NovelToon NovelToon
Sang Legenda: Naga Langit

Sang Legenda: Naga Langit

Status: tamat
Genre:Misteri / Fantasi Timur / Balas Dendam / Kebangkitan pecundang / Kelahiran kembali menjadi kuat / Epik Petualangan / Tamat
Popularitas:7.2M
Nilai: 4.5
Nama Author: Sang_Imajinasi

Xiao Chen selalu dianggap murid terlemah di Klan Xiao.

Tidak punya bakat, selalu gagal dalam ujian, dan menjadi bahan ejekan seluruh murid.
Namun tidak ada yang tahu kebenaran sesungguhnya bahwa tubuhnya menyembunyikan darah naga purba yang tersegel sejak lahir.

Segalanya berubah saat Ritual Penerimaan Roh Penjaga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10: Menuju Jantung Kegelapan

Matahari belum terbit. Langit di timur masih berupa garis ungu pucat yang berjuang menembus pekatnya malam.

Xiao Chen meninggalkan kota dengan langkah lebar. Dia tidak menoleh ke belakang, ke arah Kediaman Keluarga Su yang kini terasa dingin dan kosong. Hatinya telah ia bekukan. Rasa sakit perpisahan dengan Qingyue ia tekan dalam-dalam, diubah menjadi bahan bakar yang membakar darahnya.

Dia tidak kembali ke Klan Xiao untuk beristirahat. Waktu adalah kemewahan yang tidak dimilikinya. Turnamen akan dimulai saat matahari tepat di atas kepala. Dia hanya punya waktu kurang dari enam jam.

"Kau terlihat mengerikan, Bocah," suara Yao Huang memecah keheningan di kepalanya saat Xiao Chen memasuki batas Hutan Kabut Hitam. "Aura membunuhmu bocor ke mana-mana. Kau akan menakuti kelinci, tapi kau akan memancing predator yang lebih besar."

"Itu tujuanku," jawab Xiao Chen datar. Dia melompati akar pohon besar, gerakannya lincah menyatu dengan bayangan. "Guru, kau bilang ada cara cepat untuk meningkatkan kekuatan fisikku sebelum melawan Xiao Long. Apa target kita?"

Kabut hitam keluar dari manik di lehernya, membentuk wujud transparan Yao Huang yang melayang di samping Xiao Chen yang sedang berlari.

"Xiao Long berada di Puncak Tingkat 9 Pengumpulan Qi," jelas Yao Huang. "Dia memiliki keunggulan Qi yang lebih padat dan teknik beladiri tingkat tinggi dari klan. Kau baru di Tingkat 6. Jika kau bertarung dengan Qi, kau kalah telak."

"Aku tahu," potong Xiao Chen. "Itu sebabnya aku mengandalkan tubuh ini."

"Tubuhmu memang kuat, tapi belum cukup keras untuk menahan pedang atau teknik tingkat tinggi tanpa cedera," lanjut Yao Huang. "Kita butuh sesuatu untuk menyempurnakan Tulang Naga Tahap Awal-mu."

Yao Huang menunjuk ke arah bagian hutan yang lebih gelap, di mana kabut tampak lebih tebal dan pohon-pohon tumbuh setinggi menara.

"Di kedalaman hutan ini, ada wilayah tebing batu. Di sana hidup seekor Kera Roh Lengan Panjang."

Langkah Xiao Chen sedikit melambat. "Kera Roh Lengan Panjang? Itu binatang buas Puncak Tingkat 1. Setara dengan kultivator Tingkat 9 manusia. Mereka dikenal ganas dan memiliki kecerdasan rendah."

"Benar," Yao Huang menyeringai. "Inti monsternya mengandung esensi kekuatan otot murni. Dan darahnya... jika kau mandi dengan darahnya yang masih panas, itu bisa memadatkan kulitmu menjadi sekeras tembaga dalam waktu singkat."

"Puncak Tingkat 1..." gumam Xiao Chen. Matanya menyipit menatap kegelapan di depan.

Ini adalah pertaruhan nyawa. Melawan monster yang setara dengan Xiao Long, tapi lebih buas, tanpa aturan, dan di habitat aslinya. Jika dia terluka parah di sini, dia tidak akan bisa ikut turnamen.

"Takut?" tanya Yao Huang.

Xiao Chen meraba dadanya, merasakan detak jantungnya sendiri. Dia teringat surat Qingyue. Dia teringat wajah angkuh Tetua Su.

"Tidak," jawab Xiao Chen dingin. "Jika aku tidak bisa membunuh seekor monyet, bagaimana aku bisa membunuh takdirku?"

Dia mempercepat larinya, menembus semak belukar berduri tanpa mempedulikan goresan di kulitnya.

Semakin dalam Xiao Chen masuk ke hutan, semakin sunyi suasana di sekitarnya. Suara serangga malam yang bising perlahan menghilang. Burung-burung tidak berkicau di sini.

Ini adalah tanda bahwa dia memasuki wilayah predator puncak. Hewan-hewan lemah tidak berani bersuara di sini.

Udara menjadi lebih lembap dan berbau anyir.

Xiao Chen berhenti sejenak di dekat sebuah pohon besar yang tumbang. Dia berjongkok, memeriksa tanah yang berlumpur.

Ada jejak kaki besar. Sangat besar, dengan cakar yang menancap dalam ke tanah. Di batang pohon di dekatnya, terdapat bekas cakaran panjang yang merobek kulit kayu setebal lima inci.

"Kuat sekali," bisik Xiao Chen, meraba bekas cakaran itu. Serat kayunya hancur total. Jika cakar ini mengenai tubuh manusia, tulang rusuk pasti akan remuk seketika.

"Ini wilayahnya," bisik Yao Huang. "Mulai sekarang, atur napasmu. Kera jenis ini memiliki pendengaran yang tajam. Dia akan mendengar detak jantungmu jika kau panik."

Xiao Chen menutup matanya sejenak. Dia melakukan teknik pernapasan Naga Tidur yang diajarkan Yao Huang. Detak jantungnya melambat, menyatu dengan ritme hutan. Auranya menyusut hingga nyaris tak terdeteksi, seperti batu mati.

Dia membuka matanya kembali. Pupilnya kini vertikal penuh, kemampuan penglihatan malamnya aktif maksimal.

"Di mana dia?" batin Xiao Chen.

Dia bergerak lagi, kali ini tanpa suara sedikit pun. Dia tidak berlari di tanah, melainkan melompat dari satu dahan ke dahan lain, mengincar posisi ketinggian.

Beberapa ratus meter di depan, pemandangan hutan berubah. Pepohonan mulai jarang, digantikan oleh formasi batu-batu granit raksasa yang menyusun tebing curam.

Di sana, di celah bebatuan itu, Xiao Chen melihat sisa-sisa tulang belulang hewan—rusa, babi hutan, bahkan kerangka manusia yang sudah memutih. Itu adalah sarang sang raja hutan wilayah ini.

Xiao Chen bersembunyi di balik dedaunan rimbun, mengamati dengan sabar. Dia belum melihat kera itu, tapi dia bisa merasakan tekanan udara yang berat di sekitar tebing batu tersebut.

"Dia ada di sana," bisik Yao Huang di telinganya. "Sedang tidur atau menunggu mangsa. Bersiaplah, Xiao Chen. Ini bukan latihan memukul samsak. Ini adalah perburuan."

Xiao Chen mengepalkan tangannya. Keringat dingin menetes di pelipisnya, tapi tangannya tidak gemetar. Dia mengeluarkan belati karatan miliknya bukan untuk menyerang, tapi untuk memotong jalan jika dia terjerat tanaman rambat. Senjata utamanya adalah kedua tangannya sendiri.

"Hanya ada satu jalan keluar dari hutan ini," batin Xiao Chen. "Aku keluar dengan membawa inti monster itu, atau aku menjadi tumpukan tulang berikutnya di sarang itu."

Angin berhembus pelan, membawa bau musk yang tajam dari arah gua batu.

Xiao Chen menarik napas dalam-dalam, mengisi paru-parunya dengan oksigen, mempersiapkan otot-ototnya untuk ledakan tenaga yang ekstrem.

1
MATADEWA
Lumayan
Juni Ardi
luar biasa
Darwito
eyyeey
Darwito
yeyeeu
Darwito
twtwtw
Darwito
f7f77fc78v
Bin Bin
teman2, kemungkinan maksudnya yang misterius itu masternya (gurunya), buka xiao chen 🤭
YAN 28
yg jenius bukan mc nya, dia pecundang masa susah ngalahin lawan yg kultivasinya dibawah... 🤣🤣🤣
Juni Ardi
keren😄
Darwito
xyuxux
Kris Worro
melawan musuh yg ranahnya jauh dibawahnya kerepotan sampai terluka, melawan musuh yg ranahnya setara seringnya kehabisan qi ujung-ujungnya pingsan wl menang dan melawan musuh yg ranahnya satu tingkatan kecil diatasnya mungkin si mc modar. si author bingung mau menempatkan mc posisinya gmn
n max
ceritanya hanya mencari kekuatan aja, tdk ada sosialisasi kpd rakyat dn tdk ada cerita romantisnya membosankan
Purwoko Joko Prawoko
bukankan sang paman kedua sudah membuat sumpah dao akan setia kepada sang nona pewaris???
Kris Worro
Di novel ini elemen petir seolah gk ada harga dirinya, dqn di novel ini diceritakan bhw elemen petir itu turunan dr elemen kayu. Sedangkan dicerita novel yg lain-lainnya elemen petir adl salah satu elemen terkuat yg ada disamping elemen cahaya, elemen rung dan waktu dan elemen kegelapan
Kris Worro
Menjijikqn sekali si mc, pertarungan dg lawan yg seimbang atau kuat selalu dan selalu kehabisan qi akhirnya pingsan. Gk ada metode lain apa thor utk mengembangkan cerita biar lbh menarik. Lagian kultivasi baru tahan 3 (Core Formation) aja digambarkan seolah-olah kekuatannya di ranah Kaisar Surgawi, terlalu berlebihan kamu thor dan lbh mendekati ke alay dlm bercerita
Kris Worro
Kirain ranah kultivasi ketua sekte (matriak) itu sdh di ranah kaisar langit atau kaisar surgawi, eh gk taunya ranah kultivasinya 1 tingkat di atas ranah kultivasi Xiao Chen. Sungguh sangat berlebihan sekali si author dlm menggambarkan sebuah kekuatan
Darwito
geyeue
Darwito
whn
Darwito
yzuzzu
Darwito
twtw5w
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!