One Night Stand With Brother In Law

Rasa pegal menyelimuti tubuh Airlangga setelah sehari yang melakukan aktivitas padat menjelang pernikahan Cantika. Dia langsung pergi ke kamar setelah acara pengajian selesai setekag sebelumnya membantu para pelayan membereskan ruangan.

Walau di keluarganya dia adalah putra satu-satunya,tapu posisinya sama dengan pelayan yang lain.

Dia membuka pintu dan menyalakan saklar lampu di tembok. Dia menghela nafas ketika melihat Cantika sedang duduk di atas tempat tidurnya.

Wanita itu menatap tajam ke arahnya. Sebetulnya ini bukan sesuatu hal yang mengejutkan untuknya setelah apa yang dia dengar tadi tentang hubungan Cantika dan Bagas.

"Kak, kau di sini?" sapa Airlangga santai. Tangannya dimasukkan ke dalam saku celana.

"Sudahlah Airlangga aku tidak ingin berbasa-basi dengan mu. Aku akan memberi kamu penawaran. Katakan apa maumu asal kau tak membuka semua rahasiaku bersama dengan Bagas pada siapapun." Cantika mengatakannya sambil melihat kukunya yang terpoles warna putih yang cantik dengan hiasan batu yang berkilau.

"Aku bukan orang yang licik seperti kamu, Kak. Namun, aku akan sangat menghargai kau jika mau jujur pada dirimu sendiri pada keluargamu dan juga calon suamimu itu," ungkap Airlangga dengan tenang.

Cantika tertawa hambar, "Jadi kamu mulai berani memberi nasihat padaku?" katanya.

"Aku tidak pernah berani padamu, Kak, hanya saja jika kau memang hamil anak dari Bagas Mengapa harus menikah dengan Kaisar?"

"Kaisar adalah masa depanku dan tidak ada yang boleh merusaknya apalagi kau."

"Silakan kau tetap dengan kebohonganmu hanya saja kebohongan itu suatu saat akan terbuka juga entah sekarang nanti atau esok kita tak tahu." Airlangga mengatakannya dengan penuh percaya diri.

"Jangan uji kesabaranku Airlangga!"

"Sama sekali tidak. Aku cukup tahu diri. Kau yang lebih besar dan berkuasa di sini. Aku akan menuruti semua keinginanmu selama ibuku hidup dan aman."

Mendengar itu membuat Cantika tersenyum. "Rupanya kau faham."

"Tapi jika sesuatu terjadi pada ibuku, kau akan mengenal siapa aku!" lanjut Airlangga lagi dengan penuh penekanan.

"Kamu!" Cantika ke dada Airlangga.

Erlangga tersenyum sinis, tapi tipis dia menurunkan telunjuk selalu berkata, "Jangan samakan aku dengan dirimu, Kak, aku tidak sejahat itu. Sekarang pergilah dari kamarku Sebelum aku marah dan membongkar semua rahasiamu."

Cantika dengan kesal keluar dari kamar itu. Pintu kamar Dia banting dengan keras sehingga tembok di sekitarnya bergetar.

Erlangga menarik nafas panjang.

Pagi sekali Airlangga pergi ke rumah sakit di mana ibunya dirawat sebelum itu dia sengaja mampir ke rumah makan yang menyajikan bubur ayam hangat, Rumah Makan Mang Iwan namanya.

Setelahnya, dia kembali naik ojek menuju ke rumah sakit. Sambil menenteng tas kresek di tangannya dia berjalan dengan penuh semangat dan sukacita dokter memberi kabar jika kesehatan ibunya membaik sepertinya operasi kemarin berjalan dengan lancar dia bisa bernafas dengan lega dia hidup seperti terkurung di dalam penjara namun melihat mendengar kabar ini membuatnya bahagia.

Tapi sesampainya kamar rawat ibunya dan terkejut tidak mendapati ibunya ada di kamar dia lalu bertanya pada suster yang berada di sana .

"Sus, di mana ibuku?"

"Ada bersama dengan dua orang wanita, yang satu seumuran dengan ibu emas dan yang satu lebih mudah dan cantik."

Jantung Airlangga berhenti seketika dia langsung panik bergegas berlari mencari keberadaan ibunya. Tadi sebelum dia keluar sang suster mengatakan jika mereka ke arah tangga.

Dan benar saja ibunya ada di ujung tangga dengan posisi Ira dan Cantika berada di sebelahnya Ira tersenyum pada Erlangga sedangkan Cantika terlihat tidak peduli dia masih bermain dengan handphonenya.

"Lihat siapa yang datang Cantika." kata Ira

"Wow, ini dia anak kesayangan Papa Fadil Ups ... Bukan Anak Haram bukan anak gelap sama ibu terlalu baik disematkan di namanya jika tidak dia tidak akan pernah tercantum dalam nama keluarga kita."

Mereka berdua lalu tertawa sedangkan ibu Erlangga menunduk dalam lihat sedih Erlangga sendiri nampak Gugup takut jika Ibu Ira melepaskan pegangannya pada kursi roda ibunya.

"Ibu... Ibu Ira biarkan aku memegang kursinya" pintanya dengan gugup dan takut ya posisi ibunya berada di ujung tangga jika terdorong sedikit saja maka kursi roda itu akan meluncur ke bawah sana dan dipastikan ibunya tidak akan selamat.

Dia meminta sesuatu lagi Ibu ternyata kebaikan kita semakin membuatnya melunjak dia berani sekali mengancamku tadi malam bu.

"Benar begitu Erlangga?"

Seperti itu Ibu aku tidak bermaksud untuk mengancamnya hanya saja Aku ingin

"Kau lihatkan ibu dia berani sekali mulai berbicara tadinya untuk menatap kita pun dia takut Apa mungkin karena Ibunya sudah sehat Dia pikir dia bebas dari kita terlalu"

"Sebetulnya aku ingin sekali membunuhmu dari dulu Sarah hanya saja karena aku terlalu baik aku masih membiarkanmu hidup padahal kau itu adalah Duri dalam Rumah tanggaku sampai kapanpun aku akan selalu membencimu dan Membenci putramu itu."

Sarah hanya bisa menangisi hidupnya ini. Fadil mempunyai istri dia tidak akan mungkin merebutnya dari Ira dia juga korban dari cinta Fadil.

"Ketika kau pergi dari kehidupanku Aku merasa sedikit lega walaupun sesak itu masih ada namun Tuhan mempermainkanku lagi, anak sialan ini harus datang ke rumahku meminta bantuan untuk operasimu, dan paling menyebalkan Fadil menerimamu kembali karena dia butuh anak ini. Itu hal tersial yang harus aku terima. Walau aku sedikit bahagia karena azab telah membuatmu jatuh sakit tidak berdaya. Aku lantas menerima anakmu agar aku selalu bisa melihatmu hidup dalam kesakitan seperti ini. Begitulah, Sarah? Kau telah menabur luka dalam pernikahanku dan kini kau menuainya!"

"Aku mohon jangan sakiti Ibuku dia sudah lemah " Erlangga sembari bersimpuh di depan kedua wanita jahat itu

Cantika mendekat ke arah Airlangga gudang lagunya dan mengangkat kau kemarin masih bisa menegakkan kepala di depanku tapi lihat sekarang ini, kau harus seperti ini di depanku selamanya. Selamanya Kau hanya budak ingat itu Airlangga.

"Kau sudah mengerti! Kalau sudah pahami ini dengan baik statusmu memang pewaris dari keluarga Fadil, hanya saja kau itu bukan siapa-siapa. Seluruh aset dan harta suamiku tetap akan berada di bawah di tangan Cantika, dan kau jangan pernah mengusik kehidupan Cantika apalagi berusaha untuk merusaknya karena kau tidak akan pernah tahu apa yang akan kulakukan padamu" ancam Ira.

Setelah itu Iya mendorong kursi roda itu ke arah Erlangga Erlangga menangkap tanpa rasa bersalah Ira dan Cantika pergi dari tempat itu.

Erlangga Ibu Sarah dan menangis bersama.

"Ibu baik-baik saja kan mereka tidak melukaimu? "

Sarah tidak mengatakan hak apapun Hanya menangis tersedu saja, mengeratkan pelukannya pada Erlangga.