewaraja Ring Medang

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi / Fantasi Timur / Raja Tentara/Dewa Perang / Ilmu Kanuragan
Popularitas:71.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ebez

Hancurnya Istana dan Kotaraja Wuwatan Mas oleh serangan Ratu Lodaya membuat Prabu Airlangga harus mengumpulkan kembali keluarga dan para pengikutnya yang tercerai-berai. Satu tekad nya untuk mengembalikan kejayaan Kerajaan Medang, membuatnya harus membuat perjanjian dengan Dewa-dewa dari Kahyangan Suralaya tentang nasib anak keturunannya kelak.



Dukungan dari seluruh rakyat Medang juga keluarga besar nya membuat semangat Prabu Airlangga kembali membara untuk mengembalikan kejayaan Kerajaan Medang seperti para leluhur nya.



Berhasilkah Prabu Airlangga mengembalikan Kerajaan Medang seperti dahulu? Simak selengkapnya dalam kisah AIRLANGGA 2 Dewaraja ring Medang. Di jamin seru dan mendebarkan. Selamat membaca...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ebez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perawan Pakuwon Babat

Kepanikan langsung melanda hati para punggawa Istana Kambang Putih mendengar laporan dari telik sandi itu. Mereka sadar bahwa kekuatan Kerajaan Wuratan saat ini sedang melemah.

Sibuknya Kerajaan Sriwijaya yang menjadi penopang utama kerajaan kerajaan kecil boneka nya di Pulau Jawa dalam menanggulangi masalah penyerbuan dari Kerajaan Chola dari Jambudwipa membuat mereka menarik sejumlah besar pasukan yang disiagakan untuk mempertahankan negeri induk nya. Ini tentu saja membuat pertahanan kerajaan kerajaan kecil seperti Wuratan, Lewa, Wengker dan Lwaram hanya memiliki sejumlah kecil prajurit yang siap untuk berperang.

Rata-rata kerajaan kerajaan kecil seperti Wengker, Lewa dan Wuratan mengandalkan pasukan dari Kerajaan Sriwijaya untuk mempertahankan diri dari serangan musuh. Akan tetapi, di tariknya para prajurit Sriwijaya jelas saja membuat mereka melemah karena sedikitnya prajurit yang mereka miliki.

Selama ini mereka terlalu nyaman dengan perlindungan dari Kerajaan Sriwijaya hingga tak menyadari kalau bahaya besar dari Kerajaan Medang sedang mengintai keamanan mereka. Para pembesar kerajaan hanya berlomba-lomba untuk mengumpulkan harta benda di bawah kenyamanan perlindungan prajurit Sriwijaya.

Selain Tanggulangin yang telah ditaklukkan dan Lwaram, nyaris tak satupun kerajaan kecil merdeka ini memiliki angkatan perang sekuat Kerajaan Medang saat ini. Dan jika pasukan Medang menyerbu bisa dipastikan bahwa kekalahan mereka sudah ada di depan mata.

Prabu Wisnuprabhawa langsung bangkit dari singgasana dan muram seketika mendengar laporan Wadang dan Lodang yang ditugaskan sebagai mata-mata untuk Kerajaan Medang. Otaknya pun langsung berpikir keras tentang apa yang harus dilakukan untuk mempertahankan Kerajaan Wuratan.

"Patih Jayadrata, katakan apa kau punya cara untuk mengatasi masalah ini? ", raja bertubuh gempal ini menoleh ke arah Patih Jayadrata yang baru saja diangkat sebagai pengganti Patih Indrakelana yang terbunuh dalam penyerbuan ke Pertapaan Patakan tempo hari. Pria bertubuh kekar dengan kumis tebal itu langsung menghormat pada Prabu Wisnuprabhawa.

"Mohon ampun beribu ampun Gusti Prabu..

Kekuatan Wuratan saat ini hanya 20 ribu orang prajurit. Jika di paksa untuk melawan serangan dari pasukan Medang, mungkin kita hanya bisa bertahan di dalam benteng istana saja. Cara terbaik yang bisa kita lakukan untuk saat ini adalah dengan memerintahkan pada para akuwu dan Adipati untuk menahan serangan musuh. Jika tidak mampu mengalahkan, setidaknya mereka bisa mengurangi jumlah musuh hingga kita punya kemungkinan untuk mengalahkan mereka ", ucap Patih Jayadrata segera.

" Bukankah itu sama saja dengan kita mengorbankan nyawa rakyat, Gusti Patih?", ujar Mahamantri Marawijaya dengan nada kurang setuju dengan pendapat Patih Jayadrata.

"Kita tidak ada pilihan lain selain itu, Paman Mahamantri Marawijaya. Jika nanti kita bisa mengusir pasukan Medang, kita juga akan memberikan hadiah kepada mereka mereka yang sudah turut membantu kerajaan melawan musuh. Tidak ada yang dirugikan, bukan?", senyum licik terukir jelas pada wajah Patih Jayadrata. Mendengar jawaban itu, Mahamantri Marawijaya hanya mendengus dingin sedangkan Prabu Wisnuprabhawa manggut-manggut setuju.

"Aku sependapat dengan usulan mu, Patih Jayadrata..

Senopati Kanirih, cepat utus orang untuk menghubungi para akuwu dan adipati di wilayah Kerajaan Wuratan. Umumkan pada mereka untuk membentuk pasukan guna menghadang pergerakan pasukan Medang. Setiap keberhasilan akan ku hadiahi daerah simha dan bebas upeti selama 2 warsa ", Senopati Kanirih langsung menghormat kala titah Prabu Wisnuprabhawa ia dapatkan.

" Baik Gusti Prabu.. ", jawab Senopati Kanirih kemudian.

Setelah pisowanan itu rampung, Senopati Kanirih cepat mengirimkan utusan ke daerah-daerah bawahan Kerajaan Wuratan seperti Pakuwon Babat dan Kadipaten Widang yang bisa dipastikan akan menjadi jalan pergerakan pasukan Medang untuk segera mempersiapkan diri menghadapi pasukan Medang.

*****

Akuwu Babat, Mpu Danu, pagi itu duduk termenung di singgasana Pakuwon Babat. Hampir semalam suntuk ia tidak dapat memicingkan mata. Nampak beban pikiran berat sedang ia rasakan setelah menerima perintah dari Senopati Kanirih. Lelaki sepuh yang sudah kenyang makan asam garam kehidupan ini nampak beberapa kali menghela nafas panjang seolah-olah ingin melepaskan beban hatinya.

Ini tak luput dari perhatian Rara Anteng, putri sulungnya yang juga merupakan anak kesayangan nya. Putri yang juga merupakan salah satu prajurit Pakuwon Babat ini begitu paham dengan perubahan air muka sang penguasa Pakuwon Babat.

Rara Anteng adalah seorang pendekar wanita yang memiliki ilmu kanuragan tinggi. Selain parasnya yang cantik rupawan, dia juga merupakan calon penerus dari Pakuwon Babat karena keempat anak Akuwu Mpu Danu semuanya perempuan dan Rara Anteng adalah anak sulung.

Sudah banyak jejaka maupun putra bangsawan yang ingin menjadikan Rara Anteng sebagai istri namun perempuan cantik yang telah menginjak usia 2 setengah dasawarsa ini masih belum berniat untuk berumah tangga. Alasannya selalu dia ingin bersuamikan seorang pendekar yang mampu mengalahkan nya untuk dia jadikan sebagai pelindung kala nanti ia mewarisi tahta Pakuwon Babat.

"Ada apa Kanjeng Romo? Kenapa setelah menerima utusan dari Kedaton Kambang Putih kau seperti punya beban yang teramat sangat berat?", tanya Rara Anteng segera.

" Ada perintah dari Istana Kambang Putih untuk menahan pasukan Medang, Putri ku...

Meskipun ada hadiah besar yang dijanjikan, akan tetapi itu sama sekali tidak ada gunanya. Ini sama dengan bunuh diri", suara Akuwu Babat Mpu Danu terasa sangat berat. Putri Rara Anteng pun langsung mengerti apa yang tengah dirasakan oleh ayahnya.

"Aku mengerti Kanjeng Romo. Kalau itu sudah menjadi kewajiban Romo maka ijinkan saya untuk menantang pimpinan pasukan Medang dalam adu ilmu beladiri. Saya akan bertarung satu lawan satu dengan nya.

Jika saya menang, saya akan meminta mereka untuk mundur. Akan tetapi jika saya kalah maka Kanjeng Romo harus mengakui kedaulatan Medang atas tanah Babat juga bebas memperlakukan saya sesuai dengan keinginannya.

Ini semata-mata saya lakukan hanya untuk menghindari pertumpahan darah yang akan menghilangkan banyak nyawa orang yang tidak bersalah. Perang ini adalah simbol dari nafsu angkara para penguasa yang ingin melanggengkan kekuasaan di atas penderitaan rakyat. Bagaimana menurut Kanjeng Romo?", Rara Anteng menatap wajah sepuh Akuwu Mpu Danu lekat-lekat.

Hemmmmm...

Akuwu Mpu Danu menghela nafas berat seolah-olah ingin melepaskan beban berat di hatinya. Di satu sisi, ia ingin menyelamatkan para prajurit Pakuwon Babat yang tak mungkin menang melawan pasukan Medang sedangkan di sisi lainnya ia juga tidak ingin putri kesayangannya terluka. Namun sebuah keputusan harus ia ambil untuk kebaikan semua.

"Kalau itu yang menjadi keputusan mu, Romo Kuwu tidak bisa berkata apa-apa lagi..

Satu yang harus kamu ingat Ngger Cah Ayu, jika kamu sudah tidak mampu mengalahkan pimpinan pasukan Medang, maka cukup sudah jangan memaksakan diri. Ingat pesan Romo baik-baik", Akuwu Mpu Danu bangkit dari singgasana nya dan mengusap kepala Rara Anteng.

"Kanjeng Romo tidak perlu khawatir, Rara Anteng tahu apa yang harus dilakukan", usai berkata demikian, Rara Anteng menghormat pada ayahnya sebelum bergegas menuju keluar dari Pendopo Istana Pakuwon Babat.

Mengenakan kemben berwarna merah dengan selendang berwarna kuning di dada, Rara Anteng menyelipkan pedang di pinggang. Sepasang pedang pusaka yang cukup punya nama kondang di dunia persilatan Tanah Jawadwipa, Pedang Emas dan Pedang Perak. Begitu persiapan nya rampung, Rara Anteng segera bergegas naik ke atas kuda nya. Dia pun sekencang-kencangnya memacu kuda coklat itu ke arah selatan.

Saat matahari hampir sepenggal naik ke langit timur, Rara Anteng sampai di tapal batas wilayah Kadipaten Hujung Galuh yang masuk ke dalam Kerajaan Medang yakni Alas Ngimbang. Di padang rumput luas yang merupakan tapal batas wilayah, Rara Anteng melihat puluhan ribu orang prajurit Medang sedang bergerak menuju ke arah utara.

Terbayang apa yang akan dialami oleh para prajurit Pakuwon Babat jika mereka nekat menantang pasukan Medang, mereka akan lebur tanpa sisa. Bulu kuduk perawan Pakuwon Babat ini berdiri jika mengingat nya.

Dia segera menjalankan kudanya ke depan pimpinan pasukan Medang yang paling depan. Melihat seorang perempuan menghadang di tengah jalan mereka, Tumenggung Sakri yang menjadi ujung tombak pasukan Medang langsung mengangkat tangannya sebagai isyarat kepada para prajurit untuk berhenti.

Thhhhuuuuuuuuuttthhhhh!!

Bunyi terompet tanduk kerbau terdengar nyaring dan seketika itu juga seluruh pergerakan pasukan Medang berhenti seketika. Prabu Airlangga yang berkuda di tengah-tengah pasukannya langsung bertanya pada salah seorang perwira yang ada di dekatnya.

"Ada apa Juru Kanduruwan? Kenapa tiba-tiba pasukan berhenti disini?", tanya Prabu Airlangga segera.

" Hamba kurang tahu Gusti Prabu. Mohon izin untuk memeriksa.. ", Juru Kanduruwan menghormat sebelum bergegas menuju ke arah ujung pasukan. Dia langsung mendekati Tumenggung Sakri.

" Ada apa Gusti Tumenggung? Kenapa pasukan dihentikan disini?", mendengar pertanyaan itu, Tumenggung Sakri menunjuk ke arah seorang perempuan yang berdiri dengan pedang terhunus di tengah jalan.

"Itu penyebab nya, Ki Juru Kanduruwan. Ayo kita periksa", mendengar ajakan Tumenggung Sakri, Juru Kanduruwan segera mengangguk setuju. Sesampainya di depan perempuan cantik yang tidak lain adalah Rara Anteng, keduanya segera melompat turun dari kuda mereka masing-masing dan berjalan mendekati Rara Anteng.

"Heh perempuan, apa maksud mu berdiri di tengah jalan seperti ini hah? Minggir, jangan halangi kami", bentak Ki Juru Kanduruwan garang.

" Apa kau pimpinan pasukan Medang ini?", tak ada nada gentar sedikitpun pada suara Rara Anteng.

"Aku bukan pimpinan pasukan Medang, aku hanya seorang perwira berpangkat Juru. Namaku Ki Juru Ka...... ", belum sempat Ki Juru Kanduruwan selesai bicara, Rara Anteng langsung mengangkat tangan kanan nya.

" Cukup bicara mu. Aku hanya akan bicara dengan pimpinan pasukan Medang. Bukan dengan perwira rendahan seperti mu", potong Rara Anteng dengan ketus.

"Kurang ajar kau setan betina... ", Ki Juru Kanduruwan hendak menerjang ke Rara Anteng tapi langsung ditahan oleh Tumenggung Sakri.

" Jangan terpancing emosi, Ki Juru. Dinginkan kepala mu.

Heh perempuan berbaju merah, apa mau mu sebenarnya? Katakan saja terus terang ", Tumenggung Sakri menatap tajam ke arah Rara Anteng.

Mendengar pertanyaan Tumenggung Sakri, Rara Anteng menghela napas panjang sebelum berkata,

" Aku ingin menantang pimpinan pasukan Medang,

Satu lawan satu.. "

1
Asep Dki
bakalan tambag lgi selir nih airlangga..😆😆😆👍👍👍
andymartyn
gak terbayang bagaimana renggos, doyok ama Bancak kalau ngobrol pasti seru
Esther M
nambah bojo maning kang Ebez....sang Prabu mantabbb...
Idrus Salam
ternyata atas izin Prabu Airlangga, Tumenggung Sakri dapat menggunakan Pedang Naga Api yang menjadikan Mpu Sakri dikemudian hari adalah orang yang menyimpan Pedang Naga Api hingga ke tangan pemegang selanjutnya.
🐼𝒫𝒶𝓃𝒹𝒶𝓃𝒲𝒶𝓃𝑔𝒾
lo baca itu gak bangg @🗣🇮🇩Joe Handoyo🦅 Dyah KencanaWangi.. KencanaWangi.. ini kembaran gw bangg satu biyung tapi beda bopo 🤣 Pendekar berilmu tinggi pulaa.. bukan main dah aah 😊🤭😎
🗣🇮🇩Joe Handoyo🦅: Ouw... lain biyung lain bopo, bilang dong 😅
🐼𝒫𝒶𝓃𝒹𝒶𝓃𝒲𝒶𝓃𝑔𝒾: weh.. adek kembar gw tu... satu biyung lain bopo 😂😂
total 3 replies
🐼𝒫𝒶𝓃𝒹𝒶𝓃𝒲𝒶𝓃𝑔𝒾
ha ha ha.. /Facepalm/ /Facepalm/ /Facepalm/

Tumenggung mah bebaass kalo lagi marah, siapa coba yang berani bantah, apalagi ini Tumenggung Renggos, kumis nya aja serem gitu 🤣🤣
arumazam
seraanghhhh
saniscara patriawuha.
calon bojone sopo iku.... mang eBeezzzz
Eddy Airborne
mantap
Andbie
sip lanjut
Heryala Hery
Heaamm,nnt kamu Dyah kencanawangi jatuh cinta pulak sma Prabu Airlangga,mana mo nantang berkelahi pulak lagi.. 🤔🤔🤔👊🏾👊🏾👊🏾👊🏾👊🏾👊🏾
🗣🇮🇩Joe Handoyo🦅
Tuh kan kayu gak salah ditendang sama Tumenggung Renggos 😅
🗣🇮🇩Joe Handoyo🦅
Tumenggung Renggos jangan disuruh berpikir nanti timbulnya emosi, mending disuruh kerja aja pasti rampung 😁
Muchtar Albantani
nambah selir
AbhiAgam Al Kautsar
siagakan barisan
Windy Veriyanti
mung sak nyuk'an...wis entek...😁
to be continued
Nuno Devilito
tambah seru thor...trm ksh updetny
Eddy Airborne
lanjutkan
Windy Veriyanti
Salah satu ajian favoritku...Ajian Waringin Sungsang 👍👏
ajian yang nantinya dipakai oleh Panji Watugunung dan keturunannya
Windy Veriyanti
pilihan yang bijak, Warok Siman 👏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!