Seorang abdi negara yang berusia matang, di pertemukan dengan gadis muda yang tingkahnya mirip petasan.
~
"Okee, kalau gitu kita fix tidak ada apa-apa yaa?"
"Iya, saya fix benar-benar pacar kamu!" jelasnya lagi sambil menirukan gaya bicara gadis di depannya.
"Apa?"
"Ihh, Bapak jangan ngawur yaa!"
"Saya tidak ngawur, sudah kamu sebaiknya cepat istirahat."
"Tidak mau! Saya mau Pak Braja tarik kata-kata barusan."
"Pantang bagi saya menarik ucapan yang sudah saya katakan."
"Uhhh! Ranti over kesal, ia mendelik sambil memukul-mukul dada bidang pria tersebut. "Kalau begitu rasakan bagaimana punya pacar yang rewel dan juga merepotkan, satu lagi jangan sampai siapapun tau perihal ini, kalau tidak saya sunatt ulang burung bapak," ancamnya dengan raut ketus yang sayangnya nampak berkebalikan dan begitu konyol.
Mendengus geli, Braja mengangguk mengiyakan ucapan gadisnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mitta pinnochio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak ada kapok-kapoknya!
Semilir angin malam menelisik masuk melewati sela kelambu jendela. Bertiup lembut namun terlewat sejuk, Ranti lantas mendekat ke arah jendela dan menarik simpulnya.
Tetapi, belum sempat ia meraih kelambu itu. Perhatiannya terpaku akan legamnya malam yang terlewat kelam. Tak ada satupun bintang yang nampak, bahkan rembulan pun enggan menampakkan wujudnya. Hanya terlihat awan gelap tebal sejauh mata memandang.
"Sepertinya akan turun hujan." lantas ia menumpukan kedua lengannya di atas teralis besi. Ranti lalu memilih diam sejenak, termangu menatap keluar jendela. di saat tengah melamun begini ia jadi teringat akan kilas balik hari pertamanya bekerja seharian tadi.
Kalau di pikir-pikir, untuk permulaan pertama tadi tidak lah buruk. Meskipun ada satu dua hal yang sedikit mengusik sihh. Ahh! Bukan mengusik tepatnya tapi sulit! Ya, suuulitt! Bayangkan saja dirinya yang tidak pernah tau menau perihal medis tiba-tiba langsung bekerja sebagai asisten pelayan kesehatan. Terlebih ini berbasis kemiliteran.
Alhasil dia tadi sampai mati kutu tak berani bergerak karena begitu awam nan tabu perihal masalah seperti itu. Di tambah lagi dengan kemunculan kak Dina, kowal muda yang dari raut wajahnya, ia taksir usianya sekitan 27 tahun ke atas. Sosok itu sungguh bikin ketar-ketir untuknya, persis dan mirip sekali dengan Pak Braja, ketus dan juga irit bicara!
Ranti mengetuk-ngetuk dagunya berfikir, matanya berputar ke atas. "Apa semua orang kemiliteran seperti itu yaa? Tapi, rasa-rasanya tidak deh. Lihat saja kak Jeva, taruna satu itu cenderung humoris dan suka menggoda. Yang lain pun juga ada beberapa yang seperti itu. Jadi teringat tadi sempat berkenalan dengan beberapa taruna muda, ganteng lagi! Uhuyyy, hihihi," kelakahnya nan cengengesan sendiri.
Menoleh keluar, memperhatikan jalan di luar sana yang nampak sepih tak berpenghuni, Ranti baru sadar jika malam di tempat ini terasa begitu sunyi nan tenang. Tidak ada lalu lalang pedagang sliweran atau sejenisnya. Hanya mobil-mobil mewah serta mobil ekspedisi yang lewatnya sekali dua kali. Maklum, perumahan cluster mahal.
"Coba saja kalau di kampung, pasti banyak abang-abang bakso atau cilok yang sliweran di depan rumah, hmmm ..."
Mendesah lesu, ia meringkuk sambil menengadah menatap langit malam dan memeluk erat kedua kakinya. Sampai kemudian.
"Kruukk!"
Ranti mengernyit tertahan.
"Astaga, lagi!"
Seperti yang sudah-sudah dan hal paling ia rutuki, perutnya berbunyi nyaring kala malam menjelang.
"Aihh, padahal baru saja makan, tapi kenapa sudah berbunyi lagi! Apa karena kebiasaan ku yang suka nyemil malam-malam ya? Makanya aku selalu kelaparan saat malam hari."
Menarik nafas panjang seraya mengelus perutnya yang datar, Ranti beranjak berdiri dan mulai melancarkan aksi di otak kecilnya.
"Tahan perut, karena pemilik mu ini tersohor akan kearifan nan juga dermawan. Tanpa di paksa pun aku akan mengisimu dengan makanan-makanan enak nan juga bergizi," ucapnya pelan seraya terkikik geli akan ucapannya sendiri. Sontak ia segera menuju ke dapur.
Lain kemarin lain sekarang. Jika tempo hari Ranti makan di tengah kegelapan dengan cara mengendap-ngendap layaknya pencuri, berbeda dengan kali ini. Sebelum masuk ke dapur, ia menyempatkan diri untuk meminta ijin kepada Mbok Darmi.
Pun tentu saja wanita paruh baya itu mengizinkan. Terlebih pemilik rumah yang memberi kebebasan perihal masalah makanan. Sungguh-sungguh dermawan juragan satu ini.
Membuka lemari pendingin dan mengambil beberapa makanan, Ranti teringat akan pesan Mbok Darmi beberapa saat lalu.
"Ambil saja makanan yang ada di kulkas, kamu panasi terlebih dahulu. Setelah itu jangan lupa mencucinya jika sudah selesai."
Yup!
Kira-kira seperti itulah Mbok Darmi berpesan.
Mengambil 2 kotak makanan yang berisi tumis cumi dan sambal hati sapi, ia menghangatkan makanan tersebut di atas teflon panas. Tak lupa ia juga mengambil 1 munjung piring nasi, tak perduli jika berat badannya bertambah. Toh, sekian lama ia melakukan kebiasaan makan malam, buktinya badannya tak pernah melar tapi hanya bertambah padat namun masih sedap di pandang.
Mencium aroma sedap nan gurih yang menguar kuat dari atas teflon, segera ia mangangkat makanan itu dan meletakkannya di atas piring.
"Uhh, sedapnya kamuhh," padahal belum mencicipi.
Duduk di meja makan dan siap melahapnya, tiba-tiba ia teringat.
"Kemaren malam bukannya jam segini ya, spesies kulkas itu muncul? kok sekarang tidak? Tapi, ya biarlahh ... Kalaupun muncul nanti malah bikin aku keki!" mecucu sambil mengaduk-aduk nasi di piringnya.
"Ingat saja mukanya yang selalu di tekuk dan mulutnya yang berkata ketus. Lama-lama ia lebih mirip dedemit dari pada manusia! Tapi untung saja tampan. Besok pagi saat berangkat aku usilin ahh, siapa tau moodnya sedikit berubah dan mau tersenyum manis. Itung-itung membantunya supaya cepat kawin, huhuhu ... Kawin!" Ranti mesam-mesem dan siap menyuap satu sendok penuh.
Tapi, pucuk di cinta ulang pun tiba. Sosok yang sedari tadi ia pikirkan, tiba saja muncul berlalu di hadapannya dengan muka lempengnya.
Dengan netra sedikit membola nan mulut terbuka siap melahap sendok di depannya, Ranti menatap terkejut akan kemunculan lelaki itu.
Panjang umur, baru juga di pikirin langsung nungul!
Sedangkan Braja yang mengambil sesuatu di lemari pendingin, mengernyit samar melihat gadis itu.
"Ada apa?"
"Huh?" ia bertanya bingung.
"Ada yang salah?" Braja lebih bingung lagi.
Bagaimana tidak bingung, sementara Ranti bengong melihatnya enggan berkedip seperti itu.
Kontan Ranti mengibaskan tangannya sambil tertawa.
"Ahh, tidak Pak, tidak ada. Cuma itu, uhh ... Anu!"
"Anu?"
"Anu, maksudnya Bapak mau di bantu? Mau di bikinin teh atau kopi gitu, biar saya bantuin," lanjutnya di sertai ringisan lebar.
Berjalan tenang dan berlalu kebagian belakang rumah.
"Bikinin saya kopi, tanpa gula," ucapnya dengan suara berat sembari berlalu pergi.
"Oke Pak, siap! Tapi saya makan bentaran yakk?"
Tak ada sautan, Ranti lantas tetap melanjutkan makan malamnya. Masa bodoh lahh, Pak Braja nunggu lama, yang pentingkan ia sudah ijin.
Clingak-clinguk sembari membawa kopi panas di atas nampan kecil. Ranti mencari keberadaan Braja yang tadi melangkah ke arah belakang rumah. Pendar lampu yang menyorot sendu membuat sedikit kesulitan menemukan sosoknya, maklum Pak Braja kan kulitnya gelap tadi pun juga memakai pakai gelap seingatnya.
Hingga kemudian ekor matanya tanpa sengaja menangkap sosok gagah yang tengah menyesap rokok di halaman belakang.
Duduk tegap dengan sebelah tangan yang bertumpu di lengan kursi serta sebelahnya mengapit cerutu yang ia hisap lamat, pendar asapnya nampak membumbung tinggi memenuhi pekatnya malam.
Dari belakang sosok itu nampak begitu gagah, lihat saja bisepnya yang tercetak jelas serta bahu lebar nan seakan siap untuk di terjang, tipe-tipe pelukable sekali!
"Benar-benar seksi, uhh ... Hei! Astaga, otak kecilku."
Mengerjap beberapa kali serta mendesah kasar. Ranti mendekat ke sosok itu dan berhenti di sisinya.
"Ini Pak, kopi pait special buat Pak Braja," serunya dengan senyum manis semanis gelatin.
Menoleh serta sempat terpaku sejenak, Braja lantas berdehem singkat dan mengalihkan tatapannya.
"Terimakasih," sautnya datar.
"Ada lagi Pak yang mau di bantu?"
"Tidak."
"Oke, kalau gitu saya permisi dulu Pak, mau tidur dulu biar besok gak telat, biar gak di tinggal sama bapak, nanti kalau di tinggal kan Bapak juga yang berabe," selorohnya panjang kali lebar dan terdengar begitu berisik di telinga Braja.
"Hmmm." Braja lantas hanya bergumam malas, tanpa melihat.
Sedangkan Ranti segera berlalu dengan langkah centil yang di buat-buat, berjalan melenggak-lenggok layaknya peraga busana.
Lelaki itu pun sempat melirik sekilas dan geleng-geleng kepala melihat tingkahnya.
Namun, alih-alih tidur kembali ke kamarnya. Ranti malah berbelok ke sisi rumah. Berjalan cepat menuju sesuatu yang menarik atensinya. Ranti mengambil satu bangku kursi dan meletakkan nya di bawah pohon kelengkeng.
Nyatanya ada satu ranting kelengkeng yang menjuntai rendah menarik minatnya. Berdiri di atas bangku dan berjinjit menggapai buah itu. Sialnya sekalipun telah di bantu kursi, dirinya masih juga tidak sampai menggapainya.
Mungkin karena tubuhnya yang terlalu pendek.
Menggeram kesal, Ranti lantas meloncat ragu di atas kursi. Hingga loncatan yang kesekian kalinya tiba-tiba.
"Gedebugg!"
"Huuuaaaa ... Mbokk!"
Braja yang tengah santai menyesap kopinya seketika terperanjat kala mendengar seruan gadis itu. Ia seketika berlari panik mencari asal suara.
"Anak ini tidak ada kapok-kapoknya!"
Tau-tau gadis itu sudah nyungsep dengan posisi tiarap di atas tanah. Memang dasar Ranti nya yang suka pecicilan!
^ Yang request potonya Pak Braja, nohh 😌, yg neng Ranti sabar duluu yakk, masih di cari. 🙏🤗
Ohh, iya. Btw jangan lupa like sama komen yakk, kaga pakek gipp aing kaga ngapa² 🙏🤭😆
...----------------🍁🍁🍁----------------...
SEMANGAT Thor 🤗
SEMANGAT Thor 🤗
SEMANGAT Thor 🤗
SEMANGAT Thor 🤗
SEMANGAT Thor 🤗
memang seharusnya kalau masih memiliki kisah yang belum usai itu alangkah baiknya tidak memulai hubungan yang baru dulu. tapi jikapun terlanjur selesai kan dulu kisah yang lama karena hidup melangkah kedepan bukan kebelakang.
SEMANGAT Thor 🤗
SEMANGAT Thor 🤗
SEMANGAT Thor 🤗
SEMANGAT Thor 🤗
SEMANGAT Thor 🤗
SEMANGAT Thor 🤗
SEMANGAT Thor 🤗
duhh deg deg an nihh dengan panggilan mas Dhika
SEMANGAT Thor 🤗
hemmm.. ternyata masih memiliki rasa yang sama dan masih bertahan direlung hati. tapi sayangnya salah satu sudah memiliki kisah yang baru. 🤔
SEMANGAT Thor 🤗
SEMANGAT Thor 🤗
SEMANGAT Thor 🤗
kalo Ranti ingat siapa wanita ayu itu bisa ilang semangatnya.. padahal dari rumah semangat 45 membara. deg deg an dehh rasanya.
SEMANGAT Thor 🤗
padahal Ranti udah semangat banget mau bertemu ayank.. semoga tidak dapat kejutan dehh
SEMANGAT Thor 🤗
SEMANGAT Thor 🤗