"Menyingkirlah dan berhenti mengejar aku. Percuma saja, aku tak suka dengan anak kecil."
"Enak saja anak kecil, aku sudah besar, Om. Lihat saja, dada ku tumbuh dengan baik."
Darren Wisnu Abiana adalah seorang duda keren berusia 36 tahun, dia di tinggalkan oleh sang istri untuk mengejar pria lain. Patah hati yang Darren rasakan membuat nya trauma dan menutup hati nya untuk wanita mana pun.
Hingga, seorang gadis berseragam SMA datang dan mengejar nya. Meskipun dia sudah bersikap jutek pada gadis bernama Sherena itu, tapi dia tetap tidak pantang menyerah untuk mendapatkan nya.
Akankah pertahanan Darren runtuh saat melihat kesungguhan yang di lakukan oleh Sheren?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 - Darren Bucin?
Sherena masuk ke dalam rumah, dia bergegas untuk membersihkan diri, memakai pakaian yang rapih, lalu menyemprotkan parfum secukupnnya. Dia juga mengenakan make up sederhana, agar wajah nya tidak terlalu pucat saat menghadapi duda tampan itu.
"Lho, kamu mau kemana?" Tanya Arumi saat melihat putri nya turun dari kamar dengan pakaian rapih. Rambut dia jalin, membuat penampilan nya terlihat sangat cantik.
"Mau keluar sebentar, Ma. Kenapa?" Balik tanya Sherena sambil tersenyum, dia merapikan blouse rajut nya.
"Sekalian ya, ini Mama masak rendang. Tolong anter ke rumah Om Darren, ya?" Ucap Arumi, Sherena tersenyum manis. Tujuan nya di permudah oleh sang ibu, Sherena pun mengangguk dan membawakan rendang di dalam wadah.
"Hati-hati, sayang. Jangan sampai tumpah ya?"
"Oke, Ma." Jawab Sherena, gadis itu pun memakai sendal nya dan pergi ke rumah Darren, hanya tinggal menyeberang saja. Sherena langsung sampai di rumah pria tampan berstatus duda itu.
Sherena mengetuk pintu rumah itu dengan perlahan, namun hingga beberapa kali Sherena mengetuk pintu nya, tak kunjung ada sahutan apapun dari dalam sana.
"Isshh, itu Om-om kemana ya? Gak mungkin dia tidur kan sore-sore begini?" Gerutu Sherena, dia malah pegal menunggu pria itu membukakan pintu.
Tapi tak lama kemudian, terdengar pintu terbuka. Sherena berbalik dan menatap Darren yang menunjukkan ekspresi terkejut, tapi pria itu sangat pandai menyembunyikan ekspresi nya. Hanya beberapa detik saja, wajah nya kembali datar.
"Lama sekali buka pintu nya, Om." Tanya Sherena, dia berjalan mendekat ke arah Darren yang saat ini hanya mengenakan handuk di pinggang nya, seperti nya pria itu habis mandi. Pantas saja lama membuka pintu, lagi mandi ternyata.
"Mau apa kesini?"
"Di suruh Mama nganter rendang, terus sekalian mau minta nomor ponsel." Jawab Sherena sambil cengengesan. Darren memutar mata nya jengah, gadis ini ternyata belum menyerah juga.
"Masuk.." Darren membuka pintu rumah nya lebar-lebar, membiarkan Sherena masuk. Tapi, gadis itu malah mematung di tempat nya, tak beranjak sedikit pun dari posisi nya.
"Cepatlah, kau ingin nomor ponsel ku bukan?" Tanya Darren, Sherena menelan ludah nya dengan kepayahan. Lalu, dia pun melangkah ragu-ragu ke dalam rumah Darren.
"Duduk, aku berpakaian dulu. Mau ikut?" Tanya Darren menggoda, Sherena menggelengkan kepala nya. Lalu dia pun membiarkan pria itu masuk ke kamar nya, sedangkan dia menunggu di ruang tengah.
Sherena mengedarkan pandangan mata nya, meskipun Darren tinggal sendirian tapi rumah nya begitu bersih, rapi dan wangi. Tapi, kalau tinggal sendirian di rumah sebesar ini agak horor juga ya?
Tak lama kemudian, Darren keluar dengan pakaian santai nya. Kaos berlengan pendek warna hitam, lalu celana chinos selutut. Sungguh demi apapun, penampilan sesederhana itu saja mampu membuat hati Sherena berdebar tak karuan.
Darren terlihat sangat tampan saat ini, apalagi rambut nya yang terlihat masih acak-acakan. Kadar ketampanan pria itu bertambah berkali lipat, apalagi aroma parfum maskulin yang menguar begitu pria itu semakin mendekat.
"Kau masih disini rupa nya?"
"Ya, tentu saja aku disini karena belum mendapatkan nomor ponsel, Om." Jawab Sherena.
"Kalau aku sudah memberikan nomor ponsel ku, kau mau apa hmm? Meneror ku dengan pesan-pesan tak berguna, begitu?" Tanya Darren.
"Ya, mungkin bisa jadi." Jawab Sherena sambil terkekeh pelan.
"Jadi, kau siap memberikan tubuh mu untuk ku?"
"Kalau itu bisa membuat Om memberikan nomor ponsel, ya boleh-boleh saja." Jawab Sherena terdengar menantang, membuat Darren menatap tak percaya pada gadis yang kini berada di hadapan nya, dia duduk manis di sofa sambil menatap nya.
Blouse rajut yang terlihat ketat, celana kulot jeans, rambut yang di jalin, make up sederhana, terlihat sangat manis dan pas untuk wajah Sherena. Gadis itu terlihat sangat cantik, apalagi dengan dada bulat dan berisi yang dia miliki membuat tangan Darren terasa gatal ingin meremaas nya.
"Kemarilah.." Ucap Darren sambil menggerakan tangan nya. Dengan gugup, Sherena pun menurut dan duduk di samping Darren.
"Kenapa kau duduk disana, hmm?"
"Lalu? Aku harus duduk dimana memang nya, Om?" Tanya Sherena dengan wajah cengo nya.
"Disini." Jawab Darren sambil menepuk paha nya, dia meminta Sherena untuk duduk di pangkuan nya.
"Disitu?"
"Kau takut?" Tanya Darren, dia tersenyum geli. Sudah pasti Sherena takut, terlihat jelas dari ekspresi nya. Tapi, sedetik kemudian Darren berubah pikiran nya. Karena saat ini, Sherena malah duduk di pangkuan nya dengan posisi menyamping.
"Seperti ini kan, Om?" Tanya Sherena, suara nya terdengar sangat lembut.
"Tidak, bukan seperti ini." Jawab Darren lagi, padahal begini saja dia sudah shock berat. Rupanya gadis ini cukup berani juga.
"Apa seperti ini, Om?" Tanya Sherena, dia mengubah posisi duduk nya menjadi mengangkaang di pangkuan Darren. Sangat tidak terduga, membuat Darren tidak habis pikir dengan tingkah gadis ini.
"Kau terlihat seperti gadis nakal, Sheren."
"Omaygat, Om menyebut nama ku? Aaahh, ini terasa seperti mimpi." Heboh Sherena, membuat Darren mendelik kesal.
"Turun, kamu berat."
"Tapi kalau aku turun, Om mau ngasih aku nomor ponsel?" Tanya Sherena sambil menatap pria itu dengan tatapan memohon.
"Iya, akan aku berikan." Jawab Darren, Sherena tersenyum manis. Dia pun turun dari pangkuan Darren dan duduk di samping pria itu.
Sherena menyodorkan ponsel milik nya, Darren mengambil nya lalu mengetikan nomor ponsel nya. Setelah selesai, Darren memberikan ponsel itu pada Sherena.
"Yeee, makasih Om."
"Hmm.."
"Om.."
"Apa?" Tanya Darren, dia melirik ke samping dan seketika itu juga bibir Sherena mengenai pipi nya.
"Makasih nomor ponsel nya, kalo gitu Sheren pulang dulu ya, Om." Sherena pun beranjak dari duduknya, lalu pergi dari rumah Darren. Pria itu melongo, dia masih terkejut dengan apa yang sudah terjadi antara dirinya dan anak gadis tetangga nya barusan.
"Astaga, ada apa dengan aku ini? Sial. Tak mungkin jika aku menyukai gadis kecil itu kan? Tidak, tidak akan pernah." Gumam Darren, tapi dia benar-benar heran dengan dirinya sendiri. Kenapa bisa dia seperti itu pada Sherena? Padahal, sebelum nya dia tidak pernah melakukan hal ini.
"Aku melepaskan gadis itu, semudah ini?" Gumam nya lagi. Biasa nya, Darren langsung menerkam wanita yang mendekatinya, tapi kenapa dia tidak melakukan nya pada Sherena? Padahal, dengan jelas gadis itu sendiri yang datang padanya.
"Tidak, aku melepaskan gadis itu bukan karena aku menyukai nya. Tapi hanya karena aku tak mau merusaknya, ya itu saja." Pria itu sibuk sendiri dengan segala pemikiran-pemikiran yang memenuhi kepala nya.
Tring..
Ponsel nya yang tergeletak di atas meja berbunyi, notifikasi sebuah pesan masuk. Darren mengambil ponsel nya, lalu membuka pesan dari nomor baru yang dia yakini adalah Sherena.
'Hai Om, save nomor aku ya. Sherena.' Dugaan nya benar, pesan dari gadis nakal yang baru saja membuat dirinya salah paham dengan dirinya sendiri. Darren menghembuskan nafas nya dengan kasar, lalu membalas pesan dari gadis itu dengan dua huruf saja, O dan K jadi OK.
Dia juga menyimpan nomor gadis itu dengan nama Anak Tetangga. Nyeleneh, tapi benar bukan kalau Sherena adalah anak tetangga nya? Tapi, gadis itu juga punya nama bukan? Kenapa tidak menamai nya dengan nama nya saja? Tapi, entahlah Author juga tidak mengerti dengan jalan pikiran seorang Darren.
🌻🌻🌻🌻🌻