NovelToon NovelToon
Janji Cinta

Janji Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Pelakor
Popularitas:18.5k
Nilai: 5
Nama Author: aisy hilyah

Belum seumur jagung menikah, Wulan sudah ditinggalkan pergi oleh lelaki yang menjadi suaminya ke luar negeri untuk melakukan pengobatan. Wulan menjalani hari-hari sendiri sambil menunggu janji Sandi, sang suami.

Hingga badai itu datang, prahara yang mencipta kemelut dalam rumah tangganya. Wulan pergi meninggalkan rumah Sandi setelah ia diterima bekerja di perusahaan yang diimpikannya, menjadi seorang petugas kebersihan.

Hidup sendiri sambil menggantung harap pada kedatangan Sandi yang berjanji akan selalu percaya padanya. Namun, sejak Wulan tahu, jika Sandi adalah CEO di perusahaan tempatnya bekerja, ia tak berani mengharapkan Sandi.

Sikap Sandi yang dingin ketika berpapasan dengannya, semakin membuat Wulan tak percaya diri. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk menjauh dan membuang harapan.

Apa yang terjadi? Akankah mereka dapat menyelesaikan kesalahpahaman di antara mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rindu

"Apa, Pak?!" pekik Wulan dengan perasaan tak menentu, "saya dipindah tugaskan ke kantor cabang?" lanjutnya dengan nada yang sama setelah beberapa saat terdiam.

Keputusan itu terpaksa ia ambil demi menyelamatkan Wulan dari kata pengangguran. Ia memohon kepada Miranda agar tidak memecat Wulan dari pekerjaan.

"Kenapa kamu begitu peduli padanya?" tanya Miranda saat karyawannya itu menjelaskan tentang kinerja Wulan.

"Dia bekerja sangat baik selama ini, tidak pernah melakukan kesalahan dan selalu siap membantu karyawan lain menyelesaikan pekerjaannya. Jadi, sangat disayangkan jika harus dipecat. Akan sangat sulit lagi bagi kita menemukan orang sepertinya," bela lelaki itu semakin membuat Miranda dan Risna murka.

"Ingat, ya. Aku pemilik perusahaan ini, aku berhak memutuskan apapun termasuk pemecatan karyawan. Lakukan saja yang aku perintahkan, jangan banyak membantah!" hardik Miranda sembari menuding wajah lelaki paruh baya itu.

Ia meneguk ludah, merasa cemas sendiri akan nasibnya. Sebagai peruntungan, ia mencoba jalan terakhir dalam pemikirannya. Memindahkan Wulan dari kantor pusat ke kantor cabang. Pada awalnya Risna menolak, begitu pula dengan Miranda.

"Di sana sedang membutuhkan cleaning service. Menurut saya, tidak ada salahnya jika kita mengirim Wulan ke sana. Lagipula sangat jarang orang yang membutuhkan pekerjaan itu. Bagaimana, Bu?" terangnya disambut decak kesal oleh Miranda.

Dan itulah akhirnya, Wulan harus dipindah tugaskan ke kantor cabang yang cukup jauh dari tempat tinggalnya.

"Ya, Wulan. Maafkan saya. Bukan karena kinerja kamu yang buruk, tapi ini sudah keputusan pusat karena kantor cabang tersebut sedang membutuhkan seorang cleaning service," jelasnya membuat Wulan menggigit bibir gugup.

Dia akan tinggal sendirian.

"Bagaimana dengan Mita? Apa dia ikut pindah bersamaku?" tanya Wulan dengan cepat.

Lelaki itu menghela napas, kemudian menggelengkan kepala penuh sesal.

"Cuma kamu seorang, tapi kamu tenang saja saya sudah meminta seseorang di sana untuk mencarikan rumah sewa yang nanti akan kamu tinggali. Bagaimana? Kamu tidak apa-apa, bukan?"

Wulan menghela napas, meremas kesepuluh jemarinya sendiri. Itu artinya dia harus memulai semuanya dari nol sendirian.

"Anak saya bertugas di sana, bagian personalia. Dia yang akan membantumu menyiapkan semuanya. Namanya Chiko." Lelaki itu tersenyum aneh. Terlihat lembut dan mencurigakan.

Wulan menerima meski dengan terpaksa.

"Baiklah, Pak. Kapan saya harus berangkat ke sana?" tanya Wulan dengan lemas.

"Besok."

"Besok?" Wulan menyambar dengan cepat.

"Ya, saya sudah mengatur semuanya. Kamu berangkat ke sana besok pagi, nanti akan ada yang menjemput kamu. Itu anak saya." Dia kembali tersenyum, tak peduli dengan keterkejutan Wulan.

Sekali lagi istri Sandi itu menghela napas, mengangguk, dan pamit undur diri membawa hati yang tak tentu. Apa keuntungannya jika dia pindah ke kantor cabang? Hanya tidak akan bertemu dengan Salsa dan ibunya, juga mertua dan Kakak iparnya saja. Itu saja. Selebihnya, tidak ada. Sandi? Apakah dia akan menemukannya?

"Kenapa? Kok, lemes?" tanya Mita setelah melihat Wulan keluar dari ruangan HRD.

Ia ambruk di kursi, bersandar lemas.

"Aku harus pindah ke kantor cabang besok, Mit," sahut Wulan sembari menutup wajah dengan kedua tangan.

"Apa? Kenapa?" Mita sama terkejutnya seperti Wulan tadi.

Ia menggeleng tanpa membuka tangan yang menutupi wajahnya.

"Aku tidak tahu, yang pasti aku akan pindah besok pagi. Aku harus bagaimana, Mita? Aku akan memulai semuanya dari nol sendirian," ujar Wulan membuka tangan dan menatap putus asa pada Mita.

Ada butiran embun di kedua sudut mata gadis itu, tak ingin berpisah dengan Wulan. Sahabat yang selama ini menjadi teman dikala susah maupun senang. Mita memeluk Wulan, meluapkan emosi di dalam hatinya.

"Aku tidak mau berpisah dari kamu, Wulan. Kenapa aku tidak ikut pindah saja denganmu supaya kita bisa tetap sama-sama," rengeknya sesenggukan.

Wulan mengusap tangan Mita yang melingkar di dadanya. Berat betul berpisah dengan seseorang yang sudah begitu dekat dengannya. Ini kali kedua dia merasakan beratnya perpisahan. Setelah dengan Sandi, suaminya.

"Aku juga tidak mau berpisah dengan kamu, Mita, tapi mau bagaimana lagi? Ini adalah keputusan dari pusat yang tidak bisa kita tentang," sahut Wulan dengan nada berat yang kentara.

Keduanya menghabiskan waktu duduk di taman sepulangnya dari bekerja. Melanjutkan percakapan tentang beratnya berpisah. Baik Wulan maupun Mita, keduanya tidak memiliki siapapun untuk dapat mereka datangi.

"Rasanya berat sekali, Mit. Aku sudah berpisah dengan suamiku, sekarang harus berpisah dengan sahabatku. Menjalani hari seorang diri lagi, di tempat asing yang aku sendiri tidak tahu seperti apa," ungkap Wulan sembari menatap hampa udara yang tak terlihat.

Mita menghembuskan napas, meski mereka bertemu di tempat kerja, dan dekat karena satu profesi, tapi berpisah bukanlah hal yang mereka bayangkan.

"Aku juga. Kenapa harus kamu? Bukannya masih banyak karyawan lain? Dan kenapa aku tidak ikut pindah juga? Aku pasti akan kesepian lagi." Mita menjatuhkan kepala di bahu Wulan. Mereka seperti saudara yang saling menjaga satu sama lain.

"Aku akan berkunjung jika ada waktu nanti, kamu tenang saja, ya." Wulan menghibur, meski getir ia memaksa tersenyum.

"Aku juga ingin tahu tempat tinggalmu nanti."

Wulan mengangguk, tak akan mungkin dia menolak permintaan itu.

"Ya, sebaiknya kita pulang. Aku harus bersiap malam ini juga."

Mereka beranjak, berjalan gontai menyusuri taman bunga yang bermekaran. Menaiki angkutan umum yang membawa mereka pada lokasi rumah susun di mana selama ini tinggal.

****

Sementara di tempat lain, dua orang tengah duduk berhadapan di dalam satu ruangan.

"Cari tahu apakah di perusahaan ada karyawan yang bernama Wulan?" perintah laki-laki berhidung mancung dengan mata elang dan alisnya yang tebal.

"Sudah, Tuan. Beberapa bulan yang lalu perusahaan menerima seorang karyawan wanita bernama Wulan," sahut yang lain sembari menyerahkan sebuah map kepada laki-laki tersebut.

Diraihnya map tersebut dan dibuka dengan cepat. Foto Wulan, berikut identitasnya, tertera di sana. Ada yang menghantam gumpalan daging dalam dadanya ketika membaca status Wulan.

"Lajang?" Sandi tertawa miris.

Tentu saja, pernikahan mereka belum tercatat secara hukum.

"Anda belum mendaftarkan pernikahan Anda, Tuan," beritahu pak Andri khawatir majikannya itu lupa.

Sandi menghela napas, beranjak dari kursi dan berdiri di dekat jendela.

"Aku ingin memberinya kejutan, Pak. Aku sangat merindukan Wulan. Apa dia merindukanku juga?" Sandi menatap awan jingga yang bertebaran di langit.

"Tentu saja, Tuan. Nona sudah pasti sangat merindukan Anda."

Sandi berbalik, menatap lelaki separuh baya itu dengan berbinar.

"Bagaimana jika kita pulang malam ini juga," usulnya tak sabar.

"Maaf, Tuan. Yang saya dengar, Nona sudah tidak tinggal di rumah lagi. Dia pergi dan tinggal di rumah sahabatnya. Entahlah, mungkin tidak merasa bebas," beritahu pak Andri lagi membuat Sandi mengernyit.

"Kenapa?"

Pak Andri menggelengkan kepala tak tahu.

"Kira-kira dia bekerja di bagian apa, ya?" Sandi menyandarkan tubuh pada tiang jendela, melipat kedua tangan di perut, membayangkan Wulan yang lalu lalang di perusahaannya.

Pak Andri nampak bingung, mencari kata yang tepat untuk memberitahu posisi Wulan.

"Apa Bapak tahu?" tanyanya melempar tatapan.

Pak Andri mengangguk ragu, dan berkata, "Nona bekerja sebagai cleaning service, Tuan."

"Apa? Kurang ajar! Siapa yang mempekerjakan istriku di bagian itu!" Sandi murka, berdiri dengan tubuh yang sudah menegang.

"Tidak ada yang tahu jika Nona adalah istri Anda."

Deg!

Sandi dipukul kenyataan. Wulan bekerja sebagai cleaning service di perusahaannya sendiri.

1
Wicih Rasmita
dah tamat aja Thor
Aisy Hilyah: sepi kak
total 1 replies
Sugiharti Rusli
wah dibikin tamatnya ko cepat yah😁😁
Hafifah Hafifah
g nunggu mereka punya anak dulu nih tamatnya
Hafifah Hafifah
siwulan ngapain sih mau ngurusin tuh anaknya si salsa entar dia bisa ngelunjak lagi.ngebantu sih boleh tapi untuk merawat anaknya si salsa kan harus berunding dulu ama sandi jangan asal ambil keputusan aja
Soraya
lanjut thor
Hafifah Hafifah
wah bagus itu biar semua orang tau lw wulan itu istrimu
Hafifah Hafifah
makanya jadi cewek tuh jangan murahan jadi ginikan hamil tapi g diakui ama pacarnya
Hafifah Hafifah
😁😁😁😁si lisa ketar ketir nih
Sugiharti Rusli
masih yah si Wulan mau berkorban tuk keluarganya walo itu akan menentang Sandi,,,
Sugiharti Rusli
makanya Wulan kamu lebih baik ikut saran Sandi jadi asprinya kalo masih mau kerja, jadi kan ga jadi bahan omongan nantinya😉
Hafifah Hafifah
lebih baik diumumin lw wulan tuh istrinya biar g ada salah paham dan membicarakan wulan dibelakang
Ochyie Aguztina
harus nya di umumknan biar salah paham ,org kan banyak sa nua ngehujat doang
Hafifah Hafifah
kayaknya nih sekertaris mau caper deh ama sandi.g tau aja tuh si lisa lw wulan tuh istrinya sandi.kenapa g diumumkan sih lw wulan tuh istrinya
Hafifah Hafifah
😁😁😁😁😁nah kan bener lw kamu asprinya itu +++ yg khusus melayani sandi aja
Hafifah Hafifah
wah promosi yg bagus tuh jadi asprinya suami sendiri paling kerjaannya hanya nemenin aja tanpa bekerja 🙊🙊
Sugiharti Rusli
orang si Wulan spesualis OG tuk pak CEO juga, dasar aja sekretaris kegatelan sepertinya nih si Lisa,,,
Soraya
lanjut thor
Hafifah Hafifah
paling sisaudara tirinya wulan nih yg hamil
Hafifah Hafifah
emangnya bisa tahan tuh ampe satu minggu g nyentuh istrinya apalagi udah tau rasanya surga dunia 😁😁😁
Hafifah Hafifah
😁😁😁😁😁 bisa"nya sisandi lupa apa yg udah terjadi alamat g dapet jatah nih lw si istri ampe ngambek
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!