Gloomy Wedding

Tak lama setelah Liam pergi, Jovita keluar dari dalam kamar mandi. Wanita itu menatap sekeliling lalu tersenyum menatap wajah Barra. Dia berjalan menghampiri pria itu lalu mengelus wajahnya.

"Apa saja yang kau bicarakan dengan, Liam? " Tanya Jovita.

"Tidak ada, hanya ingin tau apa dia sudah tau siapa orang yang menyerang ku atau tidak. " Jawab Barra tersenyum.

"Begitu, yah. " Saat Jovita ingin duduk di samping Barra, alis pria itu mengerut saat mencium aroma yang tiba - tiba membuat perutnya Mual. Dia refleks menutup mulut dan hidungnya dengan raut wajah tak enak.

"Ada apa? Kau mual lagi? " Tanya Jovita melihat Raut wajah Barra yang terlihat tak enak.

Barra mengangguk pelan. "Iyah, benar - benar menyebalkan. "

"Mau di panggilkan Dokter? Mumpung kita ada disini. "

"Nanti saja. Aku muak melihat wajah Para Dokter itu. "

***

Disisi Liam. Pria itu yang awalnya tengah menyetir dengan tenang tiba - tiba mengerutkan keningnya tipis saat menyadari ada sebuah mobil yang terus mengikuti dirinya.

Tanpa menambah kecepatan, Liam terus melajukan mobilnya dengan senjata api yang sudah dia siapkan untuk berjaga - jaga jika saja mobil itu berniat mencelakainya.

Kerutan di keningnya semakin jelas saat Mobil berwarna hitam itu menyalip mobil miliknya hingga kini mobil mereka sejajar.

Lalu tak lama kemudian mobil itu melaju lebih cepat dan menghadang jalan yang akan Liam jalani. Tentu saja pria itu langsung menghentikan mobilnya dan turun dari mobil saat melihat pengemudi mobil berwarna hitam itu turun. Tentu dia tak melupakan senjatanya.

Pria berpakaian serba hitam dengan penutup wajah itu mengangkat kedua tangannya ke udara. Seolah tengah mengatakan jika dia bukan berniat untuk mencelakai.

Mereka berada pada jarak yang lumayan cukup jauh.

"Siapa, Kau? Kenapa menghadang jalan ku? " Tanya Liam menatap tajam pria di hadapannya.

"William Albert. Masih ingat dengan ku? " Pria itu bertanya dengan tenang. Membuka sebagian penutup di wajahnya, membuat Liam terkejut bukan main saat mengetahui siapa orang di hadapannya.

"Kau..! "

"Yah, ini aku. Aku butuh bantuan mu. Aku yakin kau akan setuju untuk hal ini. "

"Bantuan apa? "

"Menyadarkan si bodoh itu! "

***

Ibu Kota Uni Emirat Arab, Dubai 9:20 AM

Beberapa bulan lamanya Bella dan Mama Rea tinggal di Kota besar tersebut. Usia kandungannya juga sudah hampir mencapai 4 bulan. Perutnya sudah hampir membulat dan sudah ada pergerakan dari sang calon bayi.

Bella begitu senang saat tau jika Anaknya sehat di dalam perutnya. Apalagi saat dia tau jika dia tengah hamil anak kembar, hatinya benar - benar berbunga - bunga. Dia sudah bertekad akan melahirkan dan membesarkan kedua anaknya disini dengan kedua tangannya sendiri.

Di kota besar itu, Bella memulai sebuah usaha kecil - kecilan yang lambat laun berkembang menjadi usaha yang cukup besar. Dia memulai usaha Toko Kue, Mama Rea sendiri yang membuat kue - kue itu.

Awalnya Toko miliknya masih sepi pengunjung, namun lambat laun tokonya mulai ramai oleh pembeli hingga bisa berkembang hingga sekarang. Dia hidup bahagia di sini tanpa memiliki beban. Hidup yang selama ini begitu dia impikan setelah kejadian Naas itu menimpa dirinya.

"Jangan melamun di dekat jendela. Kau sudah meminum Vitamin mu, kan? Ayo kita cepat pergi ke Toko, Emirna bilang toko sudah mulai ramai. " Ucap Mama Rea menyadarkan putrinya yang hanya melamun di dekat jendela sembari mengelus perutnya yang hampir membulat.

Bella tersenyum menatap wajah Ibunya dan mengangguk.

"Perut mu lebih besar dari kehamilan biasa, yah? " Mama Rea ikut mengelus perut Rea Dan tersenyum lembut.

"Karena ada dua makhluk kecil di dalamnya Ma. "

"Semoga saja mereka selalu sehat sampai lahir dan dewasa. Dan semoga saja, mereka tidak menuruni sifat iblis Ayahnya. " Mendengar hal itu membuat senyuman Bella surut.

Benar, dia tidak boleh lupa jika dua malaikat kecil yang tengah dia kandung ini adalah anak dari pria yang begitu membencinya dan begitu menyimpan dendam besar padanya. Tapi dia tak perlu memikirkan itu sekarang, karena dia tidak bersalah dan pria itu juga tidak tau kalau dia tengah hamil Anaknya. Jadi dia akan aman.

Dia akan memulai kehidupan Barunya dan bahagia bersama anak - anaknya kelak. Tanpa gangguan dari pria itu lagi, semoga.

"Kau hanya mengidam beberapa kali saja, pasti pria itu tersiksa karena rasa mual dan juga pusing yang tak berujung. " Ucap Mama Rea kembali tersenyum sinis.

"Itu pasti pembalasan untuknya dari Tuhan melalui anak - anaknya sendiri. "

Mendengar itu Bella tersenyum tipis.

"Itulah hukum alam, Bella. Kita tidak melakukan apapun tapi ada saja orang baik yang mau menolong kita, dan membuat kita jadi seperti ini. Tuhan juga maha adil, dia tau mana yang salah dan bukan. Karena Tuhan masih memberikan kesempatan pada kita untuk bahagia, sudah di pastikan kita tidaklah bersalah. " Ucap Mama Rea dengan tenang.

"Aku bersyukur Ma. Orang ini benar - benar sangat baik. Selain membantu kita kabur, dia juga yang membantu kita agar bisa hidup damai di Negara asing ini. "

"Semoga saja Tuhan selalu melindungi Dia dan juga kalian berdua. Semoga saja dia masih lajang dan kalian bisa menikah. " Balas Mama Rea sungguh di luar dugaan membuat Bella menatap nya tak percaya.

"Mama! Memangnya dia mau dengan wanita hamil seperti ku? Lagi pula.. Aku masih istrinya. "

"Lalu memangnya kenapa? Mama Pastikan kalian akan bercerai, atau mungkin orang itu akan membantu kalian bercerai? " Mama Rea terlihat berpikir, sedangkan Bella hanya bisa menggelengkan kepalanya sembari tersenyum.

Terimakasih, Tuhan. Karena kau masih mengizinkan aku untuk hidup bahagia. " Gumam Bella dengan rasa haru.