"Bagaimana rasanya jatuh cinta dengan wali yang ditugaskan oleh ayah saya?"
Amara yang muda dan cantik memiliki kehidupan yang bahagia dan sempurna; ia dicintai oleh orang tuanya, sukses dalam studinya, dan telah menjadi direktur perusahaan sejak usia sembilan belas tahun.
Namun, di balik permukaan yang di irikan semua orang itu, ada sesuatu yang membuatnya sedih. Melihat pria yang dikaguminya sejak kecil menikah dengan wanita lain, Amara yang sombong hampir tidak bisa menyembunyikan rasa sakit dan kesedihan di hatinya.
Di sisi lain, Akmal yang tahu dirinya tidak boleh jatuh cinta, namun tanpa sadar dirinya terus memperhatikan Amara. Saat melihat Amara bersama pria lain, ia peduli dan cemburu...
Akankah roda takdir menuntun keduanya untuk saling mencintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejadian
Jonas menyerahkan Daniel pada pihak pengobatan, pria itu membawa Amara untuk masuk kelas, Jonas bahkan mengantar putri Maher itu sampai didalam kelas yang mena membuat beberapa orang di dalamnya menatap kearah Jonas yang memiliki postur tubuh dan juga penampilan mencolok.
Amara terlihat biasa saja, gadis itu tidak merasa risih mendapati Jonas yang terlihat seperti lebih ke posesif, Amara hanya berpikir jika Jonas hanya menjalankan tugas dari orang tuanya.
Setelah memastikan Amara duduk, Jonas pun memilih pergi sebelum pergi pria itu mengamati sekitar memastikan tidak ada yang mencurigakan, biar bagaimanapun Amara adalah seorang direktur Arama property.
"Ra, tadi siapa?" Mikha yang melihat Amara seperti dikawal sugar daddy mendadak kepo.
"Om Jonas." Jawabnya cuek.
"Oh, namanya Jonas. Masih jomblo Ngak, boleh dong dikenalin kayaknya long hot." katanya lagi sambil senyum-senyum.
Amara melirik Mikha yang seperti orang gila.
"Long hot apanya?" tanyanya dengan tatapan penasaran.
"Em, itunya."Gumam Mikha sambil malu-malu.
Amara mendengus kesal, bisa-bisanya Mikha berpikir terlalu jauh.
*
*
Arama property
Akmal baru saja keluar dari ruang meeting di temani Silvia sekertaris yang membantunya.
"Loh, kamu kesini kok gak bilang," Akmal menghampiri Astrid yang datang ke kantor.
"Iya Mas, tadinya cuma lewat tapi kok pengen mampir." katanya dengan senyuman yang khas terlihat manis.
"Tumben sudah pulang?" Akmal berjalan menuju ruanganya diikuti Astrid yang mengekor di belakang.
"Ada rapat di luar, jadi pulang cepat. Mas Akmal sudah makan?" Tanya Astrid yang duduk di sofa ruang kerja Akmal.
"Sudah, tadi bertemu klien di luar." Jawabnya tanpa melihat Astrid, Akmal sibuk dengan di meja kerjanya, sepertinya pekerjanya banyak.
"Lusa aku ambil cuti Mas, bagaimana kalau kita liburan?" Suara Astrid terdengar lembut di telinga Akmal, padahal ia menahan takut mendapati reaksi Akmal.
Tangan Akmal yang bergerak pada berkas berhenti, tatapanya tertuju pada istrinya.
"Kenapa kamu megambil cuti, aku banyak pekerjaan dan tidak bisa ditinggal." Katanya dengan nada sedikit kesal.
Astrid mengigit bibir bawahnya, keduanya matanya terasa perih begitu saja.
"Aku pikir mas Akmal bisa cuti, karena kemarin Mas kan nggak jadi cuti."
Akmal menghela napas, tangannya memijat keningnya yang terasa pusing.
"Jika perkejaan ku tidak banyak, aku akan mengusahakan. Tapi ini pekerjaan ku benar-benar banyak dan sepertinya aku akan lembur."
Astrid yang mendengar tak lagi bicara, ia seperti menahan rasa sesak dalam dadanya yang tiba-tiba hadir.
"Kenapa kamu seperti berubah mas, kamu yang dulu begitu hangat tapi setelah malam itu-"
Astrid memilih berdiri dan mengambil tasnya, "Kalau mas sibuk aku pulang saja ya, nanti malah ganggu." Astrid mendekati Akmal dan mengulurkan tangannya untuk salim.
"Hm, tidak usah menunggu ku, aku pulang larut."
Astrid hanya mengangguk, dan pamit pergi. sebelum benar-benar menghilang Astrid menatap Akmal yang sibuk dengan pekerjaannya.
Astrid mengusap pipinya yang basah dan berlalu pergi dari ruangan Akmal.
*
*
Brak!!
Amara yang sedang di dalam kamar mandi tersentak saat pintunya tiba-tiba tertutup, tangannya meraih gagang pintu tapi sepertinya terkunci dari luar.
"Please, open the door!! who's outside!!" Amara menggedor-gedor pintu, namun tak ada respon ataupun jawaban.
"Sialan, siapa yang menguncinya." Amara terus berusaha membukanya tapi tetap tak bisa.
"Mikha, ya Mikha." Amara mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Mikha, namun belum sempat tersambung tiba-tiba sesuatu jatuh dari atas disertai warna merah yang membuat Amara berteriak histeris.
Akkhhh!!!
"Kami akan menyelidikinya hal seperti ini tidak akan terjadi lagi." Seorang pria meminta maaf pada Jonas yang memberikannya tatapan tajam.
"Saya tidak akan mentolerir jika pelakunya tertangkap," katanya dengan tatapan tajam.
Mikha memeluk bahu Amara yang masih terlihat syok, gadis itu seperti mengalami trauma.
"Ara, jangan takut. Mereka pasti bisa tertangkap." Mikha terus berbicara untuk membuat temanya merespon, tapi sepertinya Amara benar-benar merasa takut dan trauma.
Jonas mendekati Amara yang duduk diam tanpa merespon ucapan Mikha.
"Amara," Suara berat Jonas membuat Amara menatap pria itu. "Jangan takut, seorang pemimpin tidak akan mudah takut dengan hal kecil, karena didepan sana masih banyak hal besar yang akan kamu hadapi, its oke kamu hanya terkejut saja." Jonas berucap menangkan.
Amara yang sejak tadi diam kini menghela nafas, jujur dirinya begitu terkejut tadi membuatnya sedikit trauma.
"Bagaimana bisa mereka menggunakan binatang tak berdosa untuk mencapai tujuan mereka, aku tidak menyangka di negara ini ada hal semacam itu." Tatapan Amara lurus kedepan.
"Aku akan menaruh orang ku di sekitar mu, tapi kamu tenang saja mereka tidak akan membuat mu tidak nyaman."
"Hm, Om Jonas jangan beri tahu ayah, aku tidak ingin mereka kahawatir."
Jonas menatap wajah Amara lamat-lamat, gadis yang dia jaga adalah aset berharga kelurga generasi Adhitama, tangung jawabnya begitu besar untuk menjaga Amara.
"Berani sekali mereka memulai permainan
murahan seperti ini, jangan harap kalian para tikus akan lolos." Gumam Jonas dalam hati.
*
*
Pengantin Baru kenapa ya???
menunggu lama ternyata dpt bekas siapa tuh
akhirnya jika org yg berjuang tk mu menyerah maka kamu sendiri yg mengalami penyesalan