____________________________
"Dar-Darian?" suaranya pelan dan nyaris tak terdengar.
"Iya, akhirnya aku bisa membalas kejahatan mu pada Nafisha, ini adalah balasan yang pantas," ucap Darian Kanny Parker.
"Kenapa?" tanyanya serak dengan wajah penuh luka.
"Kau tak pantas hidup Cassia, karena kau adalah wanita pembawa masalah untuk Nafisha," ujarnya dengan senyum sinis.
Cassia Itzel Gray, menatap sendu tunangannya itu. Dia tak pernah menyangka akan berakhir di tangan pria yang begitu dirinya cintai. Di detik-detik terakhir. Cassia masih mendengar hal menyakitkan lainnya yang membuat Cassia marah dan dendam.
"Keluarga Gray hancur karena kesalahan mu, Cassia! Aku lah yang membuat Gray bangkrut dan membuat kedua orang tuamu pergi, jadi selamat menemui mereka, Cassia! Ini balasan setimpal untuk setiap tetes air mata Nafisha," bisik Darian dengan senyum menyeringai!
DEG!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senjaku02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
"Kenapa harus mengeluh? Ayo makan! Aku sudah lapar," kata Cassia, dia malas memikirkan ulangan dadakan Miss Rera tadi,
sebab ujian itu tak semenyebalkan Darian dan Nafisha yang sekarang malah berdiri di dekat koridor untuk menyebar keromantisan yang menjijikkan untuk dilihat.
"Apa mereka tak punya malu? Pacaran di Koridor yang banyak orang," celetuk Arzhela sinis.
"Biasanya orang yang sejak awal tak malu merebut milik orang lain itu tidak akan malu di ajak melakukan hal yang lebih gila lagi, anggap saja wanita murahan," suara Cassia menyambar seperti api yang panas, ketegangan tampak terasa di tengah koridor itu. Dan Bisik-bisik terdengar panas begitu Cassia selesai bicara.
"Biasanya orang yang sejak awal tak malu merebut milik orang lain itu tidak akan malu di ajak melakukan hal yang lebih gila lagi, anggap saja wanita murahan," suara Cassia menyambar seperti api yang panas, ketegangan tampak terasa di tengah koridor itu. Dan Bisik-bisik terdengar panas begitu Cassia selesai bicara.
Ketenangan itu menyelimuti Cassia seperti mahkota ratu Cleopatra yang memerintah dengan dingin dan keanggunan mematikan. Wajah cantiknya bagai senjata tajam yang bisa menghancurkan segalanya, membius siapa saja yang berani menatapnya.
Namun, bukan pesona itu yang membuat suasana berubah menjadi panas, melainkan kata-kata sarkastiknya yang terucap begitu tajam, menusuk, hingga membuat semua orang terdiam dan terkejut.
“Oh, aku hanya mengomentari drama murahan yang sempat aku tonton, maaf jika ada yang merasa tersinggung,” katanya dengan senyum datar, seolah tak peduli.
DEGH!!!
Tapi Nafisha tahu, senyum itu bukan sekadar senyum biasa. Ia seperti jebakan mematikan, dingin dan penuh bahaya. Seolah Cassia berkata dalam diam, ‘Hati-hati, kartumu ada padaku!’
'itu seperti sebuah ancaman!' batin Nafisha, Jantung Nafisha berdegup tak beraturan, tubuhnya seketika menggigil ketakutan.
Cassia menyunggingkan senyum miring, menikmati ketegangan yang mengerikan terpancar jelas di wajah Nafisha.
‘Ah, ekspresi takut itu... indah sekali. Membuat darahku berdesir, menggoda untuk terus menerkam,’ bisik pikirannya yang lama terkubur, kini mulai terbangun.
Sisi gelap yang dulu tersembunyi kini menari perlahan, menyala seperti bara api yang siap membakar habis siapa saja yang berani melawannya.
Cassia bukan lagi perempuan lemah dia adalah badai yang menanti kesempatan untuk melepaskan amarah dan kehancuran.
...****************...
“Sekarang saatnya.” Pesan itu meluncur singkat dari layar ponsel Cassia, disambut oleh janji sunyi yang hanya dia sendiri yang tahu maknanya.
‘Selamat menikmati hadiahnya.’ Senyum dingin menghias bibirnya, seperti racun yang siap meracuni.
Pluk!
Tubuhnya langsung tersentak saat bahunya disentuh lembut oleh Ara yang duduk di sampingnya.
“Eh... Maaf, Cassia. Aku cuma mau bilang makanamu sudah sampai,” katanya, wajahnya meringis penuh canggung.
Ara tak menyadari, sentuhan kecil itu menggoreskan ketegangan dalam hati Cassia.
Kejutan yang tak terduga membungkus moment itu, meninggalkan ruang sunyi penuh kecanggungan yang tiba-tiba menyesakkan.
Cassia memalingkan wajah, berusaha menenangkan gelombang emosi yang mengepung, tapi bayang-bayang rencana jahatnya tetap menari di ujung pikirannya.
Arzhela menatap Cassia yang duduk di depannya, menangkap getaran emosi yang belum sepenuhnya hilang. Suaranya lembut namun penuh kekhawatiran, "Cassia, kamu baik-baik saja? Apa sebenarnya yang sedang kamu rencanakan?"
Cassia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan badai yang berkecamuk di dalam dada. Matanya beralih ke tiga sahabatnya, dan sebuah senyum penuh misteri merekah di bibirnya. "Aku baik-baik saja. Nanti kalian akan tahu sendiri."
Arzhela mengangguk pelan, meski perasaan was-was masih menggantung. "Asal jangan sampai kamu terjebak dalam sesuatu yang berbahaya, ya."
Percakapan itu berakhir dengan ketegangan tipis yang menari di antara mereka.
...****************...
Orang suruhan Cassia atau tepatnya bawahannya tengah menjalankan tugasnya tanpa ragu. Jari-jarinya menari liar di atas keyboard, menekan setiap tombol seolah menanamkan dendam dalam setiap ketukan.
Di layar komputer, sebuah cuplikan video syur berputar perlahan. Wajah mereka sengaja diburamkan, namun lekuk tubuh itu masih menyisakan kengerian yang bisa dikenali siapa pun yang menatap dengan tajam.
Setelah memastikan wajah telah terkaburkan sempurna, dan memotong bagian video yang dianggap perlu, ia mengunggah cuplikan 30 detik itu ke Instagram.
Dengan akun samaran yang sulit terlacak, racun itu disebarkan ke dunia maya, siap menghancurkan kehidupan yang tak pernah tahu akan terjungkal dalam sekejap.
Ting… Ting… Ting… suara notifikasi ponsel berdering bertubi-tubi, membuyarkan hening kantin sekolah.
Semua siswa serentak menatap layar ponsel masing-masing, mata mereka melebar penuh rasa penasaran apa lagi ya yang tengah viral dan jadi bahan perbincangan panas di media sosial?
Seruan demi seruan pecah, terdengar seperti ledakan kecil yang membahana satu per satu, menyiratkan keterkejutan yang sulit disembunyikan. Wajah-wajah penuh rasa ingin tahu, sedikit kepo, dan gelisah tergurat jelas di sana seolah seluruh dunia baru saja berubah dalam sekejap.
“Wow, gilak! Permainannya super HOT, tapi sayangnya wajahnya di-blur,” celetuk seorang siswa dengan mata berbinar.
“Iya, goyangan si cewek itu… mantap banget! Kayak pemain pro yang udah jago,” timpal yang lain dengan nada kagum.
“Aduh, kalau aku tahu wajahnya, pasti langsung aku cari cewek itu!” gumam seseorang penuh semangat.
Sementara riuh tawa dan obrolan itu terus bergema, di setiap sisi sekolah. Seorang perempuan yang berada di toilet terpaku Tangannya gemetar menahan ponsel, bibirnya membiru dan wajahnya pucat seperti kapas.
Dunia sekitarnya seakan menghilang hanya detak jantungnya yang bergemuruh menghantui kesunyian dalam dirinya.
Rasa takut, cemas, dan beban rahasia menyesakkan dadanya, menjebaknya dalam pergulatan batin yang tak seorang pun tahu.
Sesaat, ia nyaris tak bisa bernapas seolah video yang sedang viral itu adalah malapetaka yang siap menghancurkan dunianya dalam sekejap.
...****************...
"Wah, pro sekali!" seruan itu semakin kencang dengan pujian-pujian pada tubuh wanita yang sedang bermain itu. Mungkin saja itu bukan hanya sekedar pujian. Namun, nada cemooh yang terselip di dalamnya.
Cassia mendengar semua itu, dia tetap tenang di saat mereka semua menikmati video yang viral saat ini. Di bagikan dan di like juga komentar itu menumpuk di akun milik orang yang mengupload video panas itu.
"Lihat Cas! Kira-kira siapa wanita di dalam video ini?" Rose menunjukkan video itu pada Cassia yang hanya melirik sekilas.
Cassia menaikan bahunya acuh. Namun, di dalam hati ia bersorak bangga dengan kerja orang yang melakukan semuanya.
"Ini benar-benar gila, kan? Kenapa video seperti ini bisa menyebar? Jijik sekali," Arzhela ingin muntah saat melihat tubuh wanita yang wajahnya di blur itu bergoyang di atas tubuh pria yang juga tak terlihat wajahnya.
Cassia tetap tenang menikmati makanan yang terasa menusuk karena kemarahan dan dendam yang ia pendam membuat makanan enak di hadapannya terasa tak enak.