One Night Stand With Brother In Law
Airlangga merasakan selimut meluncur ke bawah tubuhnya lalu sebuah tangan menyentuh bagian kecil punggungnya. Itu begitu hangat hingga panas, seperti darah yang mengalir melalui pembuluh darahnya mengalir lebih cepat daripada darah pria pada umumnya.
"Jangan pergi, aku akan bertanggungjawab pada semua ini," bisik pria itu di telinga Airlangga. Tubuh Airlangga bergetar hebat karena menahan tangisnya.
Dirinya sekarang hancur oleh pria yang sedang memeluknya saat ini. Dia tidak bisa bergerak karena pelukan pria itu di pinggangnya sangat kuat seolah takut jika dia akan melarikan diri malam ini.
Tidak lama kemudian, terdengar deru nafas teratur dari pria yang memeluknya. Pelukan pria itu juga mulai mengendur.
Dengan langkah tertatih, Airlangga bangkit dari tempat tidur. Mencari bajunya di tengah kegelapan ruangan itu. Menemukan pakaiannya sudah tidak layak dia gunakan lagi. Lantas dia memakai kemeja pria yang telah menodainya dan celana pendek **********.
Dia memakai selendang penutup dadanya untuk menutupi kepalanya. Dia lantas pergi keluar dari suit room presiden.
***
"Bagaimana bisa kau tidak menemukan wanita itu? Tidak becus, sepertinya kau perlu diganti dengan orang yang lebih bonafit lagi kerjanya."
Emilio mengusap keringat di dahinya. Gentar menghadapi ancaman Bosnya yang memang suka sekali memecat bawahan yang tidak disukai. Bosnya ini memang orang yang teliti, tegas dan menakutkan. Bukan karena tampangnya yang buruk tapi karena ketegasan dari sikap dan ucapannya.
"Waduh jangan, Pak," ujar Emilio. Dia memperlihatkan layar dari laptopnya.
"Kami hanya bisa melihat wanita ini yang keluar dari kamar hotel Anda. Entah kapan dia masuk ke sana. Sepertinya Anda telah dijebak oleh seseorang, terbukti Anda meminum obat perangsang itu yang belum diketahui siapa yang memberikannya. Saya curiga calon adik Anda terlibat di dalamnya. Tuan bisa melihatkan jika dia membawa Anda masuk ke dalam kamar itu. Dia juga telah menyiapkan wanita lain untuk Anda. Hanya saja, apa maksudnya. Mungkinkah dia tidak suka dengan rencana pernikahanmu dengan kakaknya?"
Mike mengerutkan dahi lalu menatap tajam pada Emilio membuat pria besar di depannya mengkerut dan menundukkan pandangannya.
"Seharusnya kau itu memeriksa siapa dalang dibalik rencana menjijikkan ini. Ish, aku harus berhubungan dengan wanita yang tidak kukenal dan tidak ku ketahui siapa dirinya. Tubuhku terlalu berharga dan mulia untuk disentuh oleh wanita murahan! Jika benar adik ipar ku ikut merencanakan ini maka kau harus menyelidiki motifnya. Tidak... tidak... aku akan menyelidikinya sendiri. Dia ingin bermain-main dengan Kaisar maka akan kulayani."
Emilio menghela nafasnya panjang. Dia tahu, dia salah karena telah kecolongan menjaga atasannya ini. Dalangnya benar-benar telah merencanakan semua ini dengan apik hingga dia kehilangan bosnya tadi malam. Hanya saja calon adik ipar bos itu terlihat lemah dan polos. Sepertinya tidak mungkin melakukan itu. Hanya saja kadang orang memang memakai muka polos untuk menutupi kelicikan nya.
Mobil masih berjalan menembus jalanan ibukota yang padat. Kerlap-kerlip lampu sepanjang jalan membuat kota ini terasa indah di malam hari. Namun, sepertinya hati sangat bos tidak seindah pemandangan kota ini. Gelap gulita.
Kaisar memeriksa dengan seksama gambar wanita yang telah bersama dengannya di malam itu. Tidak terlihat wajah dan rambutnya karena tertutup oleh kerudung putih. Namun, dia ingat harum wanita itu. Manis seperti ice cream vanilla. Kulitnya juga lembut dan halus. Untung saja wanita itu masih murni sehingga dia tidak merasa rugi.
Namun, dia masih penasaran dengan gadis itu karena semalam dia tidak memakai pengaman sama sekali. Bisa-bisa benihnya yang berharga dan bernilai mahal tertancap di tubuh gadis itu. Mengingat itu membuat darahnya mendidih.
"Kau harus mendapatkan wanita ini entah bagaimana pun caranya!"
"Siap, Pak!" jawab Emilio. Pria itu nampak pusing harus mencari wanita itu di mana. Taxi, wanita itu memesan taxi sebelum keluar hotel. Wajah Emilio yang tadinya kelihatan muram kini mulai berseri.
Mobil lantas memasuki sebuah rumah mewah yang mirip dengan sebuah istana atau hotel berbintang. Halaman rumah itu luas dengan satu kolam besar di tengahnya. Kolam itu memiliki air mancur yang alirannya bergerak dengan indah.
Mercedes-benz yang ditunggangi oleh Kaisar berhenti di depan pintu besar rumah itu. Nampak sepasang suami-istri berdiri di depan pintu rumah itu. Mereka langsung bergerak mendekat ke arah mobil.
Kaisar keluar dari mobil dengan gaya elegan dan anggun. Kaca mata dengan bingkai emas tersemat di atas hidungnya yang tinggi dan tegak. Netranya yang tajam menatap lurus ke arah suami istri itu.
"Kaisar calon menantuku, aku senang kau datang kemari. Masuklah, Cantika sudah menunggumu di dalam," ucap Ferdi seraya memeluk Kaisar.
Kaisar tersenyum hormat yang tidak sampai ke mata. Baginya ini adalah sesuatu yang sangat membosankan. Jika bukan karena desakan ayah dan ibunya untuk menikah, dia tidak akan mungkin ada di tempat ini.
Mereka langsung masuk ke dalam rumah itu. Seorang gadis muda dengan rambut bergelombang berwarna kecoklatan berlari ke arah Kaisar. Gadis itu langsung berdiri di depan Kaisar dengan malu-malu.
"Hai, aku senang kau sudah datang. Aku menunggumu sejak dari tadi," kata Cantika.
"Aku juga senang melihatmu," jawab Kaisar datar.
"Mari duduk di ruang keluarga sembari menunggu ayah dan ibumu datang," kata Ferdi pada Kaisar.
"Maaf, ayah dan ibu belum bisa datang karena ada urusan mendadak."
"Oh, sayang sekali," timpal Ira, "padahal aku sudah sangat merindukan bertemu dengan Jeng Dara."
"Maaf, Tante. Adik bungsu ku sakit dan mereka menunggunya di rumah. Anak itu memang manja."
"Kalau begitu besok kami akan mengunjunginya."
"Tidak perlu repot-repot, Om. Dia hanya sakit biasa saja," tandas Kaisar.
Fadil menatap ke arah putrinya. "Cantik, bawa tunanganmu masuk."
"Baik, Ayah," kata Cantika. Dia hendak memeluk lengan Kaisar, tapi pria itu menghindar dengan melangkah terlebih dahulu.
Wajah Cantika seketika tampak kecewa. Dia menatap ke arah ibunya yang melihat kejadian ini. Ibu Ira menganggukkan kepala seperti mengatakan pada putrinya untuk bersabar.
Dua jam kemudian, acara makan malam keluarga itu telah selesai.
Ketika semua orang tertawa, seseorang masuk ke dalam ruangan ini. Semua terdiam. Menatap ke arah pria kecil dan kurus yang berdiri dengan tangan saling bertautan, berjalan menunduk, terlihat lemah.
"Airlangga, pergi kemana saja kau seharian ini? Mengapa kau baru datang sekarang?" hardik Fadil kesal dengan putranya yang selalu tidak becus bekerja. Airlangga adalah putranya yang masih besar, harapannya pada anak itu sangat besar. Namun, selalu saja anak itu mengecewakannya. Tidak sesuai dengan apa yang dia harapkan.
"Maaf, Ayah. Aku, aku baru pulang dari rumah sakit," jawabnya ketakutan. Dia menatap ke sekeliling orang yang ada di ruangan itu.
Kini tatapannya bertemu dengan netra Kaisar yang sedang menatapnya tajam. Tenggorokannya mendadak terasa tercekat. Dadanya menjadi sesak. Wajahnya yang putih kini tambah memucat. Dengan ekspresi seperti melihat hantu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Soraya
permisi numpang duduk dl ya kak
2023-06-23
2
Uneh Wee
mampir ka
2023-04-27
0
fifid dwi ariani
trus sehat
2023-03-19
1