NovelToon NovelToon
Sisi Lain Dari Pagar Sekolah: Pengalaman Dan Penyesalan

Sisi Lain Dari Pagar Sekolah: Pengalaman Dan Penyesalan

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Teen School/College / Slice of Life
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Atikany

Aku punya cerita nih, soal dunia ku yang banyak orang bilang sih kelam, tapi buat ku malah keren dan penuh dengan keseruan. Aku punya circle, sebuah geng yang isinya anak-anak yahut yang terkenal jahil dan berani. Seru abis pokoknya! Mereka itu sahabat-sahabat yang selalu ada buat ngelakuin hal-hal yang bikin adrenaline kita ngacir.

Kita sering hang out bareng, kadang sampe lupa waktu. Dari yang cuma nongkrong asyik di tempat-tempat yang biasa kita tongkrongin, sampe yang agak miring kayak nyoba barang-barang yang sebenernya sih, yah, kurang direkomendasiin buat anak muda. Tapi, yah, lagi-lagi itu semua bagian dari mencari identitas dan pengalaman di masa remaja.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atikany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 30

Waktu aku jatuh ke sungai, rasanya kayak udara di paru-paru gue dihisap abis sama air sekeliling. Aku berusaha keras buat ngapung, tapi arusnya begitu kuat sampe bikin aku gak bisa kendaliin tubuh. Sungainya dalam banget, aku merasa kayak tenggelam dalam kegelapan.

Tiap aku coba nyari dasar sungai, gagal total. Kakiku terus ngayun cari pijakan, tapi gak ada apa-apa. Kegelapan di bawah air mengancam buat nyeset aku lebih dalam lagi, bikin gue hampir gak bisa napas.

Tapi tiba-tiba, ada tangan yang muncul dari kegelapan, mau narik aku. Aku liat cahaya matahari nyoba nembus permukaan, tapi pandangan ku kabur sama air yang masuk mata.

Aku terombang-ambing di bawah permukaan, adu kekuatan antara mau terus berjuang atau udahan aja dihantam air yang gak kenal ampun.

Saat aku hampir putus asa, aku ngerasa pelukan hangat di sekitar tubuh ku, bawa aku ke permukaan pelan-pelan. Aku tarik napas dalam-dalam, ngisi paru-paru ku yang hampir kehabisan oksigen.

Dan pas aku mulai bisa liat lagi, baru deh aku sadar kalo yang nyelamatin aku adalah Rian.

\~\~\~

"Maaf," ucap Rian.

 Dia meminta maaf karena telah merangkulku dari belakang dan membawaku ke pinggir sungai.

Kita berdua duduk di tepi sungai, sambil menatap ke arah anak-anak SMP yang asyik bermain air.

Ada yang nyemplung-nyemplung, ada yang mencoba-coba gaya berenang yang lucu-lucu. Beberapa anak bahkan nekat banget, mencoba salto sebelum nyemplung ke dalam air.

Aku bisa denger suara air yang mengalir, tawa riang anak-anak, dan obrolan mereka yang penuh semangat. Bener-bener rame banget!

Beberapa dari mereka bermain di tepi sungai, main air sambil bergaya. Ada yang manggil-manggil temen, ada yang ketawa-ketiwi pas ngeliatin temen yang gagal nyemplung.

Beberapa anak lainnya duduk di atas batu-batu, sambil ngobrol asyik sambil nontonin aksi anak-anak yang lagi main di air.

"Iya, enggak papa. Makasih ya," ucapku, berusaha menenangkan diri sambil menahan rasa kesal yang masih menggebu di dalam hatiku.

"Lagian, lu ngapain sih enggak bisa berenang, malah nekat nyemplung?" tanya Rian dengan ekspresi heran yang tergambar jelas di wajahnya.

"Si Hanum tuh yang nyeret-nyeret aku," jawabku, mencoba menahan kesal, tapi suara yang keluar dari bibirku terdengar sedikit tertekan.

Rian hanya bisa ketawa, sambil ngibas-ngibasin rambutnya yang basah.

"Resiko punya temen sinting semua," ledeknya, sambil menambahkan candaan yang membuat suasana sedikit lebih ringan.

Saat itulah, Miranda dan yang lainnya datang menghampiri kami.

"Kita cariin lu, lu malah asik berduan sama Rian," sewot Fifin, sambil melemparkan tatapan tajam ke arahku, seolah ingin menemukan alasan atas ketidaknyamanannya.

"Kita pikir lu kelelep tahu," dengus Davina, dengan nada kesal yang masih terasa.

"Aku hampir jadi penunggu BL VII kalau enggak ditolong sama Rian ke pinggir," ucapku, mencoba memberi penjelasan sambil menunjukkan rasa syukur yang masih menghiasi setiap kata yang keluar dari mulutku.

Si Hanum hanya menyengir kuda. "Ya maaf. Aku kira lu bercanda kalau enggak bisa berenang," ucapnya, sambil mengakui kesalahannya dengan tulus.

"Kok lu enggak bisa berenang? Katanya sering ngebolang?" tanya Caca, yang ikut duduk di pinggir sungai, diikuti oleh yang lainnya yang ikut bergabung.

"Gimana bisa berenang kalau setiap nyemplung kaki ke sungai, bapakku dateng bawa rotan," aku menjawab jujur, tapi dalam hati, entah mengapa aku mulai merasa kesal dan menyalahkanbapak.

Kenapa ya, aku jadi nyalahin dia? Mungkin karena setiap kali aku ingin mandi sungai, dia selalu jemput aku, dan jadinya aku belum bisa berenang sampe sekarang.

"Itu tandanya dia sayang," komentar Davina sambil tertawa.

Iya, memang tandanya sayang. Tapi rasanya gimana ya, sulit banget dijelaskan. Ada rasa jengkel di dalam hati. Soalnya,  aku juga pengen banget bisa berenang. Tapi selalu dilarang buat mandi sungai.

"Oi, Rian, sini lu!" teriak Zidan dari kejauhan.

Rian, yang dipanggil, langsung noleh, tapi kami semua ikut menoleh ke arah sumber suara.

"Aku ke sana dulu. Kalian lanjut aja ngobrolnya," ucap Rian sambil bangkit dari tempat duduknya dan melangkah cepat menuju arah Zidan, yang sekarang sudah menjadi ketua pelindung Garuda.

"Pelindung Garuda apaan sih?" tanyaku pada Fifin yang duduk di sebelahku, mencoba mencari pemahaman tentang perkumpulan misterius itu.

Namun, tiba-tiba Miranda langsung menutupi mulutku dengan tangannya.

"Kita bakal jelasin, tapi enggak di sini," bisiknya pelan, sementara aku hanya bisa mengangguk mengerti. Dia lalu melepaskan tangannya dari mulutku.

Aku merasa sedikit kebingungan. Aku tidak tahu apa sebenarnya perkumpulan ini dan apa fungsinya. Aku hanya ikut-ikutan, tanpa sepenuhnya memahami maksud di baliknya.

"Hi," sapa seseorang, dan ternyata itu adalah Kak Wendi, datang bersama teman-temannya, termasuk Kak Dias.

"Hi juga, Kak," jawab Miranda dengan santainya.

"Alisa, lu mau cempedak lagi gak?" tanya Kak Dias tiba-tiba.

Aku sedikit bingung, kok dia ingat nama aku? Entahlah, dan aku merasa agak takut padanya. Saat kami semua bolos ke sawah waktu itu, dia terlihat tidak senang melihatku ikut serta, dan katanya jangan bawa-bawa anak baik ke tempat tongkrongan.

"Kalau ada, aku mau, Kak," jawabku, meskipun sebenarnya aku merasa ragu.

Miranda pernah bilang kepadaku jangan langsung menolak dan pura-pura mau dulu, lalu ubah pikiran dengan cara yang lebih natural jika memang tidak mau.

"Besok kakak bawain," ucap Kak Dias sambil menghisap rokoknya dengan santai, dan tanpa ampun menghembuskan asapnya tepat di wajahku.

Aku langsung batuk-batuk, berusaha menahan sensasi pedih dan penuh asap yang menyengat. Mereka semua tertawa, tapi aku berusaha untuk tetap menunjukkan ketenangan meskipun dalam hati aku merasa tidak nyaman.

Adegan itu terasa begitu nyata. Aku bisa merasakan aroma rokok yang menyengat, mencampuri udara sekitar kami. Wajah Kak Dias, dia menikmati hisapan rokoknya. Asap rokok yang bergulir-gulir di udara tampak begitu riuh, menciptakan aura misterius di sekelilingnya.

"Matiin rokok lu, bang," tiba-tiba terdengar suara Rian yang mendekat.

Kak Dias, yang rokoknya sudah hampir habis, dengan santainya membuang rokoknya ke tanah. Dan tanpa ragu, Rian langsung menginjak rokok tersebut dengan sepatunya.

\~\~\~

SMP itu kayak dunia sendiri, kan? Banyak anak yang mulai ngerokok biar kelihatan keren. Kayaknya, merokok udah jadi bagian penting dari nongkrong mereka.

Tanpa rokok, rasanya kaya ada yang ilang gitu. Tapi jujur, bagi mereka, merokok cuma satu dari segudang aktivitas yang mereka lakukan.

Waktu aku mulai sering ketemu dan nongkrong sama mereka, baru deh aku ngeh kalo rokok itu cuma sebiji dari banyak hal yang mereka lakuin.

Ada kegiatan-kegiatan lain yang lebih dianggep keren, dan merokok tuh udah jadi hal biasa aja. Tapi gila, walau ada hal-hal keren lainnya, mereka tetep ngerokok, loh.

Kayaknya itu namanya tekanan sosial banget deh. Padahal mereka tahu banget kalo merokok itu enggak sehat, tapi demi diterima atau biar enggak keliatan beda, mereka tetep lanjutin kebiasaan itu.

Buat sebagian, merokok itu kayak tanda dewasa, mandiri, atau bahkan buat cari perhatian. Tapi ya gitu, buat yang lain, ngerokok udah jadi kebiasaan sulit dilepasin, meskipun ada hal-hal lain yang lebih penting atau asik.

1
Amelia
halo salam kenal ❤️🙏
Atika Norma Yanti: salam kenal juga ya😄
total 1 replies
Anita Jenius
5 like mendarat buatmu thor. semangat ya
Anita Jenius
seru nih mengangkat masalah pembullyan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!