Cinta Di Ujung Senapan

Cinta Di Ujung Senapan

Bhadrika Braja Perkasa

Lembayung sore menggantung elok di langit cakrawala, biasnya terlukis indah nan acapkali menarik atensi sesiapa. Berwarna keoranyean kontras dengan sapuan legam yang kian lama kian menenggelamkan wujudnya.

Sore hari di markas pusat TNI AL nampak begitu riuh para taruna tengah berseru menyanyikan mars korps marinir.

..."Bergerak serentak,...

...Pantang mundur sejejak...

...Itulah pedoman kita...

...Di bawah kibaran bendera dan panjimu...

...Ayo terus bergerak maju...

...Tunjukkan beranimu...

...Perlihatkan perkasamu...

...Dengan semangat baru...

...Lautan terjaga daratan sentosa negara...

...Sejahtera...

...Jalesu bhumyamca jayamahe...

...Itulah semboyan marinir yang jaya!"...

Gemuruh para taruna itu dengan penuh semangat dan kompak di sertai gerakan yang seiras.

Apel sore hari ini hampir selesai, selepas melaksanakan kegiatan rutin dalam rangka menerapkan Peraturan dinas dalam PDD khas TNI AL, prajurit pelatih pusat latihan pasukan pendarat Puslatpasrat melaksanakan ronda penutup jelang libur akhir pekan.

Ronda penutup ini rutin dilaksanakan menjelang weekend tepatnya pada hari Jumat setiap minggunya. Ronda penutup dipimpin Letda Marinir dan diikuti anggota Provos, Bintara utama Bama dan Bintara dinas jaga badis yang melaksanakan pemeriksaan sarana prasarana seperti ruangan ruang kerja, aliran listrik, air, gudang beserta alat-alat kelengkapan lainnya untuk memastikan keamanannya selama ditinggal Weekend.

Bendera telah di turunkan, para taruna serta perwira yang saat itu tengah mengikuti upacara meninggalkan barisan, pertanda jika kegiatan apel penutupan kegiatan hari ini telah usai di laksanakan.

Tak terkecuali sesosok Laksamana Muda yang sedari tadi terlihat begitu mencolok dari pada marinir lainnya. Fisiknya yang nampak sedikit berbeda karena tinggi tubuhnya yang mencapi 190cm, terpaut jauh dari standart tinggi badan tentara lainnya, serta auranya yang dominan ugal-ugalan, tidak sedikit pasti mencuri perhatian lawan jenis dan sesama jenis sekalipun.

Bagaimana tidak? Bahunya yang begitu lebar, postur tubuh yang begitu tegap serta kokoh, menjelaskan bagaimana tubuh itu begitu kekar nan perkasa. Dan jangan lupakan kulit legam madunya serta paras tegas yang begitu memikat.

Sosok itu adalah seorang Laksamana muda Bhadrika Braja Perkasa. Seorang Laksda termuda dengan prestasi yang luar biasa. Di usianya yang masih menginjak 34 tahun, beliau sudah di angkat menjadi perwira tinggi karena kinerja serta pengabdiannya kepada negara yang begitu loyal.

Namun, berbanding terbalik dengan prestasinya sebagai apatur negara. Braja memiliki kisah cinta yang minim atau lebih tepatnya terkesan begitu kurang. Diusianya yang sudah bisa dikatakan matang nan juga sukses, Braja masih belum memiliki tambatan hati.

Sosoknya yang begitu disiplin, dingin dan juga irit bicara. Acap kali membuat sesiapa saja kesulitan untuk menjalin sebuah komunikasi dengannya. Tanpa terkecuali Ibu serta Adiknya sendiri.

Melangkahkan kakinya menuju ruangannya, Braja langsung mengambil tas kerjanya yang tersimpan rapi di atas meja. Kebiasaannya yang selalu disiplin akan segala hal begitu terlihat hanya dengan sekedar melihat ruangan kerjanya.

Barang yang selalu tertata rapi, ruangan yang bersih serta letak barang yang tak pernah berubah sesuai tatanan pria itu. Membuatnya acap kali mendapat decak kagum dari sesama perwira atau bawahannya.

Melirik jam di atas meja konsol yang sudah menunjukkan pukul 6 petang, ia segera bergegas untuk kembali ke kediamannya. Menaiki sebuah mobil range rover hitam garang, Braja memacu kendaraannya dengan pelan melewati pos penjagaan.

"Tin ... Tin ...." ia menekan klakson mobilnya sebagai kode untuk menyapa taruna yang tengah bertugas.

"Pulang, Dan?" seru taruna tersebut.

Braja hanya mengangguk singkat serta seulas senyum tersungging tipis.

"Baik, Dan. Hati-hati di jalan," ujarnya dengan bersikap hormat terhadap atasannya tersebut.

Sesudah melewati gerbang, ia segera memacu kendaraannya sedikit cepat. Perjalannya menuju kerumah dari markas pusat biasanya dapat ia tempuh hanya dengan waktu 30 menit. Namun, melihat lalu lintas jakarta saat weekend menjelang, yang tersohor akan kepadatannya, dapat di pastikan jika ia bisa melampaui 1 jam lamanya.

Menghembuskan nafas panjang, Ia meraih kancing atas seragamnya untuk ia buka, bermaksud agar sedikit banyak bisa mengurangi rasa jengah ketika macet melanda.

~

Di dalam sebuah hunian elit di kawasan Jakarta. Indira serta Darmi tengah sibuk menyiapkan makan malam. Di bantu oleh seorang gadis muda berparas ayu yang belum lama ini tiba di tempat itu, suasana rumah tersebut terasa lebih hangat nan juga hidup.

Rumah besar yang di kelilingi oleh tembok-tembok tinggi serta pepohonan lebat akan buah. Membuat hunian tersebut terkesan asri nan sunyi layaknya tak ada kehidupan, terlebih karena penghuni nya yang sibuk di luar rumah dan jarang menyibukkan diri di dalam rumah.

"Mbok, ayamnya udah mateng kan?" ujar Indira memastikan hidangannya siap tepat waktu.

"Sudah, Bu. Ini tinggal bikin sambelnya saja," saut Mbok Darmi, seorang wanita renta yang telah lama bekerja untuk keluarga tersebut.

Mengulas senyum puas, Indira mengambil beberapa bahan yang sudah mereka siapkan untuk membuat sambal.

"Ranti," panggilnya pada sesosok gadis yang sedari tadi sibuk berkutat di cucian piring.

"Dalem, Bu." sautnya dan berangsur mendekat ke arah majikanya Budenya tersebut.

"Sini, kamu bantu saya bikin sambal. Biar nanti kamu pinter bikinnya."

Mengangguk patuh, ia tersenyum manis mendengar ajakan sang majikan yang begitu ramah.

Ranti yang notabennya baru saja tiba beberapa jam lalu di tempat ini, entah mengapa merasa begitu nyaman nan betah. Kota Jakarta yang di gadang-gadang sebagai kota tersibuk penuh polusi, nyatanya tak ia temukan di tempat budenya bekerja ini. Mungkin karena kawasan yang mereka tinggali salah satu kawasan elit dengan suasana asri pepohonan serta minim polusi, jadi terasa begitu sejuk tak jauh berbeda dengan di desa. Meskipun dalam tanda kutip, gaya hidup serta bangunan di keduanya berbanding terbalik.

Ranti memotong beberapa cabai dan juga pelangkapnya.

"Kamu udah lulus sekolah?"

"Sudah, Bu."

"Terus, kesini mau kerja dimana?" tanyanya di sela kegiatan mereka.

Melirik sekilas ke arah budenya, Ranti kemudian menjawab pertanyaan tersebut dengan begitu sopan nan hati-hati.

"Kerja di mana saja Bu, yang penting halal. Kerja jadi pembantu di sini pun, saya juga mau kok Bu."

Mendengar jawaban yang terkesan begitu lugu nan apa adanya, seketika Indira terkekeh pelan.

"Ya jangan dong, kalau jadi pembantu. Kamu masih muda, Nanti ibu bantu cariin kerjaan di tempat anak Ibu ya."

Mendengar ucapan majikannya barusan, seketika Darmi menghentikan pekerjaannya.

"Jangan, Bu! Tidak usah, nanti malah merepotkan den Braja," tolaknya pelan penuh rasa sungkan.

"Gak apa-apa lah Mbok, Braja pasti mau dan bisa kok. Sekali-sekali saya bantu Mbok Darmi, hitung-hitung balas budi karena Mbok udah jaga keluarga saya selama ini."

"Jangan bicara seperti itu, Bu. Saya senang dapat ikut keluarga Ibu, kalau pun tidak di beri upah saya juga tetap bertahan di sini," ucapnya bersungguh-sungguh karena merasa begitu bersyukur dapat bergabung di keluarga ini.

Terhitung sejak Braja masih kecil hingga sosok itu telah tumbuh dewasa sampai sekarang. Mbok Darmi selalu mengikuti kemanapun keluarga mereka pergi.

Sosok sang ayah yang tak lain juga perwira TNI, membuat keluarga mereka sering berpindah tempat karena penugasan. Sampai halnya sang kepala keluarga Perwira Perkasa berpulang ke sisi tuhan. Mbok Darmi dengan tubuh rentanya tetap setiap mengikuti.

Terenyuh mendengar ungkapan tersebut, Indira seketika berdehem singkat menepis perasasan haru yang dapat ia tebak ujung-ujungnya akan berakhir tangis sedu.

Bertepatan dengan hal itu, tiba saja suara deru mobil terdengar memasuki pekarangan rumah.

"Nah, itu Braja udah pulang. Mbok, ambil alih sambel ini yaa! Ranti, kamu bantu Ibu, panggilin Caca di atas ya Nak."

Mendengar ucapan tersebut, lantas Ranti segera membasuh tangannya dan bergegas naik ke lantai atas. Berjalan cepat menaik tangga dan berbelok hingga esensinya tak terlihat.

Bertepatan dengan itu sesosok pria bertubuh tegap nan gagah, membuka pintu tepat saat gadis itu tak terlihat.

"Assalamualaikum," serunya berat namun terdengar begitu teduh.

"Waalaikumussalam," saut para penghuni rumah yang mendengarnya.

Seketika Indira melesat ke depan dan menyambut kedatangan anaknya.

"Macet ya?" tanya sang ibu to the point, begitu melihat paras anaknya yang tampak begitu letih.

"Iya, Bu," Braja menjawab seraya menggapai jemari sang ibu dan menciumnya.

"Saya mau langsung ke atas dulu."

"Loh, Mas! Kamu nggak makan dulu? Ibu udah masak ayam bakar kesukaan kamu loh,"

"Nanti saja saya turun, Bu. Ibu siapkan saja di atas meja, nanti pasti saya makan." timpalnya dengan begitu santun dan tak mengurangi kadar kesopanannya. Ia berlalu segan meninggalkan ibunya.

Mendengar penuturan itu, lantas Indira hanya mengangguk pasrah dengan senyum teduhnya. Tak di pungkiri acap kali ia selalu kepikiran akan nasib sang putra. Di usianya yang sudah tak muda lagi, dia masih setia melajang. Tak sedikit, ia juga sudah mengenalkan para gadis cantik nan berwawasan. Namun, hasilnya seperti yang sudah-sudah.

Braja selalu menolak dan beranggapan jika dirinya masih belum menemukan sosok yang tepat.

Beranjak naik meninggalkan ibunya. Ada sepasang netra lentik yang sedari tadi memperhatikannya dari sela pintu. Tanpa sepengetahuan sosok itu, Braja yang saat itu baru saja sampai di lantai atas, telah mendapati keberadaannya.

Hanya saja, pikirnya sosok itu adalah adik perempuannya yang sering kali berlaku usil ketika dirinya baru saja tiba. Padahal sosok itu adalah sosok lain yang sebentar lagi akan merecoki hari-harinya kedepan.

...................🍁🍁🍁...................

"Ini adalah karya pertamaku tentang seorang Apatur negara. Mohon maaf jika di beberapa part ada yang tidak sesuai, kembali lagi ini hanyalah sekedar novel recehan penghibur waktu luang. Ku mohon kalian berkenan medukungku dengan like serta komen akan bab ini. Terimakasih 🙏🤗

Terpopuler

Comments

🐊⃝⃟ ⃟🍒🥑⃟ᵘʸᵘˡucup🐒💨ʜ֟͜͡ᴠ✔️

🐊⃝⃟ ⃟🍒🥑⃟ᵘʸᵘˡucup🐒💨ʜ֟͜͡ᴠ✔️

bkin smbl aja hrs pnter, rbet bngt dah, tnggal cabe diulekk doangg. majikanny anehh nihhh, noraaaa🤪

2024-03-19

1

🇩EWI ᴺᵁᴿ CAHAYA🌀🖌

🇩EWI ᴺᵁᴿ CAHAYA🌀🖌

tinggi banget, jarang orang Indonesia setinggi itu

2024-03-06

0

Nurhayati Nia

Nurhayati Nia

haiii thorrr aku singgah di karyamu

2024-03-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!