Bella mempergoki kekasihnya selingkuh sedang bercumbu di parkiran mall yang sepi. Hal itu membuat Bella syok dengan melihat secara langsung Tama berselingkuh dengan seorang perempuan yang amat dikenalnya. Apa yang akan dilakukan Bella saat tahu Tama selingkuh? Dan bagaimana ia akan memberikan pelajaran pada perempuan yang amat ia percaya selama ini?
Disclaimer; Cerita ini murni karangan Pena dua jempol. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, peristiwa atau cerita mohon dimaafkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon choirunnisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 6 - Hurt
Intan menarik paksa tangan Bella agar gadis itu mengikuti langkahnya dengan cepat. Intan seperti mengejar sesuatu dan Bella tidak tau apa itu.
"Lo harus liat ini,Bell. Tama masih cowok lo, kan?"
Bella mengangguk lalu mengikuti arah tangan Intan yang menunjuk ke arah depan mereka. Seketika manik mata Bella terbelalak melihat pemandangan yang tidak hanya menyakiti mata nya namun juga hatinya.
Rasanya kaki yang ia gunakan untuk menopang berat tubuhnya tidak bisa lagi berpijak dengan benar di bumi. 'Sakit sekali. Inikah sakit hati, Tuhan?'
Flashback on
Lima anak kecil berbeda gender sedang bermain di taman yang berada di dalam komplek mereka. Kelima anak itu masing-masing membawa sepeda mereka.
Mereka bercanda di dalam taman bermain yang berada di komplek mereka sambil bermain kejar-kejaran. Setelah lelah bermain kejar-kejaran, mereka akan bermain petak umpet. Itulah yang selalu mereka lakukan dikala libur atau pulang sekolah.
Mereka adalah Isabella, Frilly, Intan, Hera, Robinson, dan Sagara. Kelima anak itu sangat akrab bahkan mereka saling melindungi satu sama lain.
Terbukti, jika ada anak dari komplek lain ingin bermain dan bergabung dengan mereka. Robi dan Saga lah yang akan memasang badan untuk mengusir para anak-anak dari komplek lain.
Robi dan Saga memang lebih besar di antara mereka oleh sebab itu, ia dan Saga selalu menjadi kakak bagi ketiga teman perempuan nya yang lain
Saat mereka sedang bermain seperti biasa. Ada sebuah mobil pengangkut barang dan mobil berjenis SUV yang cukup mewah memasuki salah satu rumah yang sudah lama kosong.
"Sepertinya akan ada penghuni baru," ucap Robi yang sedang mendorong ayunan untuk Intan.
"Ayo kita kesana, ada anak yang sepantaran kita!" pekik Saga, mengajak teman-temannya untuk mendekati penghuni baru ini.
Kelima anak itu melajukan sepeda mereka, lalu menuju rumah yang akan ditempati oleh orang baru itu.
Dari dalam mobil muncul seorang anak laki-laki berkemeja putih dan celana jeans. Rambut yang kecoklatan sedikit pirang dengan manik mata berwarna coklat.
"Bule ya? dia bisa bahasa Indonesia gak ya?" gumam Frilly.
Saga terkekeh pelan. "Kan, ada Bella dan Robinson. Mereka bisa terjemahin kalau ternyata dia gak bisa bahasa Indonesia."
Anak lelaki itu berdiri di belakang mobil sambil memperhatikan kelima anak-anak di depannya. Sedangkan orang tuanya tampak sibuk keluar masuk untuk memasukan barang-barang yang menurut mereka penting.
Diantara kelima anak-anak itu, Frilly lah yang paling berani menghampiri anak itu.
"Hai Aku Frilly, ini semua teman-teman aku. Kalau kamu mau, mereka juga bisa jadi teman-teman kamu," sapa Frilly, tanpa malu memperkenalkan teman temannya pada anak baru itu.
"...."
Karena tidak mendapatkan respon, Bella memberanikan diri menyapa anak itu, "Hai... I am Bella. Do you can speak Indonesia? Or -"
"Kamu ngomong apa aku nggak ngerti? Maaf," jawabnya cepat. Memotong kalimat yang belum Bella selesaikan.
"Owh ... Dia bisa bahasa Indonesia ternyata." Bisik-bisik dari suara anak-anak itu membuat orang tua anak itu menghampiri Bella dan teman-temannya.
"Hallo ... Kalian pasti anak-anak yang tinggal disini, ya?" ucap wanita cantik itu yang Bella taksir usianya hampir sama dengan maminya.
Wanita itu merangkul anak lelakinya dan menatap kelima anak-anak yang sedang memegang sepeda mereka satu persatu.
"Kenalkan, namanya Pratama Adisutjipto. Maaf ya, Tama ini pemalu dan sulit beradaptasi di lingkungan baru. Nama saya Annastasia. Kalian panggil saja saya Tante Anna atau Ibu Tama."
"Hallo Tante Anna!" jawab anak-anak itu serempak.
"Tama ayo kamu main sama teman-teman kamu." Wanita yang bernama Anna itu menuntun anaknya agar berbaur dengan yang lainnya..
Sepeninggalan Anna, kelima anak itu berebut untuk memperkenalkan diri dan menjabat tangan Tama.
"Aku Frilly. Salam kenal!"
"Aku Hera."
"Gue Robi dan ini sahabat gue, Sagara!" Robi memperkenalkan Sagara pada Tama.
Hanya Bella yang masih berdiri di belakang teman-temannya. Karena ia paling mungil diantara teman-temannya dan bertubuh kecil, pergerakannya tidak selincah teman-temannya. Tidak seperti Hera dan Frilly, meskipun Bella lebih tua setahun dari Hera dan Frilly.
Tama berjalan membelah teman-temannya dan mendekati Bella lalu mengulurkan tangannya. "Kamu siapa? Lucu ... Mungil banget!"
Bella memanyunkan bibirnya mendengar komentar Tama untuknya. Entah pujian atau hinaan, namun ia membalas uluran tangan Tama. "Isabella. Panggil aku Bella aja!"
"Lo kelas berapa?" tanya Robi.
Tama yang masih memperhatikan wajah Bella, menolehkan kepala ke arah Robi.
"Kelas 6."
"Wah kita sepantaran berarti," kata Robi.
"Mereka juga sama?" tunjuk Tama pada anak-anak perempuan.
Robi menggelengkan kepalanya. "Engga, Bella kelas 4 dan Intan kelas 5," ucap Robi sambil menunjuk Intan dan Bella.
"Kalau aku dan Hera kelas 3, Kak Tama!" timpal Frilly sambil menekuk ibu jari dan kelingking nya menyisakan tiga jarinya.
Tama mengangguk angguk sambil terus memperhatikan Bella yang juga menatapnya bingung.
"Oke Tama, ayo kita main. Kamu punya sepeda, 'kan? Kalau gak ada, biar aku yang bonceng kamu!" ajak Saga.
Semakin lama mereka semakin dekat. Bahkan mereka sering bermain dan menghabiskan waktu di rumah Tama. Karena Tama anak yang pemalu dan sulit bersosialisasi sehingga jika di ajak main keluar, ia akan menolaknya.
Lagi pula Anna- Ibu Tama, sangat senang jika mereka bermain di rumahnya. Ia selalu membuatkan dan menyediakan cemilan serta minuman.
Tak jarang mereka semua menginap di rumah Tama. Rumah Tama seperti tempat penitipan anak. Biarpun begitu, Tama tetap sulit dekat kepada yang lain kecuali pada Bella, Saga dan Robi.
"Aku gak suka Frilly, dia berisik!" Tama berlari ke kamar dan Saga mengejarnya. Akhirnya Saga memiliki teman sefrekuensi. Sama-sama suka ketenangan. Meskipun begitu, kami tetap bermain bersama.
Saat Bella baru memasuki masa SMP. Rita-Mami Bella meninggal Dunia. Semenjak itu, hidup Bella berubah 180 derajat. Ia menjadi anak yang pendiam. Hanya Anna dan Tama yang selalu menemani gadis kecil itu.
Anna selalu berada di rumah Brawijaya untuk sekedar membujuk Bella makan atau sekolah. Anna sangat perhatian pada Bella karena Bella adalah anak sahabatnya yang telah lama tidak bertemu.
Oleh karena itu, saat Rita meninggal dunia, Annastasia sangat terpukul. Baru saja bertemu kawan lama. Mereka Harus berpisah kembali, namun kali ini karena maut.
Tidak berselang lama. Dua Minggu setelah Rita meninggal. Andre berencana untuk menikah lagi dengan wanita yang katanya di kenalkan oleh temannya.
Bella mengadukan semua pada Anna dan Tama. Anna sempat shock karena Rita belum 40 hari meninggal. Tapi alasan Andre kuat. Dia beralasan agar Bella ada yang menjaga dan mengurus.
"Ndre, sebaiknya kamu pikirkan matang-matang jika ingin menikah kembali. Kasian Bella masih kecil," pinta Adi, ayah Tama
"Justru saya kasihan sama Bella, Mas. Kalau saya keluar kota atau ke luar negeri, siapa yang akan jaga Bella. Lagi pula laki-laki tidak ada masa iddah, kan Mas?"
"Ada kami, Andre. Bella sudah seperti putri kami sendiri," jelas Anna.
Anna hanya ingin menebus rasa rindu dan bersalahnya kepada Rita dengan cara mengurus Bella. Lagipula ia tidak memiliki anak perempuan dan Anna sudah tidak bisa lagi memiliki anak.
"Saya sudah melamarnya, Mba Anna. Setelah 40 hari istri saya, kami akan menikah," jelas Andre.
Bella mendengarkan itu semua dari ujung tangga atas dengan hati yang pilu. 'Secepat itu papi melupakan mami.' batinnya.
Disaat saat terburuk itu. Tama selalu menemani Bella, Menghibur dan mengajak Bella kerumahnya untuk membuat Cheese cake bersama Ibunya. Semenjak itu, Anna memperlakukan Bella seperti anak kandungnya sendiri.
Mereka semakin dekat, bahkan rumah Tama seperti rumah kedua bagi gadis malang itu yang selalu mendapat perlakuan tidak adil dari ibu tirinya.
Jika Andre keluar kota atau keluar negeri. Anna akan mengajak Bella untuk menginap di rumahnya. Hal itu membuat Bella ketergantungan dengan keluarga Tama. Bella tidak bisa jauh dari keluarga yang tidak memiliki hubungan darah dengannya.
"Isabella, aku punya sesuatu untuk kamu, jangan sedih lagi ya!" seru Tama.
Ia menyerahkan sebuah kotak bludru. Yang saat ia buka isinya adalah cincin berbentuk hati dan itu cincin couple. Bella seperti de Javu saat Tama memasangkan cincin itu.
"Aku pakaikan ya. Mana jari kanan mu?"
"Kenapa di tangan kanan, Tam?" tanya Bella penasaran.
"Karena hal yang baik dan indah harus berawal dari yang kanan," jawab Tama sambil tersenyum menatap Bella.
"Selamanya kamu milik aku Bella," ucap Tama dengan senyum manisnya.
Flashback off
'Frilly dan Tama. Ternyata Mereka selama ini menjalin hubungan di belakang ku. Tapi sejak kapan? sampai-sampai hubungan mereka seintim itu. Bahkan aku dan Tama yang berpacaran mau menginjak 2 tahun tidak berani seintim itu.' Bella hanya mampu bermonolog dengan pandangan mata nanar ke depan.
"Bell, kamu harus kuat ya!" Hera mengusap-usap punggung Bella.
Ia tidak menyadari kapan Hera ada di belakangnya. Bahkan ia tidak menyadari apakah ia sanggup untuk melangkah atau tidak. Kakinya seakan terpaku dan sulit untuk di gerakkan.
Bella berusaha keras untuk membalik tubuhnya dan berjalan secepat mungkin. Ia pasrahkan kemana kakinya ingin membawanya. Yang terpenting ia harus menjauhi orang-orang orang keji itu.
Suara Hera yang memanggilnya dari arah belakang, sangat sulit untuk ia respon. Ia tidak mampu lagi melihat ke belakang. Takut jika ia akan melihat adegan Frilly dan Tama kembali. Padahal Bella sudah ada di dalam Mall.
Bagaimana ia harus menghadapi Tama dan keluarganya sekarang? Apakah kali ini ia akan kehilangan keluarga Tama jika ia memutuskan hubungannya dengan Tama? Itulah yang ada di pikirannya saat ini.
'Mengapa rasanya sesulit ini. Seperti memilih antara hidup atau mati?'
Hera masih memanggil manggil Bella dan meminta Bella untuk berhenti. Bella memelankan langkahnya karena ia sudah tidak sanggup lagi berlari dan menjauh.
Ia memilih bersandar di salah satu pasak gedung Mall. Berkali kali Bella menghembuskan nafas kasar sambil memegang dadanya. Ternyata sesakit ini di khianati sahabat sendiri dan orang yang kita sayangi.
Tubuh Bella yang bersandar di pasak langsung luruh. Sendi sendinya seperti jelly. Berkali kali Bella berusaha untuk bangun tapi terjatuh lagi.
"Aku ingin pulang, Hera!" Hera memapah tubuh gadis mungil itu.
Ya ... dia harus pulang. Dia tidak ingin sesuatu bertambah buruk disini dan Bella benci menjadi tontonan banyak orang. Bella ingin sekali menangis kencang tapi malu. Di tahan pun rasanya semakin sesak.
Saat Bella akan berdiri. Pandangan matanya kabur dan menggelap. Berkali-kali ia memegangi Hera dan pasak tempatnya menahan bobot tubuhnya tadi.
Bbrruuukkkk!
"Tolong ... Tolong ... teman saya pingsan!"
Bukannya pada menolong, malah sibuk memperhatikan sambil berbisik-bisik.
"Loh Bella, kamu kenapa?" Itu suara Danu.
Ia penasaran ada ramai-ramai apa di dekat tokonya. Belum lagi, samar-samar ia mendengar orang meminta tolong. Danu terkejut saat menemukan Bella pingsan dalam pangkuan Hera.
"Siapapun kamu, bisa tolong kami? Bella harus pulang."
"Aku akan telpon supirnya untuk jemput di lobby ... Lobby apa disini Mas, yang terdekat?" tanya Hera panik.
Sambil membuka ponselnya untuk mencari nomor Pak Usman -- supir keluarga bella. Hera menatap sekeliling untuk mencari tau, dimana posisi ia saat ini.
"Biar saya yang antar Bella!" ujar Danu dengan segera menggendong Bella ala bridal style. Mungkin kalau tidak ingat tempat dan momen, Hera akan berjingkrak jingkrak terharu.
Braaaakkkk!
Brakkkkkk!
Braakkkk!
"Keluar Lo sia lan, Lo nte, jingan! Sakit jiwa ya Lo, ng we di mobil. Keluar Lo, Tama!" teriak Intan.
Ia memukul mukul mobil Tama dengan stik golf yang selalu ia bawa di dalam mobilnya.
Tama memarkirkan mobilnya di paling ujung. Ia memang sengaja memilih tempat parkir disana agar tidak ada yang menggangu aktivitas nya.
"Tan, apa apaan sih Lo. mau Lo, gue tuntut dengan pasal 406 KUHP. Dateng-Dateng main ngerusakin mobil gue," bentak Tama.
Tama buru buru keluar takut teriakan Intan mengundang orang-orang untuk datang menonton keributan mereka. Sampai sampai Tama lupa me-sleting celana jeans nya.
"Laporin aja. Gw malah seneng kalau sampe Tante Anna tau alasan kenapa gue ngerusak mobil Lo. Gue rasa Tante Anna setuju sama gue, buat merusak mobil butut lo ini. Mobil yang dipakai Bekas zina pasti bikin sial," balas Intan tak kalah sewotnya.
"Mana Lo nte Lo, kok ga keluar?" lanjut Intan.
"Lo ngomong apa sih, Tan?" Tama masih pura-pura tidak paham.
"Woy setan, keluar Lo!" Intan masih memukul mukul mobil Tama bahkan sekarang ke kaca tempat Frilly duduk.
Frilly takut untuk keluar. Dia memilih menangis terisak Isak dan membenamkan wajahnya kebawah, tidak berani melihat keluar.
"Tadi aja girang, ketawa tawa sambil mendesah desah, sekarang nangis-nangis biar keliatan jadi korban Lo?" Intan masih memukuli kaca mobil Tama dengan balok yang dia pegang.
"INTAN ... Jangan asal bacot, Lo ya! memfitnah gue dan dia zi na, Emang Lo punya buktinya?"
"Kalau gue punya, Lo mau apa?" Intan menantang Tama.
"Sekali lagi Lo teriak-teriak dan fitnah gue. Gue gak akan lepasin Lo. Gue seret Lo ke pengadilan karena udah mencemarkan nama baik gue dan Frilly," ancam Tama
"Gw tunggu Tama tuntutan Lo, dan gue pastikan setelah Lo nuntut gue. Gw sebar video asusila Lo. wajah Lo dan gu ndik Lo terpampang jelas tama," bisik intan di telinga Tama.
Intan suka mimik muka Tama yang pucat pasi. Dia sangat menikmati wajah keterkejutan sahabatnya itu, ohhh ralat, mereka sekarang sudah menjadi mantan sahabat. Intan yakin, jika Bella pun memiliki pikiran yang sama.
"Lo pikir negara ini gak ada UU ITE!" Senyum smirk andalan Tama keluar juga. Dia masih merasa menang dan bisa mengalahkan Intan.
"Lo lupa siapa keluarga gue dan keluarga Bella? asal Lo tau Tama. Bella udah liat duet ngebor Lo sama si jal ang kecil ini. LIVE dari sini!" tunjuk Intan pada arah depan mobil Tama.
Tak lupa Intan memukul kaca tempat Frilly duduk sehingga Frilly kaget hingga menjerit.
Intan meninggalkan manusia-manusia doyan kawin itu dengan hati yang senang. Belum puas sebenarnya ia memberi Tama dan Frilly shock therapy.
Dia bingung harus apa. Pulang pun pasti ibu nya akan menanyakan kondisi mobil yang ia pakai saat ini.
"Anj ng apes gue. Kok Lo gak bilang kalau BESTie BESTie Lo mau ke Mall ini. Lo sengaja ya jebak gue?" tanya Tama dengan emosi yang sudah keubun-ubun.
"Lo kan selalu pengen nge-Up hubungan kita ke mereka, ini pasti rencana Lo kan, Ly? jawab Sia lan!" bentak Tama.
"Aa-aku gak tau, Tam. Kan handphone aku lowbat. Maaf ini salah aku," Frilly menangis terisak sambil membetulkan bajunya.
Hal itu membuat Tama tidak tega. Mendengar suara tangisan Frilly dengan segera Tama meninggal tempat itu sebelum Intan kembali lagi.
"Ayo kita pulang aja."
Akhirnya Tama memutuskan untuk memulangkan Frilly terlebih dahulu.
"Bella ... "
TBC
Bukankah Tama dengan Hera? Bagaimana bisa berakhir dengan Frilly?
Jangan lupa komen, like dan follow aku, para Majikanku. 🫰🏻 aku sayang kalian.