SIAPA KAMU

Camelia,duduk di kursi dengan santainya.

"Kalian tau sendirilah,siapa aku? Apa lagi paman Jhonny,dia tidak akan tinggal diam melihat keponakannya terluka. Jadi,aku memberikan waktu 1 minggu kepada sang pelaku untuk mengakui perbuatannya di depan umum. Tepatnya di tiang bendera,mengakui semua dan tujuannya mencelakai ku. Dalam 1 minggu ini, tidak ada yang mengakui perbuatannya. Siap-siaplah hidupnya akan hancur berkeping-keping,bukan dirinya saja. Tetapi,seluruh keluarganya sampai 7 turunan. Buat para pelaku,jangan sampai menyogok seseorang untuk mengakuinya. Karena bukti-bukti dan kamera cctv sudah menjelaskan siapa pelakunya? Cctv yang rusak, sudah di perbaiki". Ucap Camelia, tersenyum sumringah.

Awalnya hening seketika, tiba-tiba berubah menjadi seram dan berbisik-bisik.

Mereka mana berani, membantah perkataan Camelia. Yang ada mereka semua pada takut,karena pamannya terkenal dengan ketegasan

"Tidak berlaku menemui ku sendiri,lalu mengakuinya dan mohon-mohon empat mata dengan ku. Karena detik itu juga, keluarganya hancur langsung". Seringai tajam Camelia,melirik ke arah Gladis dan teman-temannya.

"Cctv,bisa di ubah wajah pelakunya. Apakah itu bisa di kuatkan, sebagai bukti-bukti?". Tanya Yumna, memecahkan kericuhan dan berubah hening seketika.

"Kenapa,kamu meragukan cctv? Yumna,jaga mulutmu kalau berbicara. Sepasang mata di sini, mencurigai ucapanmu loh. Waktu itu, suasana memang sepi karena jam pelajaran. Tapi,aku merasa seseorang mengikuti dari belakang. Intinya 1 minggu,aku beri dia waktu untuk mengakui perbuatannya. Jika tidak mengakuinya, siap-siaplah menerima hukuman setimpal". Camelia, melirik sekilas ke Gladis. Sedari cuman diam, tangannya mengepal erat.

"Camelia, bisakah kamu memperlihatkan bukti itu kepadaku. Kita teman dekat,saling percaya satu sama lain". Gladis, merangkul pundak Camelia.

Camelia, langsung menepisnya dengan sinis. "Aku tidak mood, untuk memberitahu kepada siapapun". Jawabnya, dengan santai.

"Hai,kalian di sini semuanya!". Ucap seorang pria, baru datang bersama yang lain.

Degggg...

Camelia, menatap tajam ke arah pria tersebut. Sesosok pria yang dikenalnya, yaitu Ryan. Anak paman dan bibinya, Katrina nampak tak percaya. Rupanya anak paman dan bibinya, bersekolah di sini.

Ada senyuman mengambang disudut bibirnya,ini adalah permainan yang menarik.

"Hai, Camelia! Kau sudah sehat, baguslah aku senang sekali melihat mu". Ryan, tersenyum dan memperlihatkan gigi gingsul nya.

Dulu Katrina, sempat memuji kemanisan Ryan. Tapi, untuk kali ini dia merasa jijik dan muak. "Yah,aku sehat". Jawab Camelia, tersenyum kecil. Wah.... Wahh..... Apakah Ryan dan Camelia,cukup dekat?.

"Camelia,aku penasaran sekali dengan mu. Kau bukan Camelia,yang kami kenal dulu". Gladis, tiba-tiba bersuara. Jangan sampai Camelia, berubah dan menjauhi group The Queen. Apakah dia benar-benar mengetahui siapa pelakunya? Takutnya sebuah ancaman semata.

"Wajarlah aku berubah, Gladis. Karena aku ingin mengungkapkan siapa pelakunya? So,kenapa hmmm..Apa jangan-jangan,kamu mengetahui sesuatu". Tebak Camelia, melepaskan tangan Gladis di bahunya.

"Waw...Ada apa ni? Camelia, Gladis dan lainnya. Bagaimana kita ke tempat biasa, kumpul-kumpul? Aku merasa tidak nyaman,berada di sini. Banyak sekali yang beda kasta tinggi, seperti kita-kita". Sindir Ryan, sontak membuat Katrina tidak percaya. Rupanya Ryan,sok belagu dan sombong di sekolahan.

"Puptttputttt.... Apa tadi Ryan,beda kasta?Astaga, setahuku yang kaya raya itu keponakan ibumu. Siapa yah namanya? Oh,baru ingat Katrina keturunan keluarga Sean. Tanpa harta kekayaan Katrina,kalian bukan siapa-siapa kan. Aduhhh... Memalukan sekali,". Kata Camelia, mampu mempermalukan Ryan.

Ryan, mengepalkan kedua tangannya dan rahangnya mengeras seketika. "Jaga ucapanmu Camelia! Kak Katrina, keluarga kami. Sudah patutnya,aku kena cipratan kekayaan dan orang terpandang di kota ini". Tegas Ryan, dengan suara kerasnya.

"Aduduhh.... Kamu bukan siapa-siapa, setahuku Katrina sudah di kebumikan. Oh,apa jangan-jangan harta kekayaan Katrina kalian nikmati. Astaga,". Camelia, menutup mulutnya dengan tangan.

Bisik-bisik terdengar dari murid lainnya, sudah pasti mata mereka memandang ke arah Ryan.

"Kau...Kau brengseeekk...Camelia! Berani sekali mempermalukan diriku,ha! Awas kamu,". Ryan, ingin menghantam Camelia. Tetapi, Gladis mencegahnya dan memberikan tatapan tajam.

"Jaga sikapmu Ryan, sadar siapa Camelia? Dia bisa saja meratakan tempat tinggalmu,". Gladis, langsung membentak Ryan.

"Ck,". Ryan, langsung meninggalkan kelas Camelia. Begitu juga dengan Gladis dan groupnya.

"Tunggu, Gladis! Mulai saat ini,aku keluar dari group The Queen. Aku bukan anggota itu,lagi". Tegas Camelia, membenarkan rambutnya.

Gladis, langsung membalikkan badan dan mendekati Camelia.

"Tarik ucapanmu Camelia,aku tidak setuju kamu keluar dari group The Queen. Kau pikirkan baik-baik,". Tegas Gladis, gelisah akan kehilangan Camelia yang sangat berarti dalam groupnya.

"Kenapa,kau tidak setuju? Karena aku sangat berarti dalam group ini,aku tidak menyukai sifat kalian. Aku ingin damai dan tenang, seperti dulu. Dimana aku tidak mengenal kalian,aku sudah berpikir panjang. Apapun yang kau katakan, mulai detik ini aku keluar". Tegas Camelia, memberikan tatapan tajam.

"Gladis,ayo kita pergi. Terserah Camelia,dia ingin keluar dari group ini. Sok kecantikan segala,kalau bukan kamu keluarga Malik dan Allen. Kami tidak sudi memasukkan kamu,ke dalam group The Queen". Ucap Yumna, menunjukkan jarinya ke arah Camelia.

"Yumna, jangan lancang kamu. Camelia,jangan dengarkan perkataan Yumna. Dia memang seperti itu,aku harap kamu jangan keluar dari group The Queen". Kata Gladis, berlalu pergi meninggalkan kelas Camelia.

"Huuuff... Menguras tenaga jadinya,". Gumam Camelia,menghela nafas lega.

Cika dan Rika, mendekati Camelia. Masih tidak percaya sepenuhnya, Camelia keluar dari group The Queen. Dimana group tersebut terdiri dari anak-anak orang kaya raya dan terpandang. Di tambah lagi, setiap anggota masuk kedalam group The Queen akan terkenal dalam kalangan remaja.

"Kenapa, memandang ku seperti itu?". Tanya Camelia, nampak keheranan.

"Kamu yakin keluar dari group The Queen? Biasanya kamu, selalu membanggakan group itu". Kata Cika, memainkan kedua alisnya.

"Astaga, apa kalian tidak senang aku kembali seperti dulu? Mereka sok belagu dan sombong, padahal harta kekayaan milik orangtuanya bukan milik mereka dari jerih payahnya sendiri". Decak Camelia, tersenyum smrik.

"Kami senang sekali, melihat mu kembali lagi. Tetapi, anak-anak lainnya masih membenci dirimu". Lirih Rika, memang benar Camelia sesosok yang kejam.

"Kami tau, kenapa dulu berubah drastis? pastilah mendengar ucapan mereka menghasut mu, sehingga tak segan-segan memarahi setiap seseorang membuat kesalahan tak sengaja". Rika, merasa senang karena kembali sahabatnya. Tanpa Camelia, group The Queen tidak bisa berbuat apa-apa.

"Tenang saja,aku tidak akan membiarkan mereka seenaknya . Masalah itu, entah kenapa aku gampang sekali di pengaruhi? Aaaarrgghh... Aku benar-benar menyesalinya,ketika masuk kedalam group The Queen". Gerutu Camelia, membuat Cika dan Rika cekikikan tertawa.

Katrina, tersenyum sumringah dan kembali masa muda. Sangat menyenangkan sekali, bersama sahabat baru. Bagi Katrina, tidak menyia-nyiakan kehidupan keduanya ini.