Leona Sarasmitha tiba-tiba terbangun di dunia asing dan merasuki tubuh seorang bangsawan yang tak memiliki sihir?
Leona Arathena Castallio, di kenal sebagai sampah karena tidak memiliki sihir dan diabaikan keluarganya.
Bagaimana kehidupan nya setelah di dunia aneh ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matatabi no Neko-chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Wilayah selatan, khususnya kerajaan Seanthuria dihebohkan dengan kemunculan sesosok manusia bertopeng dengan mata merah delima yang memiliki retina mata seperti retina kucing.
Sosok itu muncul tiba-tiba dan meluluh lantakkan sebuah kediaman bangsawan yang menjadi target kecurigaan pihak kaisar, menangkap buronan serta membasmi beberapa bandit yang meresahkan.
Kemunculan sosok itu membuat pihak kerajaan sedikit terbantu karena tugas mereka berkurang dengan banyak, namun mereka menyelidiki sosok manusia bertopeng itu agar bisa berada di pihak mereka untuk meraup keuntungan pribadi.
Banyak pihak yang ingin menangkap sosok itu, baik untuk diajak bekerjasama maupun dibunuh. Namun sosok itu tidak pernah diketahui keberadaannya, seakan-akan dia adalah sosok hantu.
Rumor mengatakan sosok itu bisa memanipulasi elemen alam dan tidak memiliki sihir. Mirip seperti menggunakan aura dan sihir, namun tidak ada jejak aura maupun mana yang tertinggal di setiap kemunculannya.
Leona mendengar laporan itu hanya menyeringai tipis. Sedikit lagi dia akan pergi dari kediaman ini. Hampir sebulan berada di kediaman ini membuatnya muak.
Semenjak makan malam itu, baik ayah maupun kakak pemilik tubuh ini tidak sekalipun menjenguknya. Bahkan Iris tidak pernah mau menapakkan kakinya ke paviliun Lotus ini.
Leona diam-diam memperhatikan Iris, terlihat kedengkian dan rasa iri terpancar jelas di mata gadis itu saat menatap pemilik tubuh ini.
Leona akui tubuh yang dia tempati sangat cantik. Kulit seputih wanita Korea yang terlihat bersih berseri, sorot mata terlihat tajam dengan manik merah rubi yang indah. Retina mata pipih seperti retina kucing. Jika diperhatikan seksama, terdapat garis hitam seperti eyeliner di garis bulu mata yang membuatnya terlihat tajam.
Leona menatap pantulan wajahnya lamat-lamat, terlihat seperti blasteran Asia-Eropa. Lebih tepatnya Jepang-Eropa. Apakah dunia ini dipenuhi dengan blasteran atau hal semacamnya?
"Leona, apa kau tidak membawa seorang ksatria?" Tanya Jim sambil menata rambut Leona. Pertanyaan Jim berhasil membuat Leona tersadar dari acara memelototi bayangannya sendiri.
"Bukankah selama ini aku tidak pernah keluar? Kau tau Jim, dulu kerjaanku hanyalah mengejar kasih sayang dari orang dungu yang kolot. Sekarang aku ingin sekali menjelajah dunia dan hidup bebas." Tutur Leona berapi-api.
Jim mengambil jepitan rambut berbentuk pita dengan rumbai mutiara kecil sebagai pemanis nya. Dengan hati-hati dia menjepitkan pada rambut Leona agar tatanan rambutnya tidak berantakan mengingat potongan rambut gadis itu tak beraturan.
"Setidaknya melihatmu mulai berani keluar dari kediaman membuatku lega." Sahut Jim. Pemuda itu berbicara tanpa sopan santun seperti biasa jika hanya berdua dengan Leona. Tentu atas paksaan Leona.
"Wah~ Tatanan rambutmu bagus sekali, Jim. Bahkan lebih bagus dari pekerjaan pelayan perempuan. Terimakasih." Puji Leona tulus.
Jim tersipu mendengar pujian Leona. "Sudah menjadi tugas saya, Nona." Sahut Jim merendah.
"Baiklah, mari kita berangkat."
💠💠💠💠
"Kak Leona, mau pergi kemana? Aku ikut, ya?" Iris berlari menghampiri Leona yang kini tengah berjalan menuju gerbang kediaman Castallio.
Leona melirik Irene dengan malas. "Aku dengar butik langganan keluarga kita mengeluarkan pakaian musim gugur edisi terbatas. Aku ingin ke sana untuk membelinya." Ucap Iris berapi-api.
"Aku tidak kesana. Aku hanya ingin pergi ke perpustakaan kota. Jika kau sebegitu nya ingin pergi ke sana, jangan ikut denganku." Sahut Leona.
"Tapi aku ingin ikut~" Rengek Iris manja.
"Kau bisa pergi dengan kereta milikmu sendiri." Sahut Leona sinis. Seketika suasana hatinya hancur karena gadis yang tak tau diri ini. Pantas saja Leona asli tidak menyukai Iris, ternyata gadis ini sangat menyebalkan dan manja.
"Pokoknya aku ingin ikut~!" Teriak Iris membuat Leona menggeram marah.
"Apa kau mau berjalan kaki? Meskipun aku ini putri kandung Duke, tapi aku tidak memiliki kereta kuda sebagus milik keluarga ini." Ucap Leona tajam membuat Iris terdiam.
Leona segera pergi meninggalkan Iris dengan perasaan dongkol. Tinggal lebih lama bersama dengan perempuan itu membuat emosinya seperti berada di roller coaster, berputar-putar diperut sebelum keluar untuk di muntahkan.
Leona menghampiri Jim yang berada di gerbang depan kediaman Castallio sambil menggendong anak beruang yang menatap kearahnya dengan tatapan berbinar.
"Anda mau kemana, Nona?" Tanya penjaga gerbang saat melihat Leona dan Jim mulai meninggalkan pintu gerbang.
"Kami ingin pergi ke perpustakaan pusat." Sahut Leona dengan sopan.
"Maaf jika saya lancang. Anda tidak diperbolehkan meninggalkan kediaman tanpa pengawalan, Nona." Ucap penjaga gerbang itu tegas.
Leona menelengkan kepalanya dan menatap penjaga gerbang itu dengan tatapan menilai. Parasnya cukup tampan untuk seukuran ksatria.
"Apa kau ksatria yang sedang bertugas?" Tanya Leona. Ksatria itu menjawab, "Benar Nona. Sebentar lagi waktu saja saya akan selesai."
"Aku pinjam temanmu!" Ucap Leona sambil menyeret ksatria itu, membuat rekannya hanya bisa melongo menatap kepergian nya.
"Aku harap kau bisa kembali dengan utuh." Doa sang penjaga gerbang pada temannya yang di seret pergi oleh Leona.
Ksatria itu hanya bisa pasrah saat di seret paksa oleh sang nona yang terkenal sampah dan kejam itu.
Setelah berjalan cukup jauh dari kediaman Castallio, Leona memegang tangan penjaga gerbang kediamannya dan tangan Jim lalu menghilang dari sana. Mereka akhirnya muncul di sebuah gang yang cukup sepi tak jauh dari pusat kota Eige. Penjaga gerbang itu ambruk dan mengeluarkan isi perutnya sementara Jim terduduk sambil menahan rasa pusing yang mendera kepalanya sambil memeluk anak beruang yang juga di landa pusing.
"Kalian baik-baik saja?" Tanya Leona sambil mengamati sekitar.
"Kami baik-baik saja, Nona." Jawab mereka serempak dengan nada lesu.
Setelah kondisi mereka membaik, mereka segera pergi menuju perpustakaan yang terletak di pusat kota. Beruntung chi bunshin miliknya menandai beberapa titik tempat penting di pusat kota, sehingga tidak memakan waktu di perjalanan.
"Siapa namamu?" Tanya Leona pada ksatria yang diculiknya dari kediaman Castallio.
"Saya Axel, Nona."
"Baiklah, Sir Axel. Kita pergi ke perpustakaan pusat dulu." Leona memberitahukan tujuan mereka.
"Baik, Nona."
💠💠💠💠💠
Mereka tiba di sebuah bangunan besar berlantai tiga. Segera mereka memasuki ruangan itu dan mengamati sekitar nya. Perpustakaan kota cukup ramai pengunjung, baik rakyat biasa maupun bangsawan terlihat berbaur disini.
"Kalian pinjaman beberapa buku dan kita duduk di sana." Perintah Leona sambil menunjuk ke sebuah meja panjang yang terletak di sudut ruangan.
"T-tapi Nona–" Axel hendak menolak, namun Leona masang ekspresi galak yang membuat mereka menciut seketika.
"Baik, Nona." Sahut mereka serempak dan segera meminjam beberapa buku. Leona sendiri mencari tentang beberapa buku penting serta sejarah tentang kerajaan dan kekaisaran.
Setelah mendapat buku yang diinginkannya, mereka segera menuju sudut ruangan dan membaca dengan serius.
"Wah, aku tak menyangka jika kemapuan tubuh ini sangat sempurna. Bisa memahami dan mengingat dengan cepat membuat ku takjub." Batin Leona senang. Dia tidak perlu membuang waktu lama untuk membaca buku.
Jim dan Axel hanya bisa menatap nona mereka dengan ngeri. Bagaimana tidak, mereka hanya membaca tiga buku dalam dua jam. Sementara Leona hampir membaca tiga tumpuk buku tebal yang kini telah menggunung di depannya dalam waktu dua jam.
"Nona, jam makan siang sudah hampir lewat." Ucap Jim. Sementara Axel menatap sang nona dengan takut-takut.
"Oh, ternyata sudah siang. Baiklah ayo kita pergi cari makan." Ucap Leona sambil meregangkan tubuhnya yang terasa kaku. Segera Leona mengembalikan buku-buku itu ke tempat nya dan keluar dari sana.
Leona mengamati sekitar dan segera berkeliling mencari kedai makanan yang menurutnya cocok. Jaman dimana kasta sangat dijunjung tinggi membuatnya kesal.
"Dasar tidak tau malu! Enyah dari hadapanku!" Suara bentakan membuat Leona mengalihkan atensinya dan mencari asal suara itu. Terlihat sebuah kerumunan yang berada tak jauh di samping kanannya. Leona segera mendekati kerumunan itu disusul oleh Jim dan Axel.
Terlihat beberapa bangsawan perempuan tengah bersitegang dengan seorang laki-laki berparas tampan yang menggandeng tangan seorang gadis.
"Dimana-mana pria kaya terlihat menjijikan." Gumam Leona yang masih bisa di dengar oleh Axel dan Jim.
"Bangsawan rendahan sepertimu berani merebut kekasihku? Benar-benar tidak beradab!" Bentak salah satu bangsawan dengan riasan tebal.
"Kau yang tidak tau malu! Dia tunangan dan kau merebutnya!" Seru nona bangsawan itu berapi-api.
"Wow, tontonan menarik. Apa kita perlu membeli cemilan, Jim?" Tanya Leona sambil menguap. Jim dan Axel hanya bisa mengerutkan kening mendengar celetukan sang nona.
"Tidak perlu, Nona. Lebih baik Anda segera makan siang." Tolak Jim tegas.
"Sir Axel, bagaimana menurut mu? Kira-kira siapa yang menangis lebih dulu?" Tanya Leona pada Axel yang ikut menonton drama dadakan itu.
"Saya tidak tau, Nona."
"Kalau begitu kita pergi cari makan saja. Lagipula mereka tidak saling cakar-cakaran dan jambak-jambakkan." Ucap Leona santai sambil menyeret mereka menjauhi kerumunan yang membuat Jim dan Axel sweatdrop ria.
"Sepertinya Anda kelaparan sehingga gaya bicara Anda mulai ngawur, Nona." Celetuk Jim membuat Axel berkeringat dingin.
Leona tersenyum sangat manis yang dilayangkan kepada Jim, tidak lupa dengan tatapan membunuh yang membuat Axel bergidik ketakutan.
"Jim, tutup mulutmu."
"Ahem~" Jim tersenyum manis dan langsung memasang ekspresi datar.