Mohon untuk tidak membaca novel ini saat bulan puasa, terutama disiang hari. Malam hari, silahkan mampir jika berkenan.
Season1
Nadira Safitri Kasim. Siswi Kelas XII yang terjebak pernikahan dini. Pertemuan yang tak disengaja dan faktor ekonomi sehingga ia harus menikah di usia yang terbilang muda. Namun pernikahan itu hanyalah sebatas kontrak, yang di mana ia akan menyandang status janda apabila kekasih suaminya telah kembali. Saat kekasih suaminya telah kembali, Nadira sudah terlanjur jatuh cinta pada suaminya.
Apakah Nadira akan menjadi janda di usia mudahnya?
Apakah mereka akan hidup bersama?
Season 2
Tidak semua orang memiliki kepintaran atau pemahaman yang cepat, dan hal itu terjadi pada Marsya. Marsya selalu dikatai bodoh oleh teman dan guru-gurunya.
Deva, saudara kembar Marsya meminta ayah dan ibunya untuk membawa Marsya ke Jerman. Seminggu sebelum kepergian Marsya, Marsya mendapat masalah hingga membuatnya terjebak dalam pernikahan dini.
Mari simak ceritnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asni J Kasim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal Tanpa Cinta. Episode 7
Toko Bunga
Di dalam Toko Bunga, Nadira bernyanyi sambil merapikan bunga yang ada. Mulai hari kemarin gadis itu terbebas dari amukan sang ayah. Kehadiran Rian bagaikan pangeran yang datang menyelamatkan sang putri.
"Sepertinya ada yang bahagia" ledek Tante Sanika. Ibunya, Dimas.
"Ah Tante, tau aja sih. Hehehe" balas Nadira lalu tertawa.
"Apa kabar sayang?" tanya Sanika menghampiri Nadira.
"Baik kok Tante" balas Nadira tersenyum. "Bagaimana dengan Tante, apa penyakitnya masih sering kambuh?" tanya Nadira.
"Keadaan Tante jauh lebih baik sekarang. Terima kasih Sayang. Kamu sudah mau bekerja disini sekalipun gajinya tak sebesar gaji di Toko Bunga lainnya" balas Tante Sanika tersenyum menatap Nadira.
"Aku yang seharusnya berterima kasih, Tante. Karena Tante aku bisa menghasilkan uang untuk biayai hidupku dan keluargaku. Bahkan aku bisa sekolah" ujar Nadira dengan mata yang mulai berkaca kaca.
Saat sedang berbicang bincang dengan Tante Sanika, ponsel Nadira tiba-tiba berdering. Nadira mengambil ponselnya lalu meminta izin pada Tante Sanika agar mengizinkannya menerima panggilan telepon.
"Hallo kak, ada apa?" tanya Nadira.
"Hallo, apa orang disana..!" Nadira meninggikan suaranya.
Tut..Tut..Tut.. (Panggilan telepon terputus)
"Ada apa dengan kak Rian, kenapa dia menelponku dan tidak berbicara sedikitpun" gumam Nadira lalu meletakan ponselnya kemudian kembali bekerja.
Rumah
"Akkkhh!! Kenapa aku bisa menelponya sih. Nanti dia geer lagi. Aduh.. aku ini kenapa sih!" gumam Rian meruntuki dirinya sendiri.
"Mending aku kirim sms padanya" gumam Rian lalu mengetik sesuatu. Kemudian mengirimnya dan kembali meletakan ponselnya diatas meja.
Rian duduk menatap layar leptopnya. Lalu membaca satu persatu file yang dikirim oleh asistenya. Hampir satu jam Rian berkutak di depan leptop. Tiba-tiba terdengar notifikasi masuk. Rian maraih ponsel genggamnya lalu menghidupkan layar. Seulas senyum terukir di bibirnya saat nama Naix tertera disana. Senyum yang tadinya terukir indah menjadi sirna berganti dengan amarah yang kian memuncak.
"Bagimu Kota ini besar Kaira, tapi tidak bagiku. Kamu bermain cukup ceroboh. Harusnya kamu belajar dulu sebelum selingkuh. Kamu bermain dibelakangku, dan aku! Aku akan memberimu undangan pernikahan. Agar kau tahu bagaimana rasanya dihianati!" gumam Rian sembari mencengkram ponselnya.
Ponsel Rian berdering, tertera nama Naix di layar ponsel. Beberapa detik setelahnya, Rian menjawab panggilan dari Asistennya.
"Apa ada tugas untukku?" tanya Asisten Naix diseberang telepon.
"Ada. Bantu aku sekali ini saja" pinta Rian.
"Katakan saja Bro, aku siap membantumu" jelas Naix.
"Temui Kaira dan undang dia ke pesta pernikahanku besok" jelas Rian.
"Kamu tenang saja. Percayakan semuanya padaku" kata Naix.
"Aku tutup teleponnya" ujar Rian lalu memutuskan panggilan telepon..
Rian melirik jam tangannya. Kemudian mengambil kunci mobil dan keluar dari rumah untuk menjemput Nadira. Dua menit perjalanan, Rian pun sampai di Toko Bunga tempat Nadira bekerja.
Tiiiiiin.... (Bunyi klakson mobil)
Nadira pamit pada Sanika lalu bergegas keluar menghampiri Rian. Dari kejauhan, Nadira memandangi Rian yang terus tersenyum memandangnya. "Apa kakak salah minum obat?" tanya Nadira dengan serius.
Rian menaik turunkan alisnya. "Maksud kamu?" tanya Rian mengkerutkan alisnya.
"Iya, aku perhatiin sejak tadi kakak senyum-senyum sendiri" balas Nadira.
"Mana mungkin, pasti kamu salah lihat" elak Rian. "Cepat masuk" titahnya.
Nadira masuk ke dalam mobil lalu duduk disamping Rian. Dalam perjalanan pulang, Nadira kembali tidur di mobil. Beban dan lelah membuat gadis itu lebih suka tidur dibandingkan berhura-hura.
"Apa bebanmu terlalu berat? Kenapa kamu mudah sekali tertidur di dalam mobil. Nadira, aku janji padamu, aku akan memberikan kebahagiaan yang harusnya kamu dapatkan, kebahagiaan yang akan membuatmu lupa akan kesedihan dimasa lalu" batin Rian.
Rian memakirkan mobilnya digarasi rumah. Membuka pintu mobil lalu menggendong Nadira kemudian membawanya masuk ke dalam kamar. "Ada apa dengan jantungku? Apa jangan-jangan aku jantungan" gumam Rian sembari memegang dadanya.
Nadira mengerjap membuka matanya pelan-pelan. Melirik kiri dan kanan. Saat pandangannya ke depan ia melihat Rian berkacak pinggang. Nadira tersenyum mencoba menghilangkan rasa takutnya "Maafkan aku kak" ucapnya lirih.
"Cepat bersihkan tubuhmu setelah itu bantu aku di dapur" kata Rian lalu melangkah keluar dari kamar Nadira.
Setelah mandi dan bersiap-siap. Nadira menghampiri Rian di dapur. "Kamu duduk saja. Biar aku yang memasak" kata Rian.
"Aku bosan kak jika hanya duduk terus" ujar Nadira cemberut.
"Yasudah kamu hubungi teman-temanmu untuk menemanimu chatan" ucap Rian santai.
"Benarkah! Aku boleh menghubungi mereka?" tanya Nadira dengan mata berbinar.
Nadira berlari menaiki anak tangga lalu masuk ke kamar mengambil ponselnya yang ada diatas nakas. Kemudian turun ke lantai satu menghampiri Rian di dapur. Pandangannya terhenti saat ia melihat group Tri.
"Bagaimana keadaan kalian hari ini?" Nadira.
"Lumayan baik" Kania
"Aku kurang baik, Nadira (Smile sedih)" Dimas.
"Kamu sakit apa Dim?" Nadira.
"Paling gilanya timbul lagi. Hahahaha" Kania.
"Kania Sayang. Babang benaran lagi sakit loh (Smile sedih)" Dimas
Nadira melirik Rian. "Kak, boleh aku undang Dimas diacara besok?" tanya Nadira hati-hati.
Rian menghentikan kegiatannya kemudian memandangi Nadira. Ia menghela nafas pelan kemudian menghembuskannya perlahan. "Jika kamu tidak keberatan, aku pun tidak. Lakukan apapun yang menurutmu baik" kata Rian kemudian kembali melanjutkan aktivitasnya.
Nadira kembali fokus dengan ponselnya dan kembali membuka group Tri.
"Aku mau bilang sesuatu. Dan aku harap jangan ada yang kaget apalagi sampai pingsan" Nadira.
"Serius amat sih Nad, apa yang mau kamu katakan?" Dimas.
"Aku sudah tahu (Smile love)" Kania.
"Tegah bangat sih kalian berdua (Smile marah)" Dimas
"Dim, besok kamu berpakaian yang rapih dan usahakan terlihat ganteng agar Kania jatuh cinta sama kamu (Smile jempol oke)" Nadira.
"Seganteng apapun kamu Dimas, aku menolak hatiku untuk jatuh cinta padamu (Smile tertawa dan menjulurkan lidahnya)" Kaniaan.
"Hina aku terus. Hati-hati loh Kania. Jangan sampai kamu jatuh cinta padaku. (Smile tertawa)" Dimas.
"Bdw. Nad, apa yang kamu mau katakan tadi?" Dimas.
"Besok datang ya di acara pernikahanku" Nadira.
"What...! Menikah (Smile tak percaya)" Dimas.
"Santai saja kali. Tidak perlu separno itu" Nadira.
Nadira, Kania dan Dimas. Mereka bertiga mengakhiri obrolan mereka. Dimas sangat bahagia mendapatkan kabar bahagia dan Kania lebih bahagia, teman yang ia sayangi akan menjadi kakak iparnya.
Rian tersenyum melihat Nadira yang tersenyum sedari tadi. "Maafkan aku Nadira, sepertinya aku akan keluar dari jalur perjanjian kita" batin Rian
.
.
.
.
Bersambung....
Modus Lu Yan