Mariza dan Derriz menikah karena perjodohan. Selama satu tahun pernikahannya, Derriz tak pernah menganggap Mariza.
Mereka tinggal satu rumah tapi seperti orang asing. Derriz sendiri yang membuat jarak diantara mereka. Karena Derriz mencintai dan masih menunggu mantan kekasihnya kembali, Luna.
Seperti yang di katakan Derriz di awal pernikahannya. Mereka akan berpisah ketika Luna kembali. Apalagi Mariza tak bisa membuatnya jatuh cinta. Bagaimana bisa jatuh cinta jika selama ini saja Derriz selalu menjaga jarak darinya. Bukan hanya di rumah, tapi di kantor juga mereka seperti orang asing.
"Apa alasanmu ingin bercerita dariku?" tanya Derriz saat Mariza memberikan surat cerai yang sudah dia tandatangani.
"Apa aku kurang memberikan uang bulan padamu? Apa masih kurang?" Derriz tak terima Mariza ingin bercerai darinya.
"Karena masa lalumu sudah kembali, Mas! Aku pergi karena aku sudah tak ada gunanya lagi di sini!" jawab Mariza.
"TIDAK!" jawab Derriz membuat Mariza bingung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yam_zhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku pamit, Mas! 25
Izha membawa koper berisikan semua pakaian miliknya. Dia melihat ke sekeliling rumah yang sudah satu tahun terakir dia tempati bersama dengan sang suami. Tak banyak kenangan yang tertinggal di rumah ini. Apalagi kenangan manis, rasanya tak ada sama sekali. Dia hanya memastikan tak ada jejaknya yang tertinggal di rumah itu. Agar kelak saat Derriz membawa Luna tinggal di rumah ini tak perlu repot-repot membuangnya.
"Terima kasih sudah memberikan aku tempat tinggal yang layak dan juga makanan yang sehat selama ini. Semoga kamu bahagia bersama dengan wanita pilihan hatimu, Mas Derriz. Terima kasih karena sudah memperlihatkan Luna sebelum aku benar-benar jatuh cinta dan memberikan hidupku padamu. Maaf jika selama menjadi istrimu, aku memiliki banyak kekurangan. Satu tahun bersama ternyata tak bisa membuat kamu jatuh cinta padaku. Cintamu terlalu besar untuk Luna. Aku tahu diri dan tahu tempatku dimana. Aku pergi, Mas! Toh panggilan sidang perceraian kita besok akan kita terima. Sampai jumpa," ucap Izha lirih.
Izha mengusap air matanya yang tak bisa dia bendung. Tak sengaja matanya melihat foto pernikahan mereka terpajang. Foto mereka berdua satu-satunya. Izha mengambil kemudian membuang foto pernikahan mereka ke tong belakang yang masih mengeluarkan api. Izha sudah membakar semua kenangan yang tersisa dan barang tak berharga miliknya. Izha tersenyum getir melihat foto pernikahannya sudah terbakar. Ponselnya bergetar, terlihat notifikasi pesanan taxi online sudah berada di depan gerbang.
Dengan langkah tegap dan tak lagi melihat ke belakang, Izha meninggalkan rumah Derriz. Dia pergi dengan harapan baru untuk masa depannya. Dia tak mau lagi melihat masa lalu yang pernah dia lalui dengan kehampaan dan kesendirian. Sementara di tempat lain. Derriz sedang memacu kendaraannya dengan sangat kencang. Dia ingin segera tiba di rumah bertemu dengan Izha. Ponselnya terus berbunyi. Nama Luna terlihat menghubunginya dari tadi. Tapi Derriz tak pedulikan itu.
"Semoga kamu bisa mengerti dengan penjelasanku Izha. Aku belum mau berpisah denganmu!" seru Derriz saat tiba di halaman rumah dan buru-buru masuk setelah mematikan mesin mobil.
"Izhaaaa ... Izhaaaa ... Kamu dimana?" panggil Derriz.
Dia berlari ke dapur, ke taman belakang karena melihat ada kepulangan asap dari pembakaran sampah, tapi dia tak melihat keberadaan istrinya di sana. Terakhir dia menuju kamar istrinya, pintu terbuka, tapi Izha tak ada di sana. Bahkan di atas meja riasnya bersih tak ada apapun di sana. Begitupun dengan kamar Izha. Pertama kali dia masuk ke dalam kamar Izha, ada banyak foto Izha dan ibunya. Tapi kini semua bersih. Derriz segera membuka lemari pakaian. Kosong. Tak ada apapun di sana. Benar-benar sudah bersih. Izha sudah pergi, Derriz jatuh terduduk di ranjang Izha.
"Tidak! Kenapa kamu malah pergi? Apa tidak bisa sebentar saja bertahan di sini? Aku hanya sedang meyakinkan diriku saja Izha. Kakek hanya ku buat sebagai alasan! Kenapa kamu malah salah paham! Aku tahu kalau aku belum mencintaimu seperti perasaanku kepada Luna! Tapi aku akan berusaha, pergi kemana kamu?" teriak Derriz mencoba menghubungi Izha tapi tidak mendapatkan jawaban juga.
Berkali-kali panggilan dan pesannya di abaikan. Sehingga membuat Derriz kesal dan membanting ponselnya. Bahkan dia tak tahu siapa saja teman istrinya. Karena memang dia tak pernah peduli dengan semua yang berhubungan dengan istrinya selama ini. Pandangannya tertuju ke meja rias milik Izha. Ada cincin ATM beserta buku tabungan dan juga kotak perhiasan.
Derriz membawa cincin yang tak lain adalah cincin pernikahan mereka. Di kotak berwarna merah ada kalung dan gelang pemberian kakek. Karena memang dia tak pernah membelikan apapun untuk Izha. Sekalinya memberikan gelang malah di kembalikan, karena gelang itu sama dengan yang di berikan kepada Luna. Tangannya semakin gemetar saat melihat mutasi rekening setiap bulan dari ATM yang dia berikan kepada Izha untuk setiap bulannya.
Dua hari lalu dia mencetak mutasi untuk bulan ini. Saldo yang tersisa masih banyak sekali. Bahkan selama ini dirinya selalu mengatakan kalau Izha matre hanya karena dia memberikan uang bulanan yang banyak. Tapi nyatanya, semua uang itu benar-benar di gunakan untuk kebutuhan rumah tangga mereka. Bahkan dia tak mengambil untuk keinginan pribadinya sendiri. Dia sudah terlalu dalam menyakiti hati Izha. Dengan semua tuduhan yang tak pernah di lakukan istrinya itu.
"Kakek tahu pasti dimana Izha sekarang berada!" ujar Derriz mengambil ponsel dan menghubungi kakeknya.
"Kek, kakek sembunyikan Izha dimana? Dia tak ada di rumah! Dia sudah pergi dari rumah sebelum aku datang ke sini! Aku yakin kekka tahu kemana istriku pergi!" tanya Derriz saat penggilan terhubung.
[ Mana ku tahu Izha pergi kemana! Dia istrimu! Ingat jangan sampai kalian bercerai! Jika kamu bercerai dengan Izha maka otomatis jabatan kamu akan aku ambil kembali. Silahkan jika ingin menikah dengan Luna. Maka kamu harus memulai dari nol bersama dengan wanita matre itu! Kau fikir aku tak tahu sudah berapa banyak uang perusahaan yang kamu gunakan untuk memanjakan wanita itu! Sedangkan untuk cucu mantu kesayanganku, apa yang sudah kamu berikan? Cari sendiri] emosi Kakek Bima dan menutup panggilan telepon secara sepihak.
"Astaga! kakek benar-benar! Kemana aku harus mencari Izha?" kesal Derriz menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur Izha.
Bayangan wajah Izha malah terus terlintas di benaknya. Senyum yang berganti dengan lu-ka di wajah istrinya. Aroma khas wangi dari Izha masih bisa dia cium dari tempat tidur istrinya. Tanpa terasa air matanya menetes. Entah kenapa dia sendiri tak tahu. Hanya saja hatinya berdenyut nyeri. Ponselnya berdering, buru-buru dia ambil berharap Izha yang menghubunginya. Namun sayang, nama Luna yang dia lihat.
"Maaf aku masih berada di rumah kakek, nanti aku hubungi lagi!" bohong Derriz. Dia bangkit dari sana dan pergi untuk mencari istrinya. semoga saja Izha tak pergi jauh. Apa mungkin Izha pulang ke rumah orang tuanya. Tapi dimana rumahnya? Bahkan dia saja tak tahu dimana rumah kedua orang tuanya.
akhir nya babang axcel turun tangan jg menyelamatkan izha
skrg otw menjemput calon ibu mertua mu ya babang axcel👍👍
muak sangat sm s derris
buat izha cepet bebas dr derris n axcel membantu smua nya biar lancar
klau udh beres dgn derris br izha d bantu axcel untuk menyelamatkan ibu nya
babang axcel gercep dong tolongin izha ya, kasian izha sendirian